Hari Senin telah tiba ....
Gerald tengah bersiap-siap untuk pergi ke kampus, setelah itu pergi menemui Jason. Dia memilih kuliah terlebih dahulu karena ia yakin percakapan ini akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan begitu, Gerald memilih untuk kuliah terlebih dahulu. Dering ponselnya berbunyi. Panggilan dari sang papa. Gerald segera menerima panggilan tersebut. “Kamu di mana? Katanya ada yang ingin kamu bicarakan dengan Papa. Kenapa masih belum ke sini?” Jason sudah tak sabar ingin mendengarkan apa yang akan dibicarakan Gerald kepadanya. “Pulang kuliah aja, Pa. Aku mau ke kampus dulu. Ada tugas makalah yang harus aku kerjakan,” ucapnya dengan pelan. “Oh, begitu. Ya sudah kalau gitu. Papa ke kantor dulu kalau kamu ke sininya sore.” Jason menutup panggilan tersebut.Pria itu semangat karena menurutnya Gerald akan mengakhiri perasaannya kepada Sandra sebab pesan ancaman yang dia buaDengan keberaniannya, Gerald masuk ke dalam ruangan pimpinan kampus di sana. Di mana Jason pun sudah ada karena dipanggil oleh rektor kampus itu.“Permisi!” ucapnya kemudian masuk ke dalam sana.Jason sudah memasang wajah amarahnya kala melihat Gerald masuk kemudian duduk di sampingnya. Tak lama setelahnya, Sandra pun tiba di sana kemudian duduk di depan Gerald dan Jason.‘Apakah Gerald sudah memberi tahu semuanya?’ tanyanya dalam hati. Sandra merasakan aura kecaman di sana, melihat Jason yang terlihat begitu marah kala menatap Gerald yang sedari tadi hanya menunduk.“Pak Jason. Anda sudah melihat semuanya, kan? Bahwa Gerald dan Profesor Sandra sudah melakukan hal yang sungguh membuat malu kampus ini bila semua orang tahu. Bahkan suaminya sendiri sudah tahu dan menangkap adegan tak senonoh itu. Kami sangat menyayangkan prilaku Anda berdua, Profesor Sandra dan Gerald.”Pak Kuncoro menatapSandra
Plak!!Mata tajam itu menatap Gerald yang tengah berdiri di hadapannya. Sementara Sandra menutup mulutnya kala melihat Jason menampar dengan keras pipi Gerald."Kita bisa bicarakan ini dengan baik—""Jangan ikut campur urusanku dengan Gerald, Kayla!" pekik Jason. Ia bahkan tidak ingin Kayla ikut campur karena merasa itu bukan urusannya.Jason kembali menatap ke arah Gerald dengan manik mata tajamnya, penuh kebencian dan kekecewaan terhadap anak laki-laki satu-satunya itu.“Sudah berkali-kali Papa katakan pada kamu, Gerald. Jangan pernah dekati perempuan yang sudah menikah! Dan kamu malah menghamilinya. Benar-benar keterlaluan kamu, Gerald. Anak tidak tahu diuntung!” pekiknya kemudian.Bugh!Bukan hanya menampar. Lelaki itu juga memukul wajah Gerald hingga lelaki itu terhuyung ke bawah.“Gerald!” ucap Sandra dengan pelan. Ia kemudian menoleh kepada Kayla yang tengah m
“Blokir apartemen Gerald. Tunggu dia di depan apartemennya. Setelah itu, minta dia bawa bajunya.” Jason memerintahkan kepada pengurus apartemen yang ditempati Gerald agar mengosongkan apartemen tersebut.“Baik, Pak.”Jason menutup panggilan tersebut setelah memerintahkan pengurus apartemen itu. Kayla kemudian menghampiri Jason dengan mata menatap nanar wajah suaminya itu.“Mau kamu apa sih, huh? Sampai teganya kamu mengusir anak kamu sendiri. Agar apa? Agar nurut sama kamu? Selama ini, kamu selalu mengerti perasaan dia atau nggak, Jason?” pekiknya kemudian.Kayla sudah tidak tahu lagi dengan pikiran Jason. Bisa-bisanya dia memblokir akses untuk anaknya sendiri. Ia pun menghubungi Gerald dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.“Halo, Gerald. Kamu lagi di mana?” tanya Kayla kemudian.“Baru sampai di basement, Mom. Ada apa?” tanyanya lemas.&l
