Share

Segitu Doang?

Penulis: cobaltpen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 15:45:48
Biarpun telah menyembunyikan kebohongan besar pada teman-temanya, Morgan tetap butuh bantuan mereka. Terutama saat dirinya memilih pindah ke kontrakan yang jauh dari kampus. Saat ini hanya teman-temannya yang tau alamat tempat tinggalnya. Siapa lagi kalau bukan Dion dan Jon. Mereka adalah orang bisa dipercayai Morgan. Ketulusan mereka tak diragukan lagi.

Morgan menutup pintu kontrakannya dengan tendangan ringan, kantong belanja plastik di tangan kanannya berayun dengan lemas. Dia menghempaskan tubuhnya ke kasur, berharap ada sedikit kedamaian setelah hari yang melelahkan.

Belum lagi dia masih shock perkara DP 3 M tadi. Padahal dia ingin sekali keluar dari proyek itu.

"Prof Gin bener-bener pinter. Dia bukan sembarang orang,"

Morgan sama sekali tak pernah menyangka bahwa musuhnya sangat dekat dengannya. Begitu juga dengan Prof Gin yang tak menyangka sasarannya amat dekat dengannya.

Alih-alih menggugah niatnya untuk memasak sebuah makanan untuk malam ini, Morgan justru laru
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Disangka Maling Online, Ternyata Miliuner

    Suasana baru di kontrakan baru. Bukan berarti harus bangun pagi. Kebiasaan lama tetap terlaksana dengan baik. Morgan menggeliat malas di kasur empuk kontrakan barunya. Matahari pagi sudah menembus tirai jendela, tapi seperti biasa, tubuhnya menolak untuk bangun. Biasanya, alarm ponselnya akan memaksa dirinya untuk bergerak, tetapi pagi ini sesuatu yang lain mengganggu tidur nyenyaknya.Bunyi notifikasi SMS, diikuti oleh dering singkat dari nomor tak dikenal, membuat Morgan mengerang. Ia mengangkat tangan, meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya untuk mengambil ponsel. "Siapa sih, pagi-pagi gini udah ganggu?" gumamnya sambil setengah membuka mata.Jika biasanya alarm hp yang membangunkannya, namun pagi ini justru notif sms lengkap dengan panggilan dari seseorang yang memakai profil platform keuangan digital berinisial Tebak aja sendiri. )Begitu membuka mata dan mengumpulkan niatnya untuk membuka pesan tersebut, Morgan justru dibuat tercengang dengan isinya. Halo sobat D.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Akhir Drama 'D'

    Begitu kelas selesai Morgan segera melanjutkan langkahnya menuju ruangan Prof Gin. "Pokoknya aku nggak mau berurusan lagi sama Prof Gin. Capet dikejar-kejar mulu. Apalagi project abal-abal. Palingan juga itu rencananya dia aja yang mau njebak aku," Morgan berpikir langkah terbaik saat ini menghentikan segala aktivitas dengan musuh kakeknya itu. Selagi identitas aslinya masih aman, dia berani melawan siapapun. Ting..."Ah, siapa sih!" Gerutu Morgan menghentikan langkahnya begitu mendengar notif pesan. "Pas di jalan ada yang ngganggu. Giliran diem di kelas, hp serasa kayak kuburan," Terlanjur kesal mau tidak mau dia harus membuka pesan tersebut. [Gan, buruan ke kantin. Ada masalah nih]Pesan tersebut dari sohibnya siapa lagi kalau bukan Dion."Ah elah masalah apa lagi sih," gerutunya lagi. Padahal tinggal selangkah lagi dia memasuki ruangan Prof Gin. Alih-alih mengabaikan teman-temannya, Morgan justru memilih datang ke kantin. *Disatu sisi Prof Robert sedang bicara dengan Prof

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Enaknya Jadi Cucunya Miliarder

    Prof. Robert menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangkat alis seolah mengatakan bahwa ia tahu lebih dari yang seharusnya. “Ah, saya punya telinga di mana-mana, Prof. Kampus ini kecil, kabar seperti itu mudah menyebar,” jawabnya santai, meski sorot matanya tajam.Gin mencoba tersenyum, tetapi senyumnya tampak canggung. Dalam pikirannya, ia memutar berbagai kemungkinan. Jika Prof. Robert sampai tahu soal ini, maka reputasinya yang dibangun bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap."Iya benar Prof, tapi saya punya alasan. Pertama saya tidak ingin uang itu disalahgunakan oleh mahasiswa. Kedua saya---""Mahasiswa yang anda pilih bukan sembarang mahasiswa. Saya berani jamin. Bukan spek jambret ataupun maling yang berkedok sebagai mahasiswa cerdas. Jadi tidak mungkin dana tersebut disalahgunakan," Gin mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mulai menyeruak ke permukaan. Senyum getirnya nyaris memudar saat ia mendengar nada tegas dari Prof. Robert. Kata-kata itu, meski diuca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Kembalikan Uang Kami! (Part 1)

