“Ayo,” kata Venus dengan sorot mata penuh luka.
Mereka keluar dari pintu darurat.
“