Share

Tentang Sabotase Hotel

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

______

"Ja-jadi? Mas Andri sendiri yang sabotase hotel?" Aku terkejut kala melihat semua bukti dan rekaman pembicaraan antara Irlan dengan pengunjung hotel. Mereka menjelaskan ciri-ciri beberapa pria yang sengaja membuat citra hotel menjadi buruk. Bahkan sampai sekarang pun keadaan itu belum pulih. Hotel masih tak seramai awal.

"Iya, Bu. Ada oknum lain yang sengaja perburuk citra hotel. Dan setelah di selidiki, ternyata pak Andri sendiri yang menyuruh oknum-oknum itu. Saya gak ngerti, Bu, kenapa pak Andri lakukan ini? Bukankah kemajuan hotel juga kemajuan baginya?" kata Irlan menjelaskan. Aku masih syok dan tak percaya, suamiku sendiri malah memperburuk citra perusahaanku sendiri. Padahal selama ini uang yang ia dapat dari hotel kami.

"Oh ya, Bu. Ini juga ada data hotel yang sepi namun kian mulai ramai. Dan sepertinya perhatian mereka di alihkan kesana. Seperti di sengaja." Irlan kembali memperlihatkan bukti keramaian hotel yang baru saja di bangun beberapa bulan yang lalu. Memang dekat dengan lokasi hotelku. Hanya berjarak kurang lebih enam kilometeran. Tapi memang hotel itu kalah saing dengan hotel kami karena kwalitas pelayanan dan kenyamanan yang kami tawarkan.

"Ini, Bu. Namun mereka juga agak mengeluhkan pelayanan di hotel sana. Tapi, daripada memilih hotel Bu Aurel, setidaknya mereka lebih baik singgah di hotel sana." Kembali Irlan terus jelaskan. Sedangkan aku hanya menyidik setiap bukti yang Irlan dapatkan.

"Memangnya isu apa yang menyebar hingga hotelku sepi?" Aku penasaran. Sambil menunggu pak pengacara datang, benak ini masih terus menyelidik.

Kami tidak jadi bertemu di taman, tapi kini kami bertemu di rumah karena aku juga ingin langsung limpahkan semua berkas yang kudapat ke pengacara. "Ada yang bilang kalau hotel rentan pencurian, Bu, dan ada kasus di hari sebelum saya di pecat, yaitu kasus pelecehan pengunjung hotel oleh pegawai hotel yang sama sekali tak kami kenal. Sepertinya sengaja di datangkan. Dan saya juga tak lihat lagi orang itu. Tapi sesuai keinginan Bu Aurel, mereka yang bersangkutan sudah di sekap."

"Selamat siang!" Tiba-tiba pengacarku datang. Dia adalah seorang pengacara terkenal dan sudah menjadi pengacara langganan sejak masih ada mama dan papaku.

"Om Yudi, silahkan masuk, Om." Akhirnya Om Yudi datang. Kami bersalaman, begitupun dengan Irlan.

"Ya, bagaimana Aurel? Ada yang bisa Om bantu?" Om Yudi bertanya perihalku yang memanggilnya. "Oh ya, lama tidak bertemu katanya kamu sakit. Gimana sekarang? Apa sudah sehat?" tanya kembali Om Yudi setalah ia duduk dan sedikit menarik jas yang ia kenakan bermaksud merapikan.

Aku mengangguk. "Iya, Om. Saya sudah sehat. Memang ada hal yang mengharuskan Om Yudi bantu saya. Dan saya tak mau melama-lamakan proses hukum untuk masalah ini." Saat aku menjelaskan Om Yudi sedikit heran. Irlan hanya menyaksikan dengan tatapan iba.

Di sela-sela obrolan kami Simbok datang kembali membawa minuman untuk Om Yudi. Ia letakkan langsung di meja. Di depan tempat yang Om Yudi duduki.

Lalu kami lanjut bicara.

"Masalah? Tentang apa? Oh ya, apakah Aurel jadi akan pindah namakan aset ke tangan pak Andri?" Aku kaget mendengar pernyataan Om Yudi.