    Siang itu, suasana di depan kantor sementara Morgan dan tim berubah kacau. Langit yang sedikit mendung tidak mampu meredakan panasnya emosi ratusan orang yang berkerumun di depan pagar perumahan itu. Suara teriakan dan desakan semakin menggema, menyedot perhatian penghuni sekitar."Kembalikan uang kami!" seseorang berteriak lantang, suaranya memecah keramaian, diikuti teriakan lain yang tak kalah emosional."Woi, keluar kalian!" teriak seorang pria berbaju batik yang terlihat memimpin aksi. Beberapa orang lainnya menggedor-gedor pagar dengan tangan kosong, bahkan ada yang memukulnya dengan benda keras seperti tongkat atau kayu.Di tengah kerumunan itu, beberapa ibu-ibu terlihat mengomel keras sambil menunjuk-nunjuk ke arah kantor. "Mahasiswa kok nipu! Anak muda macam apa itu? Kita bayar mahal buat apa?" Salah satu dari mereka menggandeng anak kecil yang memegang kertas bertuliskan, "Uang Kami Dimana?"Teriakan demi teriakan semakin memanas, beberapa orang mulai melontarkan makian kasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Kembalikan Uang Kami! (Part 2)

    Morgan melangkah maju sedikit, tetapi kerumunan justru semakin menggila. Seseorang mencoba mendorong maju, sementara yang lain berteriak semakin nyaring."Mana uang kami?Kembalikan!""Penipu! Jangan cuma diam di situ!""BAPAK-BAPAK IBU-IBU SAYA MOHON TENANG!" bentak Morgan. Kodam suaranya sampai keluar dan berhasil menghentikan riuh para masa. "SAYA MEMANG GAGAL DALAM PROJEK INI. TAPI SAYA TEKANKAN. DP KALIAN MASIH AMAN," ucap Morgan menunjukkan tas hitam besar itu lalu membukanya. Dia menunjukkan sejumlah uang yang berada di dalam tas tersebut. Dion dan Jon saling menatap. Apalagi yang mereka pikirkan selain darimana Morgan mendapat uang sebanyak itu. "BAGI YANG INGIN MEMBATALKAN KERJASAMA DENGAN KITA SILAHKAN AMBIL KEMBALI UANGNYA," *Regina sedang duduk di bangku taman kota, menikmati suasana siang yang sejuk. Ponselnya berada di tangan, jarinya menggulir layar, membuka aplikasi Instagram untuk menghabiskan waktu.Namun, pandangannya tiba-tiba terpaku pada sebuah unggahan vide

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Kang Ojek dan Penumpangnya

    Regina yang duduk di belakang Morgan terus tersenyum, meskipun ia berusaha menutupi rasa malunya. Matanya tak bisa berhenti memandang Morgan, merasa sesuatu yang tidak biasa muncul di benaknya."Demi apapun, Morgan... sweet banget sih," pikirnya dalam hati, merasa kagum sekaligus terkejut dengan sikap Morgan yang terkesan tenang dan sangat misterius.Sementara itu, Morgan yang melaju dengan fokus tiba-tiba melirik sekilas melalui spion kanan. Melihat Regina yang tersenyum seperti orang yang sedang salah tingkah membuatnya mengernyitkan dahi. "Ni cewek stress atau gimana sih?" batinnya. Ia tidak bisa membendung rasa heran yang tiba-tiba muncul. Namun, ia memilih untuk tidak terlalu memperhatikannya, lebih memilih untuk tetap fokus pada jalanan yang semakin sepi.Perjalanan di atas motor terasa lebih panjang dari biasanya, tapi juga anehnya menyenangkan. Ia menyadari betul ada sesuatu yang menggelitik di dalam dadanya setiap kali berada di dekat pria itu. Kagum, mungkin. Tapi lebih dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Loh Kamu!

