Share

Bab 2

last update Last Updated: 2023-12-27 12:03:13

Setelah mengemasi semua barang-barang. Riko pun langsung mengajaknya pergi dari rumah kontrakan itu.  Riko yang sudah tidak bekerja lagi kini memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya. 

Nia yang kini sudah ada di depan rumah keluarga Riko terlihat terkejut. Pasalnya dia tahu pasti jika keluarga suaminya akan membenci keberadaannya. Persis seperti pertama kali dia datang ke rumah itu 7 tahun yang lalu. 

"Jadi kamu menyuruhku membereskan barang-barang kita karena kamu ingin mengajakku tinggal bersama orang tuamu," ucap Nia sambil menggendong Sandi. 

"Iya, aku sudah tidak bekerja jadi menurutku lebih baik kita tinggal disini saja," jawab Riko yang langsung mengangkat beberapa tas koper. 

"Tapi, Mas …." 

"Kenapa? Kamu tidak suka. Jika kamu tidak suka, kamu bisa tinggal bersama orang tuamu!" perintah Riko yang langsung berjalan masum ke rumah.

 

Jarak rumah Riko dengan rumah kontrakan mereka tidak begitu jauh. Masih dalam satu komplek perumahan tapi beda Rt. Riko memang terlahir dari keluarga kaya dan harmonis. 

Berbeda dengan Nia yang terlahir dari keluarga miskin dan broken home. Ayah Nia yang dahulu adalah seorang Polisi terpaksa dikeluarkan karena sering melalaikan tugas dinas yang diberikan kepadanya. Tidak hanya itu, selepas keluar dari anggota Polisi Budi justru memutuskan untuk melakukan poligami dan mengajak istri keduanya untuk tinggal seatap dengan istri pertamanya. 

"Makanya kalau belum mampu hidup sendiri jangan sok-sokan buat keluar dari rumah ini. Masih miskin saja sudah sombong bagaimana kaya," ucap Sukma saat melihat Nia masuk ke dalam rumah. 

"Sekarang cepat bawa masuk tas ini ke dalam kamar, setelah itu cepat siapkan makan siang untukku!" perintah Riko sambil melemparkan tas ke arah Nia. 

"Menyusahkan saja," ucap Sari yang saat itu duduk di sofa.

"Ya Allah, sifat mereka benar-benar tidak berubah. Masih sama seperti dulu," batin Nia sambil mengambil tas koper.  

Setelah menata semua pakaian di dalam lemari. Dia pun langsung berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan makan siang untuk suami dan anaknya. Namun, baru saja dia membuka pintu lemari es tiba-tiba terdengar bentakan dari samping.  

"Eh! Mau apa kamu?" tanya Sukma dengan nada tinggi.  

"Ini Bu. Aku mau masak untuk makan siang," jawab Nia sambil langsung menutup pintu lemari es.  

"Asal kamu tahu ya! Di rumah ini hanya aku yang boleh masak untuk makan. Jadi, lebih baik sekarang kamu cepat cuci baju dan piring-piring kotor itu," perintah Sukma sambil menunjuk ke arah piring kotor yang menumpuk.  

"Tapi, Bu. Bukannya tadi Mas Riko menyuruhku untuk memasak." Nia terlihat ketakutan. 

"Eh perempuan miskin! Yang menjadi Nyonya besar di rumah ini aku atau kamu? Kamu lupa kalau rumah ini adalah rumahku bukan kontrakan orang tuamu! " bentak Sukma sambil bertolak pinggang. 

Orang tua Nia yang memang dari keluarga kurang mampu. Memang tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil. Sebuah rumah kontrakan yang sederhana dan tidak jauh dari tempat tinggal Sukma. 

"Maafkan aku, Bu. Aku hanya ingin menjalankan kewajibanku saja." Nia terlihat menunduk menyembunyikan air matanya. 

"Ada apa sih, Bu? Siang-siang kok teriak-teriak," tanya Sari yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. 