"Pindah aset?" Aku terkejut. Tapi memang aku tak begitu heran.

"Ya, sempat pak Andri membawa sebuah tanda tangan palsu. Dia membawa tanda tangan kamu katanya, tapi sama sekali itu bukan tanda tangan kamu. Saya jadi curiga. Hubungi nomor kamu tidak bisa, dan saya juga tidak di perbolehkan untuk datang kesini olehnya. Katanya kamu sedang di luar negeri, sedang pengobatan karena kecelakaan beberapa Minggu yang lalu itu." Cerita Om Yudi. Aku memang tahu kalau Mas Andri sempat meminta tanda tangan waktu itu yang kubuat seunik mungkin.

"Dan kemarin pak Andri juga datang lagi ke kantor. Dia mengutarakan hal yang sama. Dan dia bawa tanda tangan kamu. Ini, saya bawa berkasnya. Namun saya belum proses, karena saya baru akan proses ini kalau kamu yang datang sendiri kesana. Dan katanya besok dia akan bawa kamu ke saya." Aku makin kaget mendengar penjelasan lawyer Rudi. Dia juga memperlihatkan sebuah surat pernyataan yang ada tanda tanganku.

"Yang jelas saya tidak pernah tanda tangan ini, Om Yudi. Dan jangan proses apapun, karena sampai kapanpun saya tidak akan serahkan aset saya pada suami saya." Aku memberi penjelasan perihal ketidak benaran apa yang Mas Andri berikan padanya.

"Iya, saya pas di suruh kesini memang sengaja ingin meminta kepastian dari kamu. Dan saya curiga, kalian memang sedang ada masalah. Apa benar?" tanya Om Yudi penasaran. Bagaimanapun juga, setelah papa dan mama tiada dia terus berusaha melindungiku.

"Iya, Om. Itu nanti saya ceritakan. Dan ini ada beberapa hal yang mengganjal. Silahkan Om lihat ini." Aku memberikan sebuah map dan beberapa lembar kertas lain tentang kejahatan yang dilakukan Mas Andri. Aku juga tak lupa mengirimkan bukti percakapan dan video dari para pelanggan hotel. Penjelasan mereka tentang isu yang beredar.

Om Yudi mulai membaca dan mempelajari kasus yang aku berikan padanya. Dia terlihat amat kaget dan heran. "Ini benar Andri yang lakukan? Kalau Andri menginginkan aset kamu, mana mungkin ia lakukan ini? Dia pasti tidak akan membuat isu seperti ini untuk kehancuran aset yang ingin ia miliki."

Aku dan Irlan saling menatap sekejap. "Maksud Om gimana?" Aku penasaran dengan keganjalan yang diberitahukan oleh Om Yudi perihal ketidak mungkinan Mas Andri yang lakukan itu.

"Iya, Andri sepertinya bersikeras ingin mengambil aset kamu. Kalau dia lakukan ini, dia kan yang rugi, Rel, dia kehilangan customer." Om Yudi jelaskan kembali.

"Tapi yang saya dapat dari orang yang menyebar isu, pak Andri yang meminta, Pak. Bahkan rekamannya pun ada. Memang tak ada pak Andri disana. Tapi anak buahnya yang bicara. Dan semua anak buahnya sudah di amankan, Pak. Jadi mereka tak bisa menghubungi pak Andri ataupun orang lainnya. Mereka sudah ada di tangan anak buah Bu Aurel." Irlan angkat bicara.

Om Yudi terus mempelajari berkas yang aku berikan. "Coba kamu buat mereka semua berkata dengan jujur." Pinta Om Yudi

"Baik, Om. Dan saya tak mau melama-lamakan kasus ini. Saya ingin segera mengusut kasus ini. Dan satu lagi. Ini ada sebuah rekaman lain."

"Apa itu?" Om Yudi mulai penasaran lagi, begitupun dengan Irlan. Mereka berdua memasang raut wajah yang sama.

"Ini." Aku mulai mengeluarkan sebuah rekeman dimana Mas Andri di malam itu menyerahkan semua perhiasanku pada ibunya. Pada ibu mertuaku secara diam-diam.