    Morgan merasakan cengkeraman Regina yang semakin erat di bahunya, namun itu tidak cukup. Dengan satu tangan tetap memegang setang motor, ia menarik tangan Regina agar melingkar di pinggangnya."Pegang erat. Jangan sampai lepas," katanya dengan keras, suaranya terdengar melalui desingan angin yang terus menyerang.Regina menurut tanpa banyak bertanya, meski tubuhnya mulai gemetar. Motor mereka melaju semakin cepat, tetapi suara knalpot dari belakang terus menghantui. Suara bising itu seperti gema dari ancaman yang semakin mendekat, menyesakkan dada Regina.Tiba-tiba, dari sudut matanya, Morgan melihat satu motor geng itu mengambil jalur lain, memotong jalan dengan kecepatan tinggi. Ia tahu apa yang akan terjadi, tetapi tak ada banyak waktu untuk bereaksi.Benar saja, dalam hitungan detik, salah satu motor geng itu berhasil memotong jalurnya dan berhenti mendadak tepat di depan. Morgan refleks menarik rem keras-keras, suara decitan ban menggesek aspal terdengar memekakkan. Motor yang m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Blush On Alami

    Wajah Morgan penuh luka memar. Ada lebam ungu kebiruan di sekitar pipi kirinya, sementara sudut bibirnya mengering, meninggalkan bekas darah yang pecah saat ia berusaha berbicara.Regina segera menghampiri mereka. "Jadi yah, Morgan tadi nganterin aku. Untung aja ada Morgan. Coba aja kalau aku pulang sendiri. Pasti aku nggak mungkin bisa nelpon ayah," ujar Regina. Prof Robert terdiam. "Pasti ada yang mengincar Regina. Setiap kali aku membahas administrasi kampus, anakku selalu jadi sasarannya," batin Prof Robert. Disatu sisi Morgan juga merenung. "Ini pasti ulah musuh kakek. Nggak ada abisnya musuh kakek nyerang aku. Sekarang malah nyerang temen-temenku. Ini nggak bisa dibiarin. Aku harus bertindak," ucap Morgan. "Kalau begitu saya Permisi pak, Regina," ucap Morgan. "Heh tunggu," pinta Prof Robert. Morgan mengurungkan niatnya untuk pergi. Tak disangka Prof Robert memegang pundak Morgan dan berkata "Makasih ya,"ucapnya dengan lirih. Morgan menganggukkan kepala. *Malam itu, Morg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Akhir Kisah Bos Ojek

    "Sedikit lagi proyek itu selesai. Kamu segera susun anggarannya ya. Pastikan jangan sampai ada yang nggak keinput," ujar Arthur. "Baik pak," Bahkan setelah tiba di rumah, tak hentinya pria paruh baya itu membicarakan pasal bisnisnya. Menggambarkan betapa kerasnya dia bekerja meski sudah kaya raya. "Kalau begitu saya permisi pak," ujar asistennya. Arthur mengangguk. Kini waktunya Arthur istirahat. Namun setelah beberapa detik ia memalingkan pandangannya dari asistennya, kini asistennya muncul lagi dihadapannya. "Mohon maaf pak, ada tamu yang ingin menemui bapak," Arthur mengerutkan dahi. "Jam segini ada tamu?" Arthur menoleh ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 10 Malam. "Iya pak, katanya urgent pak," sahut Asisten. Tanpa bertanya siapa yang bertamu malam-malam begini, Arthur memilih menemui tamunya itu. Yang benar saja begitu tiba di ruang tamu dia dibuat heran dengan tamunya malam ini. Sosok cengengesan itu duduk diatas sofa dengan sopan itu layaknya ta

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Yah Telat!!!

    Morgan membuka tasnya dengan santai, berniat mengambil catatan untuk membunuh waktu gabutnya. Sementara Jon dan Dion masih berkutat dengan skripsi mereka. Namun, begitu resleting tas terbuka, matanya langsung menangkap sesuatu yang berbeda yaitu setangkai mawar merah, masih segar, kelopaknya terbuka dengan indah. Morgan terdiam. Mawar itu… Dia sudah lama berniat memberikannya pada Regina, sebagai ungkapan isi hatinya yang sebenarnya. Sebuah permintaan maaf atas semua kesalahpahaman yang terjadi, sekaligus sebuah pengakuan. Namun, entah kenapa, kesempatan itu selalu terlewat. Entah karena situasi yang tidak tepat, atau mungkin karena dia sendiri masih ragu apakah ini saat yang tepat. Tapi sekarang, melihat bunga itu di dalam tasnya, dia merasa seolah mendapat pengingat. "Niat baik nggak boleh ditunda," pikirnya. "Aku harus minta maaf ke Regina, sekalian ngasih bunga ini sebagai ungkapan isi hatiku yang sebenarnya." Morgan menarik napas dalam, kemudian dengan gerakan cepat, ia mer

