“Jason! Kamu masih belum ingin menurunkan ego kamu? Masih mau membiarkan Gerald berjuang sendirian melawan Gery? Jangan mentang-mentang dia sudah buat kamu kecewa, dengan seenaknya kamu menghukum dia seperti itu!”
Di pagi hari, Jason sudah diberi sarapan ocehan Kayla yang sudah dua minggu ini selalu berdebat karena Jason yang masih membiarkan Gerald berjuang seorang diri mengambil Sandra dari Gery.
Jason menghela napas kasar seraya menatap Kayla yang tengah memasang wajah marahnya kepadanya.
“Aku akan membantunya, kalau memang itu anak kandung Gerald. Tapi, bukan berarti mereka bisa menikah!” ucapnya santai.
Kayla memutar bola matanya. “Oke! Kalau itu mau kamu!” ucapnya kemudian pergi keluar. Dengan langkah lebarnya, ia pergi meninggalkan Jason.
“Kayla!” pekik Jason kemudian menjambak rambutnya. Lalu berlari mengejar Kayla yang sudah keluar dari rumah itu.
“Kayla, kamu mau ke mana?”
“Mau lihat, jenis kelamin anaknya?” tanya Ramos yang tengah memeriksa kondisi janin Sandra melalui USG.“Emang udah kelihatan, Uncle?” tanya Gerald kemudian.“Sudah. Tuh! Sudah kelihatan karena usianya sudah masuk hampir lima bulan. Delapan belas minggu.” Ramos menunjunkkan kursor ke arah monitor janin yang terlihat dengan jelas.“Terus, jenis kelaminnya apa?” tanya Gerald kembali.Ramos mengulas senyumnya. “Laki-laki. Kondisinya sangat baik, walaupun tumbuh kembangnya tambahnya hanya sedikit. Minum susu ibu hamilnya jangan sehari sekali, yaa. Dua sampai tiga kali kalau bisa.”Gerald menghela napas kasar seraya menatap Sandra yang tengah menganggukkan kepalanya.“Baik, Dok.” Sandra menoleh kepada Gerald yang tengah menatapnya. “Tapi kan, janinnya sehat. Makanya jangan pergi lagi, kalau ingin bayinya sehat!” sengalnya kemudian.Gerald menyunggingkan senyum seraya menggaruk alisnya. “Iya, aku yang salah. Karena udah menghilang tanpa sebab.”Ramos menepuk bahu lelaki itu. “Sudah selesai?
Bugh!Satu hantaman keras melayang pada pipi Gery. Mata itu lantas menatap dengan sangar kepada Gery yang tengah berdiri menahan sakitnya hantaman keras oleh Frans.“Jadi, selama ini elo sembunyiin skandal istri elo sendiri dengan bocah tengil itu? Kenapa, Gery? Sengaja, supaya elo bisa punya alasan untuk menceraikan dia?” pekik Frans kepada Gery.Pria itu akhirnya mengetahui Sandra yang tengah mengandung oleh Gerald. Diberi tahu oleh salah satu anak buah Frans yang tidak sengaja melihat CCTV di ponsel Gery.“Frans. Lepaskan Sandra. Yang punya urusan itu orang tuanya. Gerald akan membayar semuanya. Jangan ambil Sandra lagi. Gue mohon. Gue udah mengabdi ke elo agar jangan ambil Sandra. Dan sekarang dia udah punya pendamping yang keluarganya memiliki segalanya.” Gery memohon kepada Frans agar jangan mengambil Sandra untuk menebus utang orang tuanya.“Di mana, si bocah gila itu? Kenapa berani banget hamilin istri orang!”“Frans. Sebenarnya elo suka apa gimana? Kenapa selalu mengincar San
Two hours before tragedy ....“Katakan, di mana elo sekarang?” pekik Gerald yang tengah menghubungi Gery. Sudah hampir setengah jam lamanya ia menunggu Gery tiba. Namun, lelaki itu tak kunjung muncul dan tidak tahu alasannya apa.“Gerald ... udah gue katakan gue nggak tahu mereka ada di man—““Ya telepon dong! Elo kan, punya nomor mereka. Baik mati di tangan elo atau Frans, bukankah kalian menginginkan itu?”Gery menghela napasnya. “Gue nggak pernah minta elo mati, Gerald,” ucapnya pelan.“Ya. Gue tahu itu. Sekarang telepon mereka. Katakan ada di mana, gue akan ke sana!” titah Gerald kepada Gery agar menghubungi anak buah Frans yang sedang mencari keberadaannya.Gery menutup panggilan tersebut karena akan menghubungi anak buah Frans yang kini sudah ada di mana.“Masih nyari Gerald?” tanya Gery dengan lemas.“Mobil sport warna hitam, kan? Dia udah ada di sini. Tepat di depan markas anak buahnya Jason. Kayaknya dia udah tahu kalau kita lagi nyari dia.”Gery menutup panggilan tersebut. K
Acara kremasi Gery sudah selesai dilaksanakan. Sandra dan Kayla kembali ke rumah setelah membawa guci berisi abu Gery dan akan dia simpan di rumah di mana ia tempati. Memeluk guci tersebut dengan tatapan kosongnya.‘Selamat jalan, Mas. Maafkan aku yang tidak pernah mencintai kamu sepenuh hatiku. Aku akan selalu mengingat semua kebaikan kamu, melupakan semua keburukan kamu. Tenang di sana. Aku janji, akan bahagia di sini,’ ucapnya dalam hati kemudian mengusap air mata yang kembali berlinang di pipinya.“Mommy ke rumah sakit lagi, yaa. Kamu ke sana saja setelah menyimpan gucinya,” ucap Kayla setelah sampai di parkiran.Sandra mengangguk. “Iya, Mom. Terima kasih sudah mau menemani aku mengurus pemakaman Gery.”Kayla memeluk Sandra dan mengusapi punggung perempuan itu dengan lembut. “Be strong, Sandra. Gerald akan menjadi suami yang baik untukmu. Sebagai pengganti Gery yang sudah mengikhlaskan kamu dengan dia.”Sandra mengangguk pelan. “Iya, Mommy. Semoga apa yang diharapkan Gery bisa ter