Om Yudi dan Irlan menyaksikan video yang kurekam berdurasi lebih dari dua menit itu.

"Kamu? Kamu memangnya amnesia?" Om Yudi kaget. Irlan pun nampaknya demikian. Dia menatapku yang hanya diam dengan tatapan sendu. Sesekali kumainkan jemari ini. Karena di percakapan Mas Andri dengan ibu mertua, ada sebut-sebut kalau aku ini amnesia.

"Iya, setelah aku kecelakaan sempat amnesia, Om." Baru sampai disana Om Yudi sudah kaget lagi. "Lalu? Kamu? Kamu ingat saya?" Ia memastikan kalau aku masih mengingatnya.

"Ja-jadi? Bu Aurel am-ne-sia? Lalu Bu Aurel dibawa kelur negeri?" Irlan bertanya lagi perihalku yang katanya dibawa keluar negeri. Kepalaku hanya menggeleng-gelengkan dengan jawaban yang berarti tidak.

"Maksudnya?" Om Yudi makin penasaran.

Kutoleh Irlan, lalu kutoleh Om Yudi. "Aku tahu dari simbok kalau aku amnesia. Dan aku sempat dijadikan babu di rumahku ini, Om. Kejam 'kan?" Mendengar jawabanku ekspresi wajah mereka berdua otomatis berubah.

"Tapi itu hanya berlangsung beberapa hari. Dan kata simbok, kepalaku terbentur. Karena wanita selingkuhan suamiku sendiri yang menyamar jadi nyonya di rumah ini." Sampai disana mereka berdua makin terkejut lagi. Irlan dan Om Yudi mungkin merasa kalau aku mengada-ada.

"Se-lingkuhan?" Om Yudi kaget. Begitupun dengan Irlan. "Jadi Bu Aurel tak keluar negeri?" Perlahan kepalaku menggeleng-geleng lagi. Tandanya apa yang Irlan tanyakan kujawab tidak. Sontak keduanya menghela nafas dan menghembuskannya dengan perlahan dibarengi raut wajah syok.

"Ini kayak film, Om. Setelah aku terbentur, aku kaget, aku lihat diriku yang sudah ada di kamar pembantu. Pakaian yang aku kenakan pun hanya pakaian sederhana dan amat biasa. Tapi bukan itu masalahnya, aku baru tahu kalau mas Andri yang meminta simbok bersandiwara, dan mengakuiku di rumah ini sebagai asisten rumah tangga."

"Ini keterlaluan, Aurel!" Om Yudi sepertinya emosi.

"Bu, saya masih tak mengerti. Lalu Ibu sekarang sudah pulih? Dan pak Andri juga tahu 'kan?" Irlan pun penasaran.

Aku mengangguk. "Ya, sejak aku pulih, aku masih pura-pura amnesia dan menyelidiki semuanya, namun, ketika ada hal yang kurasa tak mungkin harus terjadi, di saat itu aku pura-pura pulih. Dan yang kuingat hanyalah nama mas Andri. Tak satupun. Aku hanya ingat dia sebagai suamiku saja. Sengaja Aurel bersandiwara, Om." Mereka berdua makin kaget.

"Lalu?" Om Yudi kembali bertanya supaya aku jelaskan semuanya.

"Ya, sejak itu mas Andri dan selingkuhannya sandiwara lagi. Dia bilang dialah pemilik hotelku. Dia bilang dialah yang memiliki segalanya. Dan selingkuhannya ia bilang sahabat dekatku. Oke, aku ikuti sandiwaranya. Dan semata-mata juga itu untuk mengembalikan dana yang sudah ia curi dari perusahaan. Dan itu sudah balik, Om. Aku berhasil. Karena untungnya hanya sedikit dana yang mereka cairkan." Mereka berdua terpelongok kaget. Sesekali kepala mereka menggeleng dengan artian tak mungkin dan tak percaya.