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Kata Siapa Jadi Orang 'Kaya' Enak

    "Ngurus cucu satu aja susahnya kayak ngurus puluhan orang. Susah banget. Pengennya itu lo ngadi-ngadi. Pengen jadi tukang ojeklah, pengen jadi anak kos lah, pengen jadi gelandangan lah, sekarang pengen jadi bos ojek, setelah ini pengen apalagi coba?" Sopir dan asisten Arthur terdiam seksama setelah mendengarkan ocehan Arthur. Di dalam mobil yang biasanya membahas schedule meeting dengan client atau urusan bisnis lainnya, kali ini dipenuhi dengan keluhan Arthur terhadap cucunya. "Kalian jangan diam aja dong! Kasih tanggapan atau apa kek," keluh Arthur mendapati sopir dan asistennya tak merespon. Mereka justru terlihat kompak mengangguk sungkan. "Menurut kalian saya harus gimana? Kalau tak larang, nanti dia ngambek. Tapi nggak mungkin juga toh cucuku jadi bos ojek. Apa kata orang-orang nanti. Udah paling bener dikurung aja si Morgan itu. Ngrepoti ae," Arthur mulai putus asa. Terlihat dari caranya menyandarkan punggungnya ke kursi mobil. "Maaf pak, tapi saya rasa dengan mengu

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Panggil Aku 'Bos Morgan'

    Jauh dari kehidupan sebelumnya. Tanpa perlu panas-panasan mencari penumpang hanya untuk bertahan hidup. Tidak ada aturan harus bangun pagi agar tidak antre mandi. Dan tak perlu mengeluarkan tenaga setengah isdet demi memenuhi semua kebutuhannya. Karena sekarang apa yang dia butuhkan ada dalam genggamannya. Begitulah kehidupan Morgan sekarang ini. Sudah hampir satu bulan sejak dinyatakan bebas dari penjara, dia kembali ke setelah awan menjadi tuan muda Morgan Junior Collim. Hari-harinya dihabiskan dengan rebahan sembari menunggu luka akibat tembak di kakinya mengering. Saking nyamannya, dia enggan keluar kamar hanya untuk melihat matahari. Dari jendela kamarnya terpampang lukisan pemandangan asli langit kota. Jauh sekali dengan pemandangan di kontrakannya. Tak hanya itu, kalau urusan makan, dia tak perlu khawatir. Pelayan di rumahnya sedia 25 jam di depan kamarnya. Lantas beban mana lagi yang hendak kau keluhan Gan Morgan...."Ahhhh bosaaaann," ujarnya sembari membanting hp.Berula

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Resign dari Hidup Miskin

    "Maaaakk, Jon bebasss,"Tidak ada momen paling mahal detik ini selain pelukan antara ibu dan anak. Mungkin diluar sana sahabat Morgan satu ini terkenal akan kemandiriannya. Namun siapa sangka, dia adalah anak yang amat dekat dengan orang tuanya. "Alhamdulillaaahh Jon!! Alhamdulillah Alhamdulillah," Ucap syukur itu tidak sekedar terdengar trenyuh di telinga. Melainkan tembus relung hati. Begitu juga dengan setiap untaian doa yang tak ada jedanya keluar dari bibir sang ibu. Setiap amin-nya menembus langit dan langsung didengar oleh Sang Maha Kuasa. "Maapin Jon ya maak," "Iya Jon, lain kali ati-atiiii yaa. Baca bismillah dulu yah, jangan gegabah," Tak hentinya sang ibu mengusap rambut putranya yang kini usianya mencapai hampir seperempat abad. Namun bagi sang ibu, anaknya tetap anak kecil yang butuh nasihat. "Iya mak, Jon janji bakal lebih hati-hati lagi," Disatu sisi yang paling tersiksa melihat momen ini tidak lain adalah Morgan. Melihat Jon yang dirangkul orang tua dan adik-ad

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Sidang (2)

