“Kamu harus benar-benar bisa memuaskan aku,” ucap Tuan Brata.“Tenang saja Tuan, saya tidak akan mengecewakan anda,” jawab Rossa.“Andaikan Febby yang bersamaku sekarang,” gumam Tuan Brata membuat Rossa memberengut. “Kamu harus berhasil meyakinkan Febby ya, karena kalau sampai kamu bisa membawa Febby ke hadapanku dan menikah denganku, maka aku pastikan hidupmu dan Mamamu akan makmur seumur hidup,” sambungnya lagi.Kali ini Rossa hanya mengangguk, lalu mereka tiba di hotel yang ada di pinggiran kota Sun city.Anak buahnya segera cek in, hotel ini juga yang sering Rossa datangi dengan Om, langganannya. Andai saja Rossa dan Mamanya tak suka main judi, mungkin hasilnya jual diri bisa menghidupinya dengan sangat layak.Namun nyatanya, godaan judi membuatnya lebih nyaman dan betah ada di lingkungan itu."Ini kunci kamarnya, Tuan," ucap salah satu anak buah Tuan Brata.Sang rentenir pun menerima kunci tersebut lalu berkata, "Pergilah, tunggu aku di mobil. Nanti kalau sudah selesai, aku akan
“Ma, kalau begini terus, sampai kapan Febby harus bekerja keras? Tolong jangan pernah berpikir kalau Febby akan menceraikan Rangga, Ma. Dia pria baik-baik,” kata Febby.Sang mama mencibir, “baik-baik tapi kantongnya bolong, buat apa, Feb? Buka matamu, lihat tubuhmu di depan cermin, kamu sangat cantik dan menarik. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dari dia.”Febby memilih diam, dia tak tahu gimana caranya lepas dari Mama dan Kakak tirinya ini. Andai dia punya tabungan, mungkin Febby akan tinggal di tempat berbeda dengan sang mama. Tanpa berkata apapun, Febby memilih kembali ke kamar.*****Dua minggu kemudian“Jangan kamu antarkan Febby dengan motor butut mu itu!” pekik sang mama mertua, “biarkan Febby mengendarai mobil sendiri, dia itu sekretaris Bos besar, tidak seperti kamu yang hanya merupakan karyawan magang!” tambah Mayang berteriak untuk sang menantu.“Pergilah, aku akan pakai mobil,” bisik Febby pada suaminya.“Sesekali berhentilah mengalah terus Feb,” sahut Rangga.“Aku
“Ma–maksud Bapak?” tanya Febby terbata.Bayu tertawa kecil, “saya hanya bercanda, tapi kalau kamu mau saya tidak akan menolaknya,” jawab Bayu.“Pak-”“Saya bercanda Feb.”Febby mengangguk, lalu meminta izin kembali untuk keluar dari ruangan sang atasan. Febby melanjutkan pekerjaanya, dia tak mau ada kesalahan sedikitpun dalam bekerja, mengingat hari ini adalah hari pertama dia resmi menyandang status sekretaris Bayu. Sementara itu di sisi lain, Rangga sedang bertemu dengan Arka setelah tadi meeting pagi bersama seluruh karyawan di kantor Sejahtera Group.“Jadi informasi apa yang kamu bilang penting?” tanya Rangga.“Tuan, ternyata benar kalau Brian itu sebenarnya, pemilik bisnis gelap yang dituduhkan pada kedua orang tua anda. Ini buktinya.”Arka mengeluarkan foto dan video yang berisi tentang transaksi yang Brian lakukan dengan seseorang yang paling berpengaruh dalam bisnis hitam.“Kamu dapat dari mana ini?” tanya Rangga.“Saya dan tim IT, berhasil meretas data pribadi Brian. Dan ba
Febby menuju ke parkiran di kantor tempatnya bekerja, lalu masuk ke dalam mobil untuk segera tiba di restoran tempat pertemuannya dengan sang suami.Hatinya berdebar dengan kencang, tatkala masuk lebih jauh ke dalam restoran, dan menemukan sosok yang dicarikan di sudut restoran, sambil melempar senyum manis ke arahnya.Rangga berdiri, menggeser tempat duduk di hadapannya, agar sang istri bisa duduk dengan nyaman.“Terima kasih,” ucap Febby.“Sama-sama, Nyonya,” jawab Rangga.CupRangga mencuri kecup di pipi sang istri, padahal restoran saat ini sedang ramai pengunjung.“Kamu ini, ih. Bikin malu saja,” ucap Febby, setelah meja di sebelahnya berucap, “cie..cie” menggoda keduanya.Rangga memanggil pelayan restoran, lalu mereka memilih menu terbaik di restoran ini.“Baik segera kami siapkan,” pamitnya.“Terima kasih,” jawab pasangan suami istri itu kompak.Rangga menyentuh tangan sang istri, memberi kecupan mesra di punggung tangan istrinya, membuat jantung Febby seolah ingin loncat dari