Jason memilih untuk menghampiri Kayla yang katanya pulang ke rumah. Khawatir perempuan itu pergi dari rumah dan tidak akan kembali lagi padanya. Dengan kecepatan penuh, lelaki itu mengendarai mobil seperti jalan itu miliknya. Dia akan mencegah Kayla yang akan memilih pergi darinya.Brak!!Jason melangkah dengan lebar menghampiri Kayla setelah tiba di rumah.“Kayla ... apa yang kamu lakukan?” Mata itu membola kala melihat Kayla memegang sebilah pisau tajam.“Aku tidak pernah meminta kamu untuk membedakan anak aku dengan anaknya Miranda! Bahkan aku selalu berusaha jadi ibu yang baik untuk mereka. Tapi, apa yang kamu lakukan pada mereka? Membuat mereka salah paham dan akhirnya membenciku juga!” pekik Kayla sembari menitikan air matanya.“Maafkan aku, Kayla. Tolong, jangan buat aku seperti ini. Aku akan melakukan apa saja untuk kalian,” ucapnya lirih.“Melakukan apa saja untuk kami demi aku atau memang karena kamu menyayangi Gerald dan Kinara? Mereka jadi korban keegoisan kamu, Jason. Leb
Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam.Sandra tengah berada di ruang rawat Kinara karena ingin momong bayi mungil tersebut. Sementara Kinara dan Nicko sedang makan malam bersama.“Kakak udah makan?” tanya Kinara kepada Sandra.“Sudah. Makanya aku ke sini.” Sandra mengulas senyumnya.Kinara manggut-manggut. “Kak Gerald belum juga siuman, Kak?” tanyanya lagi.Sandra menggeleng pelan. “Belum, Kin. Kata Dokter Azmi, mungkin besok atau lusa. Kita berdoa semoga Gerald cepat siuman dan sehat seperti sedia kala.”“Amin.” Kinara mengulas senyumnya seraya menatap Sandra yang tengah menggendong anaknya itu. “Udah kelihatan, jenis kelaminnya apa?” tanya Kinara kemudian.“Sudah. Katanya laki-laki.”“Wiih, mantap dong. Pasangan. Nanti, kalau sekolah bisa satu kelas. Kan, usianya hanya beda empat bulanan. Harusnya aku lahiran di bulan depan. Tapi, karena tragedi kemarin, jadinya harus melahirkan sebelum waktunya.”“Makanya, jangan marah-marah terus,” protes Nicko kemudian. “Aku nggak mau punya anak
Dua hari setelahnya, kondisi Gerald sudah semakin membaik. Sudah bisa duduk meski masih ngilu dia rasakan.“Luka jahitannya sudah kering. Kita lepas saja, benangnya.” Dokter Azmi mengambil beberapa alat untuk membuka jahitan di perut Gerald.Sandra yang melihatnya lantas menelan saliva karena ngilu dia rasakan. Matanya tertutup sebelah kala melihat perban dibuka oleh perawat dan memperlihatkan luka tersebut.“Ngeri banget,” ucap Sandra kemudian menutup mulutnya karena tak sanggup melihat luka tersebut.“Ini belum seberapa. Ada yang lebih parah dari ini. Tapi, jangan sampai kalian merasakannya. Karena belum tentu bisa menahannya,” ucap Dokter Azmi kemudian menerbitkan senyumnya.“Tidak ada yang ingin terluka seperti itu, Dok,” ucap Sandra kemudian.Dokter Azmi terkekeh dengan pelan. “Iyalah. Ini juga ketidaksengajaan.”“Mereka memang merencanakan hal ini, Dok,” ucap Sandra kemudian menoleh kepada Gerald.Sementara lelaki itu hanya menyunggingkan senyumnya. Ia kemudian menarik tangan Sa
Sandra gelagapan kemudian menelan salivanya dengan pelan. “He—heeuuh? Mak—maksudnya, Pak Jason?” Jason memutar bola matanya dengan pelan. “Jangan panggil saya dengan itu. Panggil saja Papa apa susahnya? Kayak nggak pernah pu—“ Jason mengatup bibirnya menahan ucapannya yang sudah pasti akan membuat Sandra terluka bila lolos keluar dari bibirnya. “Kayak apa, Pa?” tanya Gerald dengan suara datarnya. Jason menggeleng pelan. “Tidak ada. Papa sudah tahu dan lupa, kalau Sandra memang sudah tidak punya orang tua sejak lama,” ucapnya pelan sembari melirik Sandra yang tengah tersenyum tipis. “Dia tidak seberuntung Papa.” “Kan, sudah Papa katakan tadi. Tidak perlu diperbesar. Kamu sudah dewasa, seharusnya paham dengan ucapan Papa.” Gerald mengendikan bahunya. “Papa juga harus jaga lisannya. Jangan sampai keceplosan lagi.” Jason menganggukkan kepalanya dengan pelan kemudian mengusapi lengan anaknya itu. “Cepat sembuh, Nak. Jangan lama-lama di sini. Mentang-mentang nggak perlu bayar!” Geral