    Mata Gin langsung membelalak melihat kehadiran Prof Robert. Regina, yang mendampinginya, terlihat tenang meskipun ada sedikit rasa cemas di wajahnya. Prof Robert memandang ke sekeliling ruang sidang dengan tatapan sinis. Suasana mendadak hening. Semua orang, bahkan Jaksa dan hakim, tampak terkejut.Prof Robert lalu membuka mulutnya dengan suara yang masih agak serak, namun jelas terdengar di ruang sidang. "Yang Mulia, saya di sini untuk memberikan keterangan yang sangat penting," katanya. "Silahkan,""Saya ingin mengungkapkan sebuah fakta yang selama ini tersembunyi. Semua tuduhan terhadap Morgan Junior adalah fitnah belaka. Saya adalah saksi utama yang mengetahui siapa sebenarnya yang terlibat dalam pencurian alat-alat laboratorium dan kejahatan lainnya."Seluruh ruangan sidang terkejut mendengar pernyataan tersebut. Gin yang duduk di sebelah pengacaranya tampak cemas dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.Prof Robert melanjutkan dengan suara yang sedikit lebih keras, "

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Sidang (1)

    Sidang hari ini dimulai dengan penuh khidmat. Hakim ketua beserta jajarannya telah memasuki ruang sidang. Semua orang di dalam ruangan itu segera berdiri, termasuk Morgan dan teman-temannya yang duduk di kursi terdakwa. Mereka hanya bisa menundukkan kepala. Yang mereka rasakan hanyalah malu, takut , selebihnya pasrah. "Apakah semua sudah siap?" kata hakim ketua sambil melihat ke sekeliling ruangan, memastikan semuanya siap.Jaksa penuntut umum berdiri dengan formal, membuka berkasnya. "Semua siap, Yang Mulia."Hakim ketua mengangguk, lalu melanjutkan, "Tolong bacakan nama terdakwa."Satu per satu nama dibacakan. "Saudara Morgan Junior, Derren Ardiansyah, Jonathan Rizki, Dion Wiyono mohon berdiri," Semua terdakwa diminta berdiri dan menunjukkan diri mereka.Keempat pemuda itu berdiri, satu sama lain saling pandang dengan rasa malu yang memuncak. Morgan merasa seolah-olah beban berat terletak di pundaknya, apalagi dia sudah merasa tidak pantas mengangkat dagunya lantaran telah membu

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Mulai Siuman

    Ruangan rumah sakit yang sepi itu kembali terisi dengan suara detakan mesin medis yang monoton, namun kali ini suasana terasa lebih mencekam bagi Regina. Ia duduk di samping ranjang ayahnya, Prof. Robert, yang terkulai lemah. Hanya ada cahaya remang dari lampu rumah sakit yang memberi sedikit kehidupan pada wajah Prof. Robert yang pucat. Ia memegang tangan ayahnya, berusaha untuk memberinya sedikit kehangatan yang bisa mengembalikan semangat hidup.Sudah beberapa hari berlalu sejak kecelakaan yang membuat ayahnya terbaring tak berdaya, dan meskipun dokter mengatakan bahwa mungkin ada harapan ia bisa sadar, Regina tetap merasa cemas. Tak ada yang lebih ia inginkan selain melihat ayahnya kembali seperti dulu. Namun saat ini, Prof. Robert hanya terbaring dalam ranjang, dengan sesekali napasnya yang terengah-engah, namun tak ada tanda-tanda bahwa ia akan bangun dalam waktu dekat.Tiba-tiba, terdengar suara samar dari mulut Prof. Robert. Suara itu begitu lemah dan serak, seolah berasal d

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Makan Korban Lagi

    “Kita semua sama-sama jadi korban Gin. Apa pun alasannya, nyatanya kita sekarang sama-sama kena getahnya. Aku mohon banget sama kamu, Derren. Pas sidang nanti, kamu harus jadi saksi. Akui semuanya. Dengan begitu, mungkin akan ada harapan agar kamu bisa bebas.”Derren menggeleng lemah. “Mana bisa, Gan… Aku kan—”“Kalau kamu jujur, pasti ada jalan. Lagian, kamu melakukan semua ini karena diancam, kan?” Morgan memotongnya cepat.Jon masih kesal. Dia menggerutu dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu dengan amarah yang meluap-luap, ia menatap Derren tajam.“GOBLOK BANGET JADI ORANG! Lain kali pikir dulu dong kalau mau bertindak!”Derren menunduk. “Iya, iya… Aku tahu aku salah,” ucapnya.“Jon, udah, Jon,” sahut Morgan, menepuk pundaknya agar lebih tenang.Tapi Jon masih mendelik ke arah Derren. “Gara-gara kamu, kita semua di sini. Gara-gara kamu, Morgan kena tembak,"Derren menggigit bibirnya. Ia tahu Jon punya hak untuk marah.Tapi di saat yang sama, dia juga merasa bahwa ini adalah ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status