"Perempuan miskin ini, enak saja dia mau ambil makanan dari dalam lemari es. Memang dia pikir makanan ini hasil minta apa seenaknya saja main ambil-ambil," jawab Sukma dengan ketus. 

"Eh, aku tidak pernah melarang kamu untuk tinggal di rumah ini. Tetapi untuk makan paling tidak kamu usaha dong, masa harus numpang juga apa nggak malu?" ucap Sari dengan tatapan tajam. 

"Iya, Mbak. Nanti saya akan minta Mas Riko untuk bekerja agar dia bisa memberi nafkah untuk kami," jawab Nia sambil menoleh ke arah Sari.  

"Riko! Enak saja kamu menyuruh adik ku kerja, kamu dong kerja jangan bisanya hanya jadi benalu dalam kehidupan orang lain," ucap Sari sambil mendorong tubuh Nia pelan. 

Riko bukanlah anak tunggal di keluarga itu, dia mempunyai seorang kakak dan adik. Sari adalah anak pertama di keluarga itu, Sari memiliki pekerjaan yang cukup bagus daripada kedua adiknya. Namun, sayangnya di usia yang sudah menginjak 44 tahun Sari belum juga mendapat jodoh.  

Hal berbeda justru terlihat pada adik bungsu Riko yang bernama Anton. Anton memiliki sikap yang lebih pendiam daripada kedua kakaknya. Tetapi berbeda dengan sang istri yang bernama Rumi yang diam-diam sering memfitnah dan mengadu domba Nia dan Sukma. 

"Sudah-sudah! Lebih baik cepat kamu cuci piring-piring itu, tapi ingat jangan sampai ada barang-barangku yang pecah! Jika pecah satu saja kamu tidak akan mendapatkan jatah makan," ucap Sukma yang langsung menarik tangan Nia. 

Nia yang tidak memiliki pilihan lain akhirnya menuruti perintah sang mertua. Terlihat tumpukan beberapa piring kotor, panci dan tempat bekas membuat kue tergeletak di lantai tempat cuci piring. Entah sudah berapa lama barang-barang itu tidak dibersihkan hingga menimbulkan bau yang tidak sedap.  

Satu jam berlalu, Sukma yang sejak tadi sibuk memasak akhirnya selesai. Dengan kasar dia mulai meletakkan kembali barang-barang kotor di tempat cuci piring. Nia yang belum makan sejak pagi akhirnya berdiri dan berjalan ke arah meja makan. 

"Ya Allah aku lapar sekali, sejak pagi aku belum makan. Lebih baik aku ke meja makan dan makan terlebih dahulu," batin Nia sambil memegangi perutnya yang sudah keroncongan.

"Mau apa kamu?!" tanya Sukma dengan ketus. 

"Maaf, Bu. Aku lapar, apa boleh aku bergabung untuk makan siang?" jawab Nia sambil memegangi perutnya. 

"Memang tugas kamu sudah selesai?" tanya Sukma yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Nia. 

"Dasar pemalas, sudah tahu pekerjaan belum selesai sudah minta makan. Eh kalau kamu mau makan selesaikan dulu semua pekerjaanmu," jawab Sukma sambil menyendokkan nasi untuk ketiga anak Nia.  

"Tapi, Bu.  A-aku …."

"Sudahlah! Lebih baik kamu cepat selesaikan dulu pekerjaanmu biar kamu cepat bisa makan," ucap Riko dengan tiba-tiba.  

"Ya ampun, perutku lapar sekali. Tega sekali mereka menyuruhku kerja tanpa memberiku makan," batin Nia sambil menatap semua orang yang ada di meja makan.  

"Bunda, ini makanan buat Bunda. Kebetulan Doni sudah kenyang," ucap putra pertama Nia yang bernama Doni. 

"Tidak-tidak. Lebih baik kamu cepat habiskan makananmu, biar Bunda kalian kerjakan dulu pekerjaannya!" bentak Sukma hingga membuat kedua ketiga cucunya terkejut.