"Tinggal satu lagi, Om. Perhisan mama yang bernilai lebih dari dua milyar. Itu masih ada di tangan mertuaku. Dan aku akan mengambilnya dengan sandiwaraku. Dan aku mohon, Om dan Irlan tak buka rahasia ini. Dan pada waktunya, nanti aku akan hubungi kalian lagi. Tolong Om pelajari saja kasus ini semua. Dan aku mau mereka dapat hukuman yang setimpal. Tentang sabotase hotel, nanti menyusul." Aku jelaskan lagi niatku.

"Tapi kenapa tidak langsung di usut saja. Toh buktinya sudah ada semua." Usul Om Yudi.

"Nanti, Om. Aku masih ingin bersenang-senang dengan mereka. Aku ingin buat mereka serasa ada di atas awan. Lalu kujatuhkan sekaligus. Bukannya itu lebih sakit, Om?" Aku memikirkan ide. Om Yudi hanya meninggikan alis. "Ya sudah, terserah. Tapi jaga diri kamu. Mereka itu licik." Om Yudi memberiku pesan.

"Om tenang saja. Tak akan lama. Hanya beberapa hari lagi. Setelah aku tahu siapa yang sebenarnya sabotase hotel." Aku jawab dengan lugas. Oh ya, sebelumnya aku sudah suruh Pak Sopir untuk membawa mertuaku keliling, biar dia sampai di rumah sangat lama.

"Oke, kalau begitu Om ke kantor dulu. Semua berkas ini Om bawa. Om juga ada janji dengan klien. Kamu hati-hati ya, Aurel." Om Yudi pamit padaku juga pada Irlan dan berpesan. Aku pun mengangguk. Lalu ia segera berlalu dengan raut wajah yang masih bingung dengan apa yang aku lakukan.

"Lalu, kapan kita akan temui anak buah orang yang sudah menyebar isu itu, Bu? Sekarang?" kata Irlan.

"Oke, sekarang saja. Jangan menunda-nunda. Kebetulan sekarang juga masih siang." Aku dan Irlan pun bergegas menuju tempat penyekapan para budak si penyebar isu.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bagus aurel km pintar, bikin jadi gelandangan aja manusia2 gak tau diri itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Sabotase Hotel 2

    "Kami tidak bohong, Bu. Pak Andri yang suruh kami sabotase hotel milik Ibu. Tolong lepaskan kami, Bu." Ringis salah seorang anak buah yang mengaku di suruh Mas Andri. Mereka bertiga. Dua orang dari mereka hanya diam sambil tertunduk."Kalian jawab jujur atau hari ini hari terakhir kalian bernafas. Saya juga sudah tahu keluarga kalian. Jadi sekarang kalian jujur." Mendengar gertakkanku ketiganya makin ketakutan."Sumpah, Bu, sumpah. Kami di suruh pak Andri. Dan, pak Andri sepertinya akan jual aset Ibu ke pemilik hotel dekat hotel Ibu itu."Teg! Jadi benar? Mas Andri yang lakukan itu?"Kalian jangan bohong. Mana mungkin suami saya ingin memperburuk citra hotel saya. Toh itu akan buat dia rugi 'kan?" Aku papas habis semua pertanyaan yang masih di rasa mengganjal. Dan Irlan pun hanya diam menyaksikan."Sumpah, Bu, sumpah. Pak Andri dapat bayaran besar dari pemilik hotel itu. Dan pak Andri juga

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Milikku kembali

    ****Semalaman Mas Andri terlihat sekali wajahnya kusut. Tak kuberi ia kesempatan untuk kelur rumah bahkan untuk sekedar chatingan bersama si Maya. Pas aku tanya tentang si Maya, dia mengelak kalau Maya bukanlah siapa-siapa. Oke, kuanggukkan saja kepala ini tanda percaya padanya. Tapi kalaupun dia bercakap-cakap dengan Maya, aku sudah pasang alat penyadap suara di setiap sudut."Mas? Mana perhiasan yang kamu pinjamkan ke ibu?" tanyaku segera di pagi-pagi buta setelah aku beres bersolek."Iya, aku ambil dulu." Dia dengan wajah lesu mulai menginjakkan kaki menuju ke arah kamar ibu."Maaf ya, Mas, tapi itu semua perhiasan peninggalan almarhumah mama. Nanti ibu kamu aku beliin lagi yang baru." Aku beri Mas Andri harapan, supaya ia juga bilang pada ibu.Di kamar aku masih melamun menghadap ke depan cermin. Rumah tangga yang selama ini kudo'akan baik-baik