âMom. Jangan gegabah. Biar aku aja yang menemui Gery. Mommy tidak perlu harus menermui Gery, nanti Papa marah.â Gerald menahan Kayla agar jangan mencari keberadaan Gery.âGerald. Kamu tahu kan, Mommy sudah punya pengalaman? Kamu tidak takut, hal yang pernah Mommy alami dulu nanti kamu juga alami? Bukankah nasib kita sama? Kamu merebut Sandra dari Gery, dan Mommy merebut papa kamu dari mama kamu. Kita sama-sama masuk dalam masalah yang sama, Gerald. Dan Mommy tahu, apa yang harus Mommy lakukan.âGerald menelan salivanya dengan pelan. âSebaiknya aku tidak usah memberi tahu Mommy di mana Gery berada. Gue juga nggak tahu dia ada di mana.â Gerald berucap dalam hatinya.âMom. Aku tidak tahu dia ada di mana. Tapi, aku akan mencarinya. Nanti, kalau sudah ditemukan, aku pasti akan langsung memberi tahu Mommy. Iâm promise.ââBaiklah. Jangan melangkah sendiri, Gerald. Bahaya, menghadapi mafia seperti Gery. Kamu bisa mati di tangannya. Dan satu lagi, jangan membenci papa kamu. Dia menyayangi kamu
"Jangan pernah berani ancam-mengancam gue lagi, Gery. Dua bulan lagi utang elo akan lunas dan elo akan bebas dari jeratan Frans." Gerald berucap dengan tegas. Melarang Gery menemui Jason karena semua urusannya akan segera selesai oleh Kayla setelah perempuan itu dapat uang yang diminta Gery. "Kelamaan, Gerald. Elo mau, perempuan tercinta elo itu harus jadi mangsa Frans, karena elo gak bisa bayar utangnya?" ancamnya lagi. Gerald memijat keningnya. "Apa yang elo inginkan, Gery? Temui gue dulu. Kita bicarakan ini baik-baik." "Baik-baik kata elo? Gerald! Elo udah ambil Sandra dengan cara yang licik, Gerald. Dan elo mau selesaikan ini dengan cara baik-baik? Nggak akan pernah!" Gery tidak akan pernah mau menyelesaikan ini dengan cara baik-baik. "Video ini nggak akan gue sebar dulu sebelum negosiasi dengan bokap elo." Gery menutup panggilan tersebut setelah memberi tahu bila dirinya tidak akan menyebarluaskan video yang dia dapatkan dan kini menjadi senjata
âKak?â Sandra sudah pulang ke rumah. Ia melihat Kinara dan Nicko tengah duduk di depan teras menunggunya pulang. âKinara. Nicko.â Sandra menghampiri kedua pasangan itu. âSudah lama, di sini? Tahu dari Mommy, kalau aku di sini?â Kinara menganggukkan kepalanya. âKak Gerald ke mana, Kak? Kenapa nomornya nggak aktif? Di kampus juga nggak ada kata Joseph.â Sandra menggeleng dengan pelan. âAku tidak tahu pastinya dia ke mana, Kinara. Tapi, kalau dari ucapan Pak Kuncoro, papa kamu akan membawa Gerald.â âNggak, nggak, nggak. Enak aja main bawa-bawa.â Kinara menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tidak setuju dengan keputusan Jason yang akan membawa Gerald pergi jauh. Sandra mengusapi lengan Kinara dengan lembut. âKita masuk dulu, yuk! Jangan ngobrol di sini.â Sandra mempersilakan Kinara dan Nicko masuk ke dalam rumahnya. âSandra. Gerald nggak akan mau menuruti perintah papanya.â Nicko tak yakin kalau Gerald akan pergi meninggalkan Sandr
“Jason! Kamu masih belum ingin menurunkan ego kamu? Masih mau membiarkan Gerald berjuang sendirian melawan Gery? Jangan mentang-mentang dia sudah buat kamu kecewa, dengan seenaknya kamu menghukum dia seperti itu!”Di pagi hari, Jason sudah diberi sarapan ocehan Kayla yang sudah dua minggu ini selalu berdebat karena Jason yang masih membiarkan Gerald berjuang seorang diri mengambil Sandra dari Gery.Jason menghela napas kasar seraya menatap Kayla yang tengah memasang wajah marahnya kepadanya.“Aku akan membantunya, kalau memang itu anak kandung Gerald. Tapi, bukan berarti mereka bisa menikah!” ucapnya santai.Kayla memutar bola matanya. “Oke! Kalau itu mau kamu!” ucapnya kemudian pergi keluar. Dengan langkah lebarnya, ia pergi meninggalkan Jason.“Kayla!” pekik Jason kemudian menjambak rambutnya. Lalu berlari mengejar Kayla yang sudah keluar dari rumah itu.“Kayla, kamu mau ke mana?”