"Nek, kenapa Bunda tidak boleh makan bersama kita." Tiba-tiba terdengar suara Sesil putri kedua Nia.

"Bukan tidak boleh, tapi Bunda kalian harus menyelesaikan dulu pekerjaannya baru nanti Nenek izinkan makan," jawab Sukma sambil tersenyum. 

Sambil melirik ke arah Doni dan Sesil. "Doni, Sesil cepat habiskan makananmu! Setelah itu Ayah antar kamu ke rumah Mbah utie." 

Mbah utie adalah panggilan yang diberikan anak-anak Nia kepada orang tua Nia. Anak pertama dan kedua Nia memang sejak kecil dirawat oleh orang tuanya yang kebetulan tinggal di daerah yang sama. Berbeda dengan putra ketiga Nia yang selalu menghabiskan hari-harinya bersama dengan Riko dan Nia. 

"Ini makanan untukmu," ucap Sukma sambil menyerahkan nasi sisa. 

"Ini nasi sisa, Bu?" jawab Nia sambil menunjukkan isi piring itu. 

"Iya, tadi makanan Sari, dan ketiga anakmu tidak habis. Jadi daripada dibuang dan mubazir lebih baik Ibu jadikan satu. Lumayan kok masih ada lauk dan daging ayamnya walaupun sedikit," jawab Sukma yang langsung meninggalkan Nia. 

"Tapi, Bu. Makanan ini sudah tidak layak makan, Ibu lihat saja ada beberapa kotoran yang masuk ke piring ini." Nia melihat makanan itu dengan jijik. 

"Kenapa! Kamu tidak mau?Sini. kalau kamu tidak mau lebih baik aku berikan kucing, tapi jangan harap kamu akan mendapatkan jatah makan hari ini!" bentak Sukma sambil menarik piring yang ada di tangan menantunya.

"Serendah itukah aku di hadapan mereka? Sampai mereka memberikan aku nasi sisa, bagaimana ini perut ku lapar sekali," batin Nia sambil menatap piring yang sudah berada di tangan Sukma. 

"Gimana apa kamu tetap menolak makanan ini?!" bentak Sukma hingga membuat Nia terkejut.

"Iya, Bu. Aku mau," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. 

"Nah gitu dong, jadi nasi ini nggak mubazir. Miskin saja pakai pilih-pilih makanan," oceh Sukma sambil berjalan meninggalkan menantunya.

***

"Permisi, apa benar ini rumah Ibu Nia?" tanya laki-laki tersebut sambil membawa beberapa lembar kertas di tangannya. 

"Iya, saya sendiri. Maaf Bapak ada perlu apa mencari saya?" tanya Nia yang terlihat penasaran.  

"Begini, Bu. Kami kesini untuk menagih uang angsuran motor yang sudah menunggak hingga 4 bulan," jawab laki-laki tersebut sambil menyerahkan selembar kertas. 

Sambil membaca kertas tersebut. "Bukti tagihan pembayaran motor." 

Related chapters

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 3

    Nia yang tidak merasa pernah melakukan pengajuan kredit apapun langsung menolak untuk membayar tagihan tersebut. Keributan kecil itu ternyata didengar oleh Sukma dan Sari yang saat itu sedang menonton televisi di dalam rumah. Saat keduanya keluar terlihat Nia sedang berdebat dengan dua dekoleptor tersebut. "Ada apa ini?!" bentak Sukma yang baru saja keluar dari rumah. "Ini Bu. Dua laki-laki ini datang kemari untuk meminta uang angsuran motor yang belum terbayarkan selama 4 bulan lebih," jawab Nia sambil menunjukkan surat kepada Sukma. "Kredit motor." Sukma terlihat membaca surat itu dengan seksama. "Benar. Di surat itu tertulis jika Ibu Nia telah melakukan pembelian motor kepada kami, dan ini sudah hampir 5 bulan dia menunggak pembayaran." jawab salah satu dekoleptor. Setelah mendengar penjelasan sang depkolektor wajah Sukma langsung terlihat kesal. Terlihat jelas jika dia sedang menahan amarah yang besar kepada sang menantu. Sambil menyerahkan kertas itu kepada Nia, Sukma langsu