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Harapan manis

    Beberapa ratus meter lagi kami sampai di kantor. Disana aku sudah siapkan semua kejutan untuk Mas Andri dan ibu. Aku harap mereka bahagia. Atau sebaliknya?"Aurel, kamu memang menantu Ibu yang saaaangat baik. Kamu wanita hebat. Dan Ibu bangga atas keputusan kamu ini?" Ibu sedari tadi di jalan tak henti memujiku. Aku tahu bagaimana kegiranganmu, Bu, kala ibu akan dapatkan semua yang kumiliki tanpa susah payah."Iya, Bu. Keputusan Aurel ini sudah bulat. Semua ini demi kebaikan hidup Aurel, Bu. Ibu setuju, kan?""Uh, setuju sekali, Rel. Ibu saaaangat dukung keputusan kamu ini. Ibu akan sangat bangga." Ibu tak henti bersemangat. Bola matanya lagi ibarat menyemburkan lembaran-lembaran uang dolar. Sumringah sekali."Sayang, makasih, kamu memang istri yang terbaik," puji Mas Andri sambil mengelus punggung tanganku dengan lembut. Ia pancarkan pula tatapan kebahagaiaan juga tatapan kemenanga

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Kejutan

    Hallo, Kakak dari Sabang sampai Merauke. Semoga kalian sehat selalu dan di lancarkan rezekinya selalu. ***"Pak Yudi?" Pengacaraku datang, dan itu sekejap menghilangkan rasa curiga Mas Andri. Karena ia pikir, aku memang akan limpahkan semua kekuasaanku. Dan itu memang lewat Om Yudi."Masuk, Om," ujarku langsung mempersilahkan Om Yudi untuk masuk ke lingkup kami. Ibu dan Mas Andri mulai tenang kembali. Namun pastinya mereka belum mengerti kenapa ada Irlan.Tiba-tiba, setelah Om Yudi, beberapa orang masuk membawa dan menyiapkan peralatan sesuai yang kuminta."Sayang? Ada proyektor segala. Ini, ini kok kayak ada tontonan?" Mas Andri mulai heran kala bagian peralatan mulai bekerja.Kuraba lengan suamiku. "Mas, ini sebuah kejutan dari aku. Sebelum aku umumkan tentang jabatan kamu yang baru, kita semua tonton ini dulu. Em, semacam, e ... du ...

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Berita Om Yudi

    ***Alhamdulillah, sekarang citra hotelku sudah kembali membaik. Pengungkapan mereka di media cukup menarik para customer hotel kembali.Lalu, bagaimana nasib Mas Andri, ibu dan Maya?"Aurel, jangan usir kami. Kami sudah tak punya lagi tempat tinggal." Itulah kata-kata terakhir dari ibu mertua. Sambil menangis dan merintih dia terus meminta maaf dariku."Kamu akan terima akibatnya, Aurel!" Mas Andri tadi siang mengancam. Dan kini Maya juga Mas Andri sudah ada di kantor polisi, mereka masih di selidik mengenai obat yang mereka palsukan untukku. Ya, itu terutama. Juga tentang sabotase hotel yang tidak di akui secara keseluruhan oleh Mas Andri.Maaf kalau aku lakukan semua ini untuk kalian. Tapi ini semua tak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit dan kekecewaan yang melanda batin ini. Sampai-sampai aku harus sampai menyaksikannya kalian akan berbuat tak senonoh di hadapanku. Sungguh k

