PoV 3
***Di sore hari yang istimewa dengan seokan angin kencang itu beberapa orang berbaju hitam sudah menunggu di depan pintu rumah Arjuna dan Tania. Mereka berjumlah empat orang. Tiga orang sudah sigap di depan pintu dengan perawakan gagah tinggi besar, dan satu orang menunggu di mobil.
"Teman si Juna siapa ya, Pah?" Windy dan Idris masih berjalan santai sambil berbincang-bincang menuruni tangga. Seakan hanya sesuatu hal baik saja yang akan mereka temui.
"Gak tahu. Pasti karib kerjanya. Mobilnya juga bagus. Atau dia dari luar negeri sengaja ingin bertemu Arjuna, Mah." Idris berkomentar. Mereka jalan berdampingan karena tangga lumayan lebar. Tangga lumayan panjang lebih dari empat puluh anak tangga itu menjadi saksi drama langkah dan tawa mereka.
"Eh, Pah, tadi si Neti tiba-tiba akhiri obrolan sama Mama. Pas di tel
PoV 3***"Loh? Kok innalilahi? Fer? Siapa yang meninggal?" Aurel bertanya-tanya dalam kekagetan. Berharap tidak terjadi apa-apa pada Arjuna. Karena kalau Putri yang menelpon, berarti ada kemungkinan besar urusannya adalah tentang Arjuna."Kak? Ini bukan soal Kak Juna, kan?" Tania kini yang bicara. Ada rasa khawatir menggerogoti pikiran Tania dan Aurel.Feri yang baru saja menutup panggilan pun mulai angkat bicara. Raut wajahnya mengiba. Dan itu makin membuat Aurel juga Tania kaget."Bukan soal Juna, tapi suster gadungan yang jaga Arjuna, yang suruhan tante Windy itu ... kejepit lift saat mau kabur. Kakinya kejepit dan harus di amputasi."Tiba-tiba Aurel dan Tania ikut lega. "Syukurlah, kalau bukan soal Arjuna.""Syukurlah kalau bukan soal kak Juna." Keduanya
Disangka Masih Hilang IngatanPart 71PoV 3"Juna," kata Feri saat setelah ia masuk bersama Aurel, Tania dan juga Putri. Namun Arjuna masih diam menatap langit-langit kamar rawat."Kak Juna?" Kini Tania yang bicara sambil mendekat. Wajahnya penuh dengan raut iba dan belas kasih.Arjuna hanya diam. Apalagi kini ia sudah tahu kalau om dan tantenya itu bukanlah orang yang baik."Kak Juna? Kakak udah baikan?" Tania bertanya. Meraba lengan kakaknya yang masih saja terbaring mematung."Bicara dong, Kak. Tania kesini mau jenguk Kaka Juna. Bukan di cue
*Flashback on*PoV Sandra"Hana idap penyakit serius, San," kata Mas Yudi tiba-tiba utarakan hal serius padaku. Dia memang habis pulang dari rumah sakit mengantar Mbak Hana periksakan keluhannya selama ini."Apa? Sakit, Mas?" Aku kaget. Ini bukan kaget belaka atau sebagai basa-basi seorang wanita yang di madu.Mas Yudi mengangguk."Sakit apa?" Aku benar-benar penasaran.Hela nafas Mas Yudi sejenak itu terdengar mengerikan. Seakan ada rasa kekacauan yang amat mendalam. Seakan ada rasa kekhawatiran dan kekecewaan yang menggelora jiwa. Kedipan bola mata pun mulai terlihat berat."Aku berniat cek kondisi kesehatannya. Tapi ... ternyata Hana idap kank
Disangka Masih Hilang IngatanPart 73♥️♥️♥️PoV 3"Ada apa, Fer?" Aurel bertanya perihal Feri yang terburu-buru keluar hendak memanggil dokter. Dan kini dokter, pun suster telah masuk ke dalam ruangan Arjuna.Feri sangat khawatir. "Arjuna kejang-kejang. Entah kenapa." Saat Feri menjawab dokter telah masuk. Suster menyuruh mereka menunggu di luar. Termasuk Sandra yang di dalam pun sejenak di minta menunggu oleh suster."Kejang?" Aurel kaget."Kak Juna kejang-kejang?" Tania pun sama halnya."Ya Allah, selamatkanlah anak hamba." Sandra menangis meratapi kondisi Arjuna yang mengkhawatirkan. Mereka semu