    Last Updated : 2023-12-27
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 4

    Tidak berapa lama Nia dan Riko sudah tiba di sebuah hotel mewah yang ada di kota Surabaya. Sesaat Nia terlihat bingung saat baru saja tiba di hotel tersebut. Terlihat Nia sedang melihat sekeliling lobby hotel dengan rasa takjub. "Mas, kenapa kita ke hotel ini?" tanya Nia yang sedikit bingung. "Pertemuan memang diadakan di sini, jadi jangan buat aku malu." Riko mencoba memperingatkan Nia. "Ya Allah, besar sekali hotel ini. Sepertinya Mas Riko memang memiliki pekerjaan yang lebih baik," gumam Nia sambil melihat sekeliling hotel. Riko yang sejak tadi berdiri di loby hotel langsung meminta Nia untuk duduk di sebuah sofa. Sementara Riko langsung berjalan ke arah sebuah meja yang berjarak 50 meter dari tempat duduk Nia. Terlihat Riko sedang berbicara dengan seorang pria yang berusia sekitar 40 tahun. “Mas Riko sedang bicara dengan siapa itu? Apa mungkin itu Bos besar yang dia maksud,” ucap Nia sambil memperhatikan Riko dari kejauhan. Setelah cukup lama berbincang-bincang, Riko pun kemb

    Last Updated : 2023-12-27
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 5

    "Lebih baik aku menceritakan perbuatan Mas Riko pada orang tuaku," batin Nia sambi duduk di tempat tidur.Sejak pertengkaran itu, Nia akhirnya berusaha mencari solusi dengan menceritakan semua perbuatan Riko kepada orang tuanya. Harapan akan pembelaan orang tuanya ternyata hanyalah isapan jempol belakang. Bukannya mendapat pembelaan Nia justru disalahkan atas apa yang dikatakannya. "Kamu pikir Ayah percaya dengan ceritamu? Tidak, karena selama ini Ayah tidak pernah melihat keburukan pada diri Riko!" bentak Budi yang terlihat kesal. “Ayah memang tidak pernah melihat keburukan pada Riko karena selama ini dia selalu bersikap baik di depan kalian, berbeda saat dia ada dirumahnya!” teriak Nia sambil menangis. “Nia, jaga ucapanmu! Selama ini Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi wanita pembangkang, apalagi pada suami,” bentak Budi yang langsung menampar pipi sang putri. "Nia, semua masalah itu pasti ada di setiap rumah tangga. Tetapi Ibu yakin Riko tidak akan sampai hati menjualmu pada l

    Last Updated : 2023-12-27
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 6

    "Kalian berdua memalukan! Anak tiga saja kalian tidak mampu memberi kehidupan yang layak, sekarang malah mau punya anak lagi." Sukma masuk ke dalam rumah sambil marah-marah. "Ada apa, Bu? Pulang dari Rumah sakit malah marah-marah seperti itu?" tanya Rumi yang saat iti duduk di sofa bersama Sari. Sambil menoleh ke arah Nia dan Riko yang ada di belakangnya. "Kalian tanya saja sama saudara kalian ini." "Nia! Apa kamu tidak melakukan KB selama ini?" tanya Riko pada sang istri. "Tidak, Mas. Karena selama ini aku tidak pernah cocok setiap melakukan KB," jawab Nia sambil menunduk. "Itulah bodohnya dirimu, sudah tahu miskin masih saja sok-sokan punya anak lagi," ucap Sukma. "Riko Ibu tidak mau tahu kalian harus menggugurkan anak itu." "Apa di gugurkan? Tidak aku tidak mau mengugurkan anak ini!" bentak Nia sambil memegang perutnya. "Jadi wanita miskin ini sedang hamil, dasar tidak tahu diri. Bayakin itu uang bukan anak," ucap Sari sambil memandang Nia dengan tatapan hina. "Ibu benar, ka