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Berduka dan kecewa

    ***Hari ini seperti hampa. Setelah pemakaman jenazah Om Yudi, aku masih tak menyangka, perjumpaan kami di sore itu adalah perjumpaan kami yang terakhir.Langkah demi langkah terasa mengambang kala aku mulai meninggalkan area pemakaman. Selamat tinggal, Om. Semoga Om di tempatkan di sisi-Nya yang mulai. Ini seperti mimpi, Om akan secepat ini menyusul mama dan papa.Sampai di dekat mobil milik Om Yudi."Mas Juna, Tania, yang tabah, ya. Semoga almarhum di terima di sisi-Nya. Aku turut berduka. Dan maafkan bila selama ini aku merepotkan papa kalian terus." Isak tangisku kembali muncul kala bicara di hadapan kedua anak Om Yudi. Mereka berdua amat sangat kehilangan, pastinya, lebih dari perasaan yang aku rasakan."Iya. Makasih. Memang sekarang kita hanya harus tabah dan berdo'a." Jawaban Arjuna lumayan mengenakan hati. Aku takut kalau mereka berfikir Om

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Kembali berencana

    Aku dan Feri berkenalan di mobil sambil jalan. Meskipun ia sudah mengenalku, tapi aku masih belum mengenal dia.Feri orangnya santun dan santai, jadi aku tak canggung bicara dengannya, tidak kaku. Dan kini sampai lagi pembicaraan kami di inti."Jadi? Siapa yang sudah jamin mereka berdua?" tanyaku lagi.Feri mulai angkat bicara lagi. "Namanya Warisman. Dia pemilik hotel saingan kamu. Dan, dia yang sudah jamin mereka berdua. Untuk lebih jelasnya orangku masih menyelidiki kasus ini."Deg deg!Deg deg!"Om Warisman?" Aku kaget setengah mati. Bisa-bisanya Om Warisman bebaskan Maya dan Mas Andri dari perkara ini. Pantas saja. Tapi, kalau hanya Maya aku percaya, kalau dengan Mas Andri? Maya dan Mas Andri 'kan ada hubungan? Lalu, untuk apa Om Warisman bebaskan Mas Andri? Apa kepentingan bisnis? Ah tak mungkin."Aurel?" Feri mengejutkanku."Em. Iya

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Sela kesedihan

    Semalaman aku tak bisa tidur karena masih berduka atas kepergian Om Yudi, apalagi aku juga masih kepikiran sikap Arjuna yang mungkin makin murka saja.Sungguh ini tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau Mas Andri dan si Maya itu bisa di bebaskan dengan jaminan. Tahu seperti itu, aku ledakan saja meriam di kepala mereka. Aku di hukum? Oke, tapi aku akan puas, dan orang yang selalu melindungiku mungkin tak akan merenggut nyawa secepat ini.Astaghfirullah aladzim! Ini sudah takdir dari Tuhan, usia Om Yudi memang hanya sampai kemarin sore. Tapi, kalau saja dia tak terlibat dengan masalahku, mungkin nyawa Om Yudi tak akan lenyap dengan cara seperti itu.Selama ini aku tak pernah kenal dengan Arjuna, padahal Om Yudi adalah orang yang cukup dekat denganku. Kami tak pernah di perkenalkan. Tapi untuk apa juga? Memang kalau Almarhum Om Yudi punya dua anak, aku tahu, hanya tak pernah melihat wajah mereka. Sekalipun di medsos, karena

Bab terbaru

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   97 The End

    "Aurel? Feri?"Maya terkejut dengan kedatangan kami ke rutan bermaksud mengunjunginya. "Kalian jenguk aku lagi?" tanyanya. Kini Maya sudah duduk di kursi berhadapan dengan aku dan Feri. Wajahnya lumayan lusuh. Ya, namanya jiga di dalam sel tahanan. Tak seindah di rumah sendiri walaupun rumah itu amatlah kecil dan sederhana."Iya. Apa kabar kamu, May?" tanyaku sambil getar-getar kaki di bawah meja. Sontak bola mata Maya gelagapan mendengar tanya kabar dariku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu. Tapi, mungkin dia masih belum terbiasa saja bertemu denganku."Baik, Rel. Makasih kamu udah kali ke duanya mengunjungi aku ke sini." Kata-kata Maya mulai memperlihatkan kalau dia sudah berubah menjadi lebih baik. Syukurlah. Memang seperti apa yang pernah aku ceritakan. Sebelumnya pernah mengunjungi Maya."Rel? Perut kamu?" Maya terkejut dengan kondisi perut