“Hey! Aku belum selesai bicara!” teriak wanita itu saat Rangga mengabaikannya.Rangga bahkan enggan untuk menatap wajahnya dan memilih segera berlalu dari hadapan wanita yang pernah menyakiti hatinya.“Kamu sudah miskin sekarang. Untung aku nggak jadi menikah denganmu, Rangga. Kalau tidak aku akan kamu ajak naik motor jelekmu itu,” ejeknya lagi, saat Rangga naik ke atas motor bututnya.Rangga benar-benar mengabaikannya, “sudah miskin sombong pula,” umpat sang mantan.Rangga terus melajukan motornya, mengikuti mobil sang istri. Sampai akhirnya dia melihat istrinya masuk ke dalam kantor milik Bayu. Ketika Febby keluar dari mobilnya, ia melihat sang suami berada di depan gerbang kantor. Wanita itu berlari kecil keluar kantor hanya untuk menyapa sang suami.“Kamu ini apa-apaan sih? Pakai ngikutin aku segala, padahal cuma dekat aja dari restoran sampai kantor. Dasar kurang kerjaan!” ucap Febby sambil mencubit perut kotak-kotak suaminya.“Aku hanya ingin memastikan kalau istriku benar-bena
Setelah berhasil menutup beberapa penjualan besar dalam waktu singkat, dia tahu hari ini akan menjadi hari yang baik. Rangga segera menuju ruang kerja Brian. “Selamat siang, Pak Brian,” sapa Rangga sambil tersenyum saat masuk ke ruangan.“Selamat siang juga, Rangga! Duduklah. Saya baru saja mendapat laporan tentang penjualan properti terakhir yang kamu tangani. Hebat, kamu benar-benar membuktikan bahwa saya tidak salah memilihmu.”Rangga tersenyum. “Terima kasih, Pak. Saya hanya melakukan yang terbaik untuk perusahaan.”“Dan itu terlihat dari hasilnya,” lanjut Brian. “Karena pencapaianmu yang luar biasa ini, perusahaan ingin memberimu sesuatu sebagai penghargaan.”Brian membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih yang tebal, lalu menyerahkannya kepada Rangga.“Apa ini, Pak?” tanya Rangga penasaran.“Buka saja,” jawab Brian sambil tersenyum penuh arti.Dengan sedikit ragu, Rangga membuka amplop tersebut dan mendapati sepasang tiket di dalamnya. Matanya melebar
“Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?” Febby bergumam lirih.Setelah menutup telepon, Febby mengambil napas panjang dan mencoba mengumpulkan kekuatan. Dia menyalakan mesin mobil dengan tangan yang masih gemetar, lalu melajukan kendaraannya secepat mungkin menuju rumah sakit yang disebutkan oleh polisi tadi.Di sepanjang perjalanan, pikiran Febby berputar-putar, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? Apakah Rangga akan baik-baik saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih buruk? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui pikirannya, sementara perasaannya terus berdoa agar suaminya selamat.Setibanya di rumah sakit, Febby segera berlari menuju ruang gawat darurat, matanya mencari-cari seseorang yang bisa memberinya informasi. Seorang perawat menghampirinya saat melihat wajahnya yang panik."Bu, Anda istri dari Bapak Rangga?" tanya perawat itu lembut."Ya, bagaimana keadaan suami saya?" tanya Febby, hampir menangis."Suami Anda sedang diperiksa oleh do
“Tapi kamu masih sakit. Bukankah dokter bilang kamu harus banyak istirahat?” tanya Febby.“Pakai mulut kan bisa Feb, please, jangan buat aku marah setelah kamu sengaja membangunkannya.”Hmmmmmmm Febby menghela nafas berat. Kalau urusan begini suaminya tak kenal sakit.Febby mencium bibir suaminya penuh hasrat, lidah mereka saling melilit, dan mencecap manisnya ciuman yang tak pernah mereka lewati. Tangan Febby bergerak naik turun di atas bagian intim sang suami.Beberapa kali Rangga mendesah saat merasakan nikmat yang tak ada lawan karena sentuhan panas sang istri.“Mau susu,” kata Rangga seperti anak kecil yang sedang haus. “Sebentar, aku kunci pintunya dulu,” ucap Febby yang ikut hanyut dalam hasrat. Tidak hanya Rangga tapi dirinya juga menginginkan bersentuhan dengan suaminya itu.Febby membuka seluruh pakaiannya, hingga tubuhnya polos, lalu naik ke atas ranjang dan duduk di atas tubuh sang suami. Sekuat tenaga dia menopang tubuhnya, biar tak menindih Rangga. “Aaaaaaaaah, Nikamat