âMau lihat, jenis kelamin anaknya?â tanya Ramos yang tengah memeriksa kondisi janin Sandra melalui USG.âEmang udah kelihatan, Uncle?â tanya Gerald kemudian.âSudah. Tuh! Sudah kelihatan karena usianya sudah masuk hampir lima bulan. Delapan belas minggu.â Ramos menunjunkkan kursor ke arah monitor janin yang terlihat dengan jelas.âTerus, jenis kelaminnya apa?â tanya Gerald kembali.Ramos mengulas senyumnya. âLaki-laki. Kondisinya sangat baik, walaupun tumbuh kembangnya tambahnya hanya sedikit. Minum susu ibu hamilnya jangan sehari sekali, yaa. Dua sampai tiga kali kalau bisa.âGerald menghela napas kasar seraya menatap Sandra yang tengah menganggukkan kepalanya.âBaik, Dok.â Sandra menoleh kepada Gerald yang tengah menatapnya. âTapi kan, janinnya sehat. Makanya jangan pergi lagi, kalau ingin bayinya sehat!â sengalnya kemudian.Gerald menyunggingkan senyum seraya menggaruk alisnya. âIya, aku yang salah. Karena udah menghilang tanpa sebab.âRamos menepuk bahu lelaki itu. âSudah selesai?
âHeuh? Hukum mati?â Gerald tampak terkejut mendengar vonis untuk Frans.Jason menganggukkan kepalanya. âYa. Bukan karena kasus penembakan yang dia lakukan pada kamu, melainkan karena polisi berhasil menemukan markas Frans. Gudang tempat menyembunyikan narkoba dan senjata illegal.ââAaahh âĶ.â Gerald manggut-manggut dengan pelan. âJadi, hukumannya adalah hukum mati? Divonis mati?â tanya Gerald sekali lagi.Jason menganggukkan kepalanya. âYa. Hukuman mati. Akan dieksekusi satu bulan lagi. Hanya membutuhkan satu kali sidang dan âĶ dibawa ke tempat eksekusi.â Jason kembali menjelaskan kepada Gerald.Sementara Gerald tersenyum menyeringai sembari melirik Sandra yang masih duduk di sampingnya. âBaguslah. Aku lega, mendengarnya.â Gerald kemudian mengulas senyumnya kepada Jason.Jason menepuk-nepuk bahu Gerald dengan pelan. âCepat sembuh, Gerald. Selesaikan kuliah kamu, lulus dengan predikat baik dan âĶ menikahlah.â Jason menerbitkan senyum tulus kepada sang anak.Gerald menganggukkan kepalanya.