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   Part 96

    PoV Aurel***"Sayang, hari ini aku kepengen makan ketoprak, tapi yang di ujung jalan sana itu loh!" Suamiku Feri merangkulku dari belakang. Saat ini aku sedang minum air mineral sambil berdiri. Hari ini dia dan aku libur ngantor karena hari Minggu. Seperti biasa ia simpan dagunya di bahuku. Dan itu membuatku geli. Momen manja-manja kami tak pernah henti."Ih, geli!""Gimana? Mau gak? Ayok dong!" Ia kekeh ingin ketoprak. Sejak aku hamil, sama sekali aku tak pernah ngidam apapun. Alhamdulillah mual pun hanya di awal-awal saja. Dan ngidam, full dia yang tangani. Kok bisa? Aku pun tak tahu. Tapi biarlah."Iya, sebentar." Aku kembali minum. Dia masih memelukku dari belakang sambil elus-elus perut."Kamu apaan sih? Nanti ada simbok atau bibi, malu," ucapku terkekeh geli. Kadanga Simbok dan Bibi suk

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   95

    PoV Putri***Namaku Annata Putri Salsabila. Anak satu-satunya dari Papa dan Mamaku. Mereka sudah almarhum. Kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu telah merenggut nyawa mereka. Singkat sekali perjumpaan kami. Semoga kelak di surga aku dan mereka bisa kembali berkumpul.Aku tinggal bersama Tante Sandra, ia adalah Kakak dari almarhum Papa. Jadi, aku dan Mas Feri sepupuan. Ah, tak kusangka, ia kini sudah menikah dan akan segera mempunyai momongan dari wanita yang di cintainya, Mbak Aurel.Aku mengambil sekolah menengah atas jurusan keperawatan, hingga aku kuliah dan lulus menjadi seorang perawat. Aku lebih memilih menjadi perawat para korban bencana. Termasuk korban kecelakaan pesawat. Ah, itu semua aku lakukan karena kekecewaanku yang tak bisa merawat Papa dan Mama. Hingga aku bertekad ingin menjadi seorang perawat dan memb

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   94 Sedang bahagia

    PoV Aurel***Hari ini aku sangat bahagia. Tepat di hari ulang tahun pengacara keceku, yaitu suamiku sendiri, Feri, ternyata perutku sudah berisi janin yang kata dokter usianya baru enam minggu. Ah, aku bahagia sekali. Sejak dulu menikah dengan Mas Andri, aku menunda dulu soal momongan, tapi sekarang, setelah menikah dengan Feri, aku tak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Itu mauku, juga mau Feri. Kami sudah tak sabar ingin menjadi orang tua. Dan Alhamdulillah, akan segera kesampaian."Sayang? Malam ini kita diner, yuk!" pintanya sambil memeluk tubuhku dari belakang. Dia selalu bertingkah manja."Memang boleh keluar malam?" tanyaku."Boleh, asalkan udah shalat isya. Aku udah siapkan tempat yang spesial untuk kita." Dia bicara lalu mengecup pipiku."Ish! Curi-curi kecupan. Gimana kalau ada simbok?" Aku mencub

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   93

    PoV Feri***Hari ini, setelah Aurel terbangun dari koma, akad nikah akan kami langsungkan saja. Aku tak mau menunggu lagi hari esok atau lusa. Aku tak mau sampai acara ini di tunda lagi.Hari ini dia sudah membuat jantungku terasa copot. Pas bangun dari koma, dia malah tidak mengenalku. Eh, ternyata dia hanya sandiwara. Dasar Aurel. Di suasana sedih pun dia masih bisa bercanda. Entah apa yang terjadi bila ya, dia hilang ingatan lagi. Ah, aku mungkin sudah tak bisa lagi bicara. Tadi saja, aku sudah merasa tak punya harapan apapun lagi. Dia benar-benar berhasil membuatku kaget setengah mati. Tak hanya aku, tapi semuanya. Bahkan Simbok sampai mau pingsan.Akad nikah akan segera berlangsung. Sebelum mengucap qobul, kutatap wajahnya dengan penuh cinta. Aurel cantik sekali. Benarkah hari ini kami akan menikah? Akad