Disangka Masih Hilang IngatanPart 74❤️❤️❤️PoV Arjuna***Kepalaku tadi sakit sekali. Pasti itu adalah efek dari racun yang telah masuk ke dalam tubuh. Saat aku mengingat memori dulu, sakit, otakku berfikir keras namun tak mampu menahannya. Ternyata aku sampai tak sadarkan diri. Dan kata suster, kini aku ada di ruang ICU. Apa keadaanku separah itu?Ternyata memang kini aku sudah terbaring di ruang intensif.Tadi pun mulutku di pasangi sungkup oksigen, tapi sekarang aku merasa lebih baik. Hingga kini aku sudah bisa bernafas normal perlahan. Memang ini masih mema
PoV Aurel***Kini sudah genap satu minggu sejak Arjuna berubah. Ia telah mulai mengakui kalau apa yang selama ini ia lakukan itu salah. Dia telah membenci orang yang sangat menyayangi dirinya dan juga Tania. Sosok Tante Sandra kini telah hadir sebagai sosok ibu bagi Arjuna.Sekarang Arjuna masih belum bisa pulih benar. Dia sudah lantang bicara, tapi pada saat berjalan, acap kali ia masih terkulai karena efek racun yang di berikan oleh Tante Windy. Dan sekarang, Arjuna sudah bisa pulang ke rumah. Tante Sandra dan Feri ikut menjaga dengan cara mereka tinggal bersama di rumah Arjuna. Sesuai keinginan Arjuna.Lalu Putri?Sejak saat itu, Putri pun tinggal di rumah mereka untuk bisa merawat Arjuna dengan intensif. Karena Putri juga seorang
"Tante, Juna, emm ... saya sama Feri mau izin bawa Tania untuk ikut sama kami. Rencananya Aurel sama Feri akan pergi ke rumah almarhum opa dan almarhumah oma. Apa boleh Tania ikut bersama kami?" tanyaku sedikit tak enak hati.Arjuna dan Tante Sandra heran."Memang ada apa? Kok kayak tiba-tiba?" tanya Tante Sandra. Putri pun ada di sekitar kami."Gini, Mah, rencananya Aurel mau tengok kampung halaman opa dan omanya. Sekalian ... kita juga akan cari tahu soal tante Windy yang adiknya papa Aurel itu. Ada sesuatu hal yang sedang kami selidiki, Mah." Feri menjelaskan."Soal tante Windy?" Arjuna lumayan terpancing untuk bicara kalau bahas soal mereka. Aku dan Feri manggut-manggut."Ada apa memangnya?" tanya Arjuna."Makanya kita mau cari tahu. Ada hal yang mungkin tidak di ceritakan oleh almarhum orang t
Apa yang telah di ceritakan oleh Simbok membuat aku dan Feri benar-benar kaget. Ternyata Tante Windy bukanlah adik kandung dari Almarhum Papa. Dia hanyalah anak angkat yang di temukan di teras rumah sejak usia Almarhum Papa masih balita. Usia Papa saat itu katanya baru lima tahun, dan Tante Windy, bayi yang malang itu dia ternyata baru lahir ke dunia dua bulan yang lalu.Lalu? Kenapa Simbok tahu? Padahal Tante Windy adalah anak yang di buang?Jelas saja, dan penjelasan dari rahasia ini yang makin membuatku kaget. Simbok sendiri yang menyimpan bayi itu. Dia pura-pura tak tahu, dan bayi itu adalah bayi dari tetangganya yang miskin. Karena takut kebutuhan si bayi tidak terpenuhi, jadinya bayi wanita itu sengaja di simpan di teras rumah Opa dan Oma. Karena Simbok bilang, Opa dan Oma adalah orang yang baik. Dia pasti mau merawat bayi asing. Apalagi bayinya seorang wanit