    Last Updated : 2024-01-08
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 7

    "Riko! Apa kamu tidak mendengar istrimu berteriak seperti itu?" tanya Sukma yang terlihat kesal. "Halah, sudahlah. Bu, biarkan dia berteriak sesuka hati nanti kalau capek juga diam sendiri," jawab Riko sambil terus menatap ke arah televisi. "Bukan masalah dia nanti diam atau apa, tapi Ibu ini pusing mendengar teriakan istrimu. Lagi pula tidak enak jika sampai tetangga mendengarnya," ucap Sukma. "Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan, Ibu tahu sendiri aku sedang melihat acara televisi." Sambil menarik tangan Riko."Sekarang kamu masuk ke dalam dan minta istrimu untuk menghentikan teriakannya." "Tidak mau, aku masih melihat acara ini." Riko langsung menolak perintah Sukma. "Dasar anak tidak bisa di atur," gerutu Sukma sambil berjalan ke arah kamar Nia. Sukma yang baru saja membuka pintu terkejut saat melihat menantunya duduk di lantai dengan darah segar yang menggalir. Merasa khawatir Sukma langsung berteriak memanggil Riko. Hingga membuat seluruh orang yang ada di rumah itu te

    Last Updated : 2024-01-08
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 8

    "Aku akan membawa mu bertemu dengan Maya, tapi ada syaratnya." "Syarat? Apa syaratnya?" tanya Nia yang terlihat penasaran. "Yang pertama kamu tidak boleh menyakitinya, dan yang kedua setelah bertemu dengannya kamu harus mau melayani seorang tamu," jawab Riko sambil dudukdi tempat tidur. "Syarat pertama aku terima, tapi tidak dengan syarat kedua. Aku akan bekerja sebagai pembatu untuk membayar semua hutang-hutang mu," ucap Nia dengan tatapan tajam. "Tidak bisa! Kamu harus terus melayani tamu yang datang, jika tidak aku akan melaporkanmu ke Polisi. Sekaligus tidak ada pertemuan dengan Maya." Bagaimana ini, lebih baik aku iyakan saja. Semua ini aku lakukan untuk mengetahui siapa wanita bernama Maya tersebut," batin Nia sambil menatap wajah licik sang suami. "Baik, aku terima semua syarat darimu." *** Keesokan harinya, Nia dan Riko akhirya pergi ke ruma Maya. Nia yang saat itu memiliki sedikit uang pemberian ibunya. Meminta sang suami untuk berhenti di sebuah toko kue. "Assalammua

    Last Updated : 2024-01-09
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 9

    Riko yang sudah menahan amarahnya sejak tadi. Langsung menyeret Nia kedalam kamar. Dengan sadis Riko langsung mencambuk istrinya itu dengan menggunakan ikat pinggang. "Dasar perempuan tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya kamu kabur dari tempat itu." Riko terus mencambuk sang istri tanpa belas kasihan. "Ampun, Mas. Aku mohon ampuni aku!" teriak Nia sambil menangis. "Kamu tahu, gara-gara kelakuanmu itu hari ini aku rugi banyak! Dan kamu harus mengganti semua kerugian itu," jelas Riko sambil terus mencambuk tubuh sang istri. "Aku janji akan membayar semua, tapi aku mohon jangan paksa aku untuk melakukan pekerjaan itu lagi. Mas, aku lebih baik menjadi pembantu daripada harus melayani laki-laki yang bukan suamiku!" teriak Nia sambil memohon. "Tutup mulutmu! Ingat aku tidak akan segan-segan menyakitimu jika kamu melaporkan hal ini pada orang lain," ancam Riko sambil menjambak rambut Nia. Sambil mengetuk pintu kamar. "Riko! Riko. Cepat buka pintu kamarnya." "Ibu, ada apa sih mengganggu sa

    Last Updated : 2024-01-09
  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 10