âBagaimana kondisi anak saya, Dok?â tanya Jason dengan suara paniknya.Gerald langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung dibawa ke ruang operasi untuk mengambil peluru yang menancap di tubuh lelaki itu. Kurang dari dua jam lamanya operasi itu akhirnya selesai dilakukan.âOperasinya berjalan dengan lancar. Beruntung, peluru itu hanya menancap di bagian tulang belakang. Peluru itu sudah berhasil diambil dan kondisinya saat ini masih kritis. Kami akan membawanya lima menit lagi ke ruang intensif untuk melakukan perawatan selanjutnya sampai kondisinya kembali normal,â tutur Dokter Azmiâpenanggung jawab kala operasi pengambilan peluru di tubuh Gerald.Sandra menghela napas lega setelah mendengar kabar dari Dokter Azmi bila Gerald selamat dari tembakan itu. Ia mengalami sedikit trauma bila seseorang terluka oleh luka tembak. Sebab Gery meninggal oleh peluru yang menancap di jantungnya. Sehingga membuat Gery tidak bisa diselamatkan.Kayla datang dengan wajah paniknya. âSayang. Kamu baik-bai
Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Hari ini adalah hari Minggu. Gerald dan Sandra pergi ke mall untuk belanja keperluan bayi yang sama sekali belum mereka beli.âKarena bayinya laki-laki, lebih baik kita beli warna yang lebih ke warnah laki-laki. Seperti warna biru, putih atau abu-abu. Yang cerah-cerah. Oke?â Sandra memberi saran kepada Gerald.Pria itu memberikan jempolnya kepada Sandra. âOke, Sandra. Terserah kamu saja, yang penting semua keperluan untuk bayi kita sudah terpenuhi.âSandra kemudian menerbitkan senyumnya. âKita beli baju dulu kalau begitu. Baju, celana, handuk, selimut dan topi. Kaus kaki juga.âGerald menggenggam tangan Sandra dan membawanya masuk ke dalam toko perlengkapan serba ada. Lengkap, berbagai macam keperluan bayi ada di sana.âYang ini bagus, nggak?â Sandra menunjuk pakaian bayi kepada Gerald.âBagus. Ambil aja yang menurut kamu cocok, Sayang. Jangan tanya aku. Aku mah terserah kamu aja. Kalau kata kamu bagus, berarti bagus juga menurut aku.âSandra
âBentar ... mau mandi dulu!â teriak Gerald menjawab panggilan dari mamanya itu.Sandra lantas memukul lengan lelaki itu. âIshh! Gerald. Gak usah teriak juga.âGerald terkekeh pelan. âAku mau mandi dulu. Mau mandi lagi nggak?âSandra menggeleng. âMau cebok aja. Mandi mah besok pagi lagi aja.ââYa sudah. Aku mandi dulu.âSandra mengangguk. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan area sensitifnya terlebih dahulu.Sepuluh menit kemudian Sandra keluar dari kamarnya dan menghampiri Kayla dan juga Jason serta Laura yang sudah menunggu mereka tiba di sana untuk makan malam bersama.âGerald sudah dipanggil?â tanya Jason kepada Kayla.âSudah. Tadi katanya mau mandi dulu,â ucapnya menjawab pertanyaan sang suami.Jason mengerutkan keningnya. âKok, aku nggak lihat kamu naik tangga?âKayla mengendikan bahunya. âMungkin kamu lagi sibuk dengan rainbow cake buatan Sandra. Makanya nggak lihat aku ke atas.âJason manggut-manggut dengan pelan. Ia kemudi
Waktu sudah menunjuk angka lima sore.Dering ponsel Sandra berbunyi, panggilan dari Gerald. Ia kemudian segera menerima panggilan tersebut.âHalo, Gerald?â tanyanya kemudian.âSandra. Hari ini mungkin aku pulang jam tujuh malam. Banyak tugas yang harus aku kerjakan soalnya. Mengejar ketertinggalan tiga bulan nggak masuk.ââOh iya, Gerald. Nanti aku simpan kuenya di kulkas saja kalau begitu. Kalau lapar, tinggal ambil saja di sana, yaa.ââIya, Sayang. Ya sudah kalau begitu aku lanjut nugas lagi.â Gerald menutup panggilan tersebut setelah memberi tahu bila dirinya akan pulang malam. Khawatir Sandra cemas lantaran tidak ada pulang di jam yang biasanya dia pulang.Sandra kemudian keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri. Menghampiri Kayla yang sedang menggendong Felisha.âMamanya ke mana, Mom?â tanya Sandra kepada Kayla.âLagi mandi dulu katanya. Biar pulang nggak perlu mandi lagi.âSandra manggut-manggut. âGerald tadi telepon, katanya dia akan pulang di jam tujuh. Ada banyak tugas