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   92

    PoV Feri***"Gimana kabar Aurel, Fer?" Arjuna bertanya mengenai kabar Aurel. Dia sudah makin membaik, kini untuk berjalan pun tidak memakai bantuan kruk."Masih sama." Kuhempas tubuh ini ke sofa. Lalu melonggarkan dasi dan simpan tas di atas meja. Arjuna ikut duduk. Putri datang membawakan kami minuman. Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Selesai meeting tadi aku langsung pulang. Nanti akan ke rumah sakit lagi. Sekarang katanya ada Bi Atun di sana. Menunggu Aurel sebelum aku datang."Kasihan ya, Mbak Aurel, Mas. Aku masih gak ngerti kenapa ini harus terjadi. Apalagi ... pernikahan kalian 'kan tinggal beberapa hari lagi." Putri berkomentar dengan lesu."Iya." Aku mendenguskan nafas kembali dorong punggung ke sofa. Netra ini hanya menatap langit-langit rumah yang terasa suram."Sabar, Fer, gue yakin Aurel akan s

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   91

    Disangka Masih Hilang IngatanPart 91❤️❤️❤️PoV 3***Jadi sebenarnya siapa yang tertembak di keributan halaman hotel?Sebelumnya flashback dulu. Maya adalah anak dari Pak Nadimin dan Bu Samsiah. Ia pergi meninggalkan orang tuanya bermaksud mengadu nasib. Maya tak bicara pada orang tuanya perihal dirinya yang ternyata berangkat keluar negeri sepuluh tahun yang lalu.Maya lewat penyalur tenaga kerja Indonesia sepuluh tahun yang lalu telah di berangkatkan ke negeri gajah putih atau itu adalah sebutan untuk negara Thailand. Ia bekerja hingga akhirn

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   90

    Siang ini aku dan Feri memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Ingin temui wanita yang bernama Maya itu, takutnya ia masih istirahat. Jadi setelah makan siang aku putuskan untuk menemuinya."Sayang, besok kita fitting baju pengantin. Besok aku jemput kamu, ya? Hari ini, em maksudnya siang ini aku ada meeting. Tapi nanti jam satu. Setelah zuhur," kata kekasihku Feri. Ah, ini masih seperti mimpi."Oke. Em, Fer, kamu jangan panggil aku sayang dong. Agak gimana gitu! Aurel aja ya?" Aku masih malu-malu."Loh? Kenapa? Ya sudah, aku panggil kamu Aurel. Aurel Sayang." Dia malah tersenyum.Aku merasa malu. "Ah, terserah lah. Asal sayangnya jangan cuma di bibir," ucapku."Lalu harus dimana lagi?" tanyanya."Ya ... hati sama ucapan kamu harus selaras. Jangan bohong.""Lalu, bagaimana ka

  • Disangka Masih Hilang Ingatan   89 Kedatangan

    "Siapa itu, Pak?" Aku bertanya pada Pak Satpam. Ada dua buah mobil ternyata. Bukan cuma satu saja yang datang.Feri masih ada di dalam mobil. Hati ini masih agak senyam-senyum karena Feri ternyata telah mengungkapkan perasaannya padaku. Dan ternyata aku baru sadar, perasaanku selama ini adalah rasa nyaman yang berakhir mencintainya pula.Mobil itu berhenti di sampingku. Pintu mobil mulai membuka.Benar-benar kaget."Hah? Tante Sandra? Putri? Itu, siapa lagi?" ucapku heran.Lalu, Feri keluar. Ia malah senyam-senyum seperti tahu dengan apa yang terjadi. Bola mata ini malirik kesana kemari. Ke arah dua mobil itu, juga ke arah Feri."Silahkan masuk, silahkan!"Teg!Tiba-tiba Simbok dan Bi Atun menyuruh mereka masuk. Aku nyatanya masih heran. "Fer?" Aku menegur Feri.

DMCA.com Protection Status