    Riko yang sejak tadi pergi. Kini sudah ada di depan pintu. Dengan segera dia langsung menarik tangan sang istri dengan kasar dan membawanya masuk kedalam kamar. "Riko! Lepaskan putriku. Kamu tidak bisa memperlakukannya seperti itu!" bentak Indah sambil menangis. "Kenapa tidak bisa? Aku suaminya, jadi aku bebas melakukan apapun yang aku mau," jawab Riko sambil mendorong mertuanya. "Dasar menantu durhaka, bisa-bisanya kamu memperlakukan mertua sendiri seperti itu!" bentak Rosa sambil membantu Indah berdiri. "Nia! Nia, keluar. Nak! Ayo kita pulang, lepaskan saja suamimu ini!" teriak Indah sambil menangis. Riko yang tidak mau tetangga mendengar pertengkaran itu. Langsung menyeret tangan Indah keluar dari rumahnya. Sukma yang melihat kejadian itu terlihat tertawa bahagia. "Kamu benar-benar menantu tidak punya hati, aku menyesal sudah menikahkan putriku dengan laki-laki sepertimu!" teriak Indah. Teriakan Indah ternyata didengar oleh beberapa tetangga Riko. Hingga membuat mereka semua

    Last Updated : 2024-01-10

Latest chapter

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 34

    "Yuni." Rafli terlihat terkejut saat melihat Yuni sudah berada di depan bengkelnya."Yuni. Jadi wanita ini mantan kekasih Mas Rafli," batin Nia sambil menatap Yuni.Apa yang diucapkan Rafli memang benar. Yuni adalah wanita muda yang sangat cantik. Tidak hanya Rafli yang terpesona dengan kecantikan wanita itu. Namun, Nia yang yang baru saja bertemu dengannya pun terlihat kagum."Aak. Bagaimana kabarmu?" tanya Yuni sambil langsung memeluk tubuh Rafli.Sambil melepaskan pelukan Yuni. "Aku baik-baik saja.""Ini siapa?" tanya Yuni saat melihat Nia yang berdiri di samping Rafli sambil menggendong putrinya.

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 33

    Shafira yang selama ini tidak terdengar kabarnya. Tiba-tiba menghubunginya. Nia yang mengetahui siapa orang yang menghubunginya dia terlihat terkejut. [Shafira, apa ada yang bisa aku bantu?] tanya Nia. [Ada hal yang ingin saya sampaikan pada Ibu,] jawabnya yang terdengar ragu. [Apa yang kamu katakan.][Aku ingin Ibu mengembalikan putriku, aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku sangat merindukan putriku,] jelasnya dengan suara bergetar. [Tidak! Aku tidak akan menyerahkan Tiara padamu, dia putriku. Aku yang merawatnya dari kecil, aku juga yang sudah begadang dan menangisinya setiap dia sakit!] bentak Nia sambil mulai menangis. [Tidak bisa. Bu, kalian harus terima kenyataan jika Tiara adalah putri kandungku. Bukan anak kalian."] Nia yang ketakutan langsung menutup ponselnya. Dengan segera dia menggendong Tiara yang masih tertidur pulas. Air mata terlihat mengalir di kedua pipinya. "Dia putriku, bukan milik orang lain. Mas Rafli, ya aku harus bicara dengan Mas Rafli." Nia segera keluar

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 32

    "Kamu pikir aku pembantumu atau baby sitter anak itu! Yang harus menunggu dan meminta izin kalian untuk pergi!" bentak Yola sambil bertolak pinggang. "Bukan begitu. Kak, tapi paling tidak tunggu atau hubungi aku, tidak meninggalkan Tiara seperti itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya?" ucap Rafli. "Makanya punya anak itu dijaga, bukannya di tinggal-tinggal." "Kak Yola! Kakak pikir aku dan Nia rekreasi. Kami ke rumah sakit, bahkan saat ini dia harus dirawat. Apa tidak bisa Kakak bersimpati sedikit padanya?" jelas sang adik. "Diam! Ada apa ini, kenapa kalian bertengkar seperti itu." Tiba-tiba Robi masuk kedalam rumah. "Lihat apa yang sudah diperbuat adik kesayanganmu, sejak kecil aku yang merawatnya. Tapi apa balasannya sekarang? Dia justru membenciku seperti itu," jawab Yola sambil menangis. "Rafli! Apa-apaan kamu? Sejak kamu menikah dengan perempuan tidak jelas itu, kamu jadi berubah. Dipikiranmu hanya wanita itu, bahkan sekarang kamu tega membentak orang yang sudah