Satu minggu sebelum tragedi ....Gery menemui Jason di gedung International Global.âAda yang ingin saya sampaikan pada Anda.â Gery berucap dengan tegas dan datar.âApa itu?â tanyanya ingin tahu. âSilakan duduk.â Jason mempersilakan Gery duduk di sofa yang tak jauh dari kursi kebanggaannya.Gery menghela napasnya dengan panjang. âAnda masih belum ingin menyetujui hubungan Sandra dan Gerald? Saya sudah ikhlas mereka bersama, Pak Jason. Kalau masalahnya ada pada saya ....â Gery memberikan dokumen surat permohonan cerai kepada Jason.âSaya sudah menandatangani surat cerai ini dan dua minggu lagi sidang dimulai. Semoga hakim menyetujui permohonan ini dan Sandra akan saya minta mengenakan pakaian longgar agar tidak kelihatan kalau dia sedang hamil. Tolong, Pak Jason. Saya hanya bisa berharap banyak pada Gerald.âDia pasti bisa menjaga Sandra dari Frans. Saya tidak ingin Sandra jadi budak Frans. Anda pasti tahu bagaimana kejamnya dia kepada perempuan. Bukan karena cinta, tapi obsesi. Saya,
âMorning!â Gerald menyapa anggota keluarganya yang tengah duduk menunggunya keluar untuk sarapan sama-sama.Kayla menelengkan kepalanya kemudian menatap Gerald dengan lekat. âKok, keluarnya dari kamar atas? Jam berapa pindahnya?ââMom!â Gerald menatap datar mamanya itu.Kayla lantas menerbitkan cengiran kepada anaknya itu. âYuk, aah sarapan. Laura harus berangkat ke sekolah, Gerald ke kampus, Daddy ke kantor dan Nicko ke kantor juga.ââPara ladies mau ngapain?â tanya Gerald kemudian.âMommy sama Sandra mau santai leha-leha di rumah lah. Main sama si bayi mungil Felisha.â Kayla menerbitkan senyumnya.Gerald menghela napasnya dengan pelan. âYang penting kalian bahagia.ââSelalu itu yang kamu ucapkan pada kami. Memangnya kamu sendiri tidak bahagia?â tanya Kayla kemudian.âTentu saja bahagia. Kenapa tanya seperti itu?âKayla mengendikan bahunya. âHanya tanya.âGerald manggut-manggut. Tak lama setelahnya, dering ponsel Jason berbunyi. Gerald menoleh kepada papanya yang tengah mengerutkan k
Makan malam untuk pertama kalinya bersama keluarga Gerald di rumah milik orang tua lelaki itu tentunya. Membuat Sandra bahagia luar biasa karena merasa sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut.Ada Kinara dan Nicko juga di sana membuat suasana di sana semakin ramai karena adanya mereka. Usia Felisha kini sudah menginjak satu bulan dua minggu, semakin sehat dan berisi setelah dirawat dengan baik oleh Kayla yang memang sudah ahlinya merawat anak-anak.âSeru banget, makan malam di malam ini. Terasa lengkap setelah adanya Kak Gerald dan Kak Sandra di sini,â ucap Kinara kemudian menerbitkan senyumnya.Kayla menganggukkan kepalanya sembari mengulas senyumnya. âSama. Mommy juga merasakan hal yang sama, Sayang. Akhirnya, yaa. Kita bisa berkumpul lagi dan tambah dua personel. Sebentar lagi ada kandidat baru lagi. Calon cucu Mommy. Tiga bulan lagi akan lahir.â Kayla menerbitkan senyumnya kepada Sandra.Perempuan itu lantas membalas senyum Kayla. âTerima kasih, sudah menyambutku dengan baik.
Sandra gelagapan kemudian menelan salivanya dengan pelan. âHeâheeuuh? Makâmaksudnya, Pak Jason?â Jason memutar bola matanya dengan pelan. âJangan panggil saya dengan itu. Panggil saja Papa apa susahnya? Kayak nggak pernah puââ Jason mengatup bibirnya menahan ucapannya yang sudah pasti akan membuat Sandra terluka bila lolos keluar dari bibirnya. âKayak apa, Pa?â tanya Gerald dengan suara datarnya. Jason menggeleng pelan. âTidak ada. Papa sudah tahu dan lupa, kalau Sandra memang sudah tidak punya orang tua sejak lama,â ucapnya pelan sembari melirik Sandra yang tengah tersenyum tipis. âDia tidak seberuntung Papa.â âKan, sudah Papa katakan tadi. Tidak perlu diperbesar. Kamu sudah dewasa, seharusnya paham dengan ucapan Papa.â Gerald mengendikan bahunya. âPapa juga harus jaga lisannya. Jangan sampai keceplosan lagi.â Jason menganggukkan kepalanya dengan pelan kemudian mengusapi lengan anaknya itu. âCepat sembuh, Nak. Jangan lama-lama di sini. Mentang-mentang nggak perlu bayar!â Geral