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 31

    "Apa, istri saya harus dirujuk ke rumah sakit besar!" teriak Rafli yang terlihat terkejut. "Maaf, apa tidak ada cara lain selain dirujuk?" tanya Nia yang saat itu menggendong Tiara. "Tidak bisa, Bu. Ibu harus mendapatkan penanganan secara serius dan pemeriksaan Laboratorium, kebetulan di Puskesmas ini belum tersedia Laboratorium." "Bagaimana dengan Tiara jika aku harus dirawat di Rumah sakit," batin Nia sambil menatap Tiara yang sedang terlelap di gendongannya. "Apa Ibu Nia punya kartu kesehatan? Biar saya buatkan surat pengantar," ucap Dokter tersebut. "Ada, Dok. " Rafli langsung memberikan kartu kesehatan Nia. "Mas, aku tidak mau ke Rumah sakit." "Kita tidak ada pilihan lain, kamu harus segera mendapat penanganan, kamu harus yakin semua pasti akan baik-baik saja," jawab Rafli sambil menggegam tangan Nia. "Tapi bagaimana dengan Tiara, siapa yang merawatnya saat aku di rumah sakit." Wajahnya terlihat khawatir sambil menatap sang putri. Setelah menerima surat pengantar

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 30

    "Buku kelahiran. Untuk apa?" tanya Nia yang terlihat penasaran. "Bang Robi memintaku untuk membawa buku itu padanya. Dia bilang kalau dia ingin melihat buku itu," jawabnya sambil terlihat ragu. Sambil berdiri di hadapan sang suami. "Jadi keluarga mu ragu akan anak ini, apa karena dia jelek jadi keluargamu meragukannya." "Aku sudah menjelaskan itu, tapi Bang Robi tetap tidak mempercayainya. Aku minta maaf, Sayang." Nia yang sudah kesal dengan sikap keluarga Rafli. Langsung berjalan ke arah lemari untuk mengambil buku yang diminta oleh suaminya. Dan langsung menyerahkannya pada Rafli. "Katakan pada keluargamu, jika mereka tidak mengakui anak ini aku tidak masalah. Karena bagiku pengakuan dari mereka tidak penting," ucap Nia sambil menyerahkan buku itu. "Iya, ya sudah aku akan keluar sebentar untuk menunjukkan buku ini pada Abangku," ucap Rafli sambil langsung berjalan keluar kamar. "Aku pikir keluarga Mas Rafli semakin hari semakin membuatku tidak nyaman, tapi bagaimanapun

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 29

    "Maaf, Sus. Dimana pasien bernama Shafira, kenapa dia tidak ada di kamarnya?" tanya Nia pada seorang Perawat yang ada di meja resepsionis. "Ibu Shafira sudah dibawa ke ruang bersalin, karena beliau sudah mengalami pembukaan sempurna dan akan segera melahirkan," jawab Perawat tersebut. "Kalau begitu kamu tunggu disini saja, biar aku masuk ke ruang bersalin untuk menemaninya." Nia memegang tangan suaminya. "Kamu yakin bisa mengatasinya?" tanya Rafli yang langsung dijawab anggukan oleh sang istri. Setelah meminta izin pada suaminya. Nia langsung berjalan ke arah ruang bersalin. Terlihat Shafira sedang menangis dan berteriak kesakitan diatas sebuah tempat tidur. "Sakit, Bu. Aku tidak mau disini, aku mau pulang!" teriak Shafira sambil menggegam tangan Nia. "Sabar ya, Mbak. Istighfar insya Allah semuanya akan baik-baik saja," ucap Nia yang memandang wanita itu dengan iba. "Aku tidak mau, Bu. Aku mau pulang! Mama tolong aku,Ma." Shafira terus berteriak sambil memanggil nama orang

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 28

    “Rumah bersalin," bisik Nia saat melihat sebuah papan nama. "Kenapa kita kemari? Apa ada yang melakukan persalinan." Nia langsung menoleh ke arah Rafli. Sambil melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di dadanya. "Nanti juga kamu tahu, oh ya. Jangan lupa bawa tas yang ada di bagasi belakang." Nia yang masih belum paham dengan tujuan suaminya itu hanya bisa mengikuti perintah Rafli. Di bagasi belakang terlihat sebuah tas bayi dan beberapa peralatan bayi yang sepertinya sudah sengaja di siapkan oleh Rafli. Seketika timbul pertanyaan di benaknya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Tas bayi, sebenarnya siapa yang akan melahirkan. Apa jangan-jangan suamiku selama ini sudah berselingkuh di belakangku," batin Nia sambil menatap ke arah tas itu dengan pandangan kosong. Sambil berjalan ke arah Nia. "Kenapa kamu masih disini, ayo! Mereka sudah menunggu kedatangan kita." "Tunggu, Mas. Sebenarnya ada apa ini, siapa yang melahirkan?" tanya Nia sambil memegang tangan suaminya. "

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 27

    Sejak saat itu Rafli terlihat begitu gelisah. Bahkan setiap malam dia selalu menghabiskan waktu dengan ponselnya. Sebenarnya ada rasa kesal dalam hati Nia saat itu, karena dia berpikir disaat genting seperti ini suaminya masih bisa bersikap santai. "Aku pergi dulu, kamu di kamar saja!" perintah Rafli sambil mencium kening istrinya dan berjalan keluar. "Kamu mau kemana, Mas … ." Belum juga Nia selesai bicara Rafli sudah keluar dari kamar. "Kemana dia, apa jangan-jangan Mas Rafli sudah mendapatkan wanita lain untuk menggantikanku," ucap Nia dengan pandangan bingung. Hari itu tidak banyak yang dilakukannya selain ke bengkel untuk memasak dan mencuci baju. Rafli yang sangat paham dengan sifat kakaknya memang melarang Nia untuk menggunakan yang ada di rumah itu. Jadi tidak heran jika Nia lebih banyak menghabiskan waktu di bengkel. “Mas Rafli kemana ya, kenapa sampai jam segini dia belum pulang. Bahkan ponselnya tidak dapat di hubungi,” ucap Nia sambil melihat ponselnya. ***

  • Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang   Bab 26

    “Rafli berhenti! Aku sudah bilang Yanto tidak ada di rumah, sejak semalam dia tidak pulang!" teriak Yola. "Kamu benar-benar di butakan oleh cintamu pada brondong itu, hingga sulit bagimu melihat mana yang benar dan mana yang salah!" bentak Rafli sambil menendang sebuah meja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Aku? Kamu yang udah buta, kamu lebih mementingkan istri mu daripada aku. Kakak mu sendiri." Yola terlihat benar-benar kecewa dengan sikap Rafli. Pertengkaran Yola dan Rafli ternyata terdengar oleh Nia yang masih berada di bengkel. Merasa khawatir dengan Rafli yang tidak dapat mengontrol emosinya. Nia langsung menutup bengkelnya dan berjalan ke arah rumah. "Sudah, Mas. Jangan diperpanjang lagi, tidak enak jika sampai di dengar orang lain." Nia menggandeng tangan suaminya. "Tidak bisa, laki-laki itu harus mendapatkan pelajaran atas kesalahannya hari ini," ucap Rafli sambil menoleh ke arah sang istri. "Eh perempuan benalu! Apa saja yang kamu katakan sampai adikku

DMCA.com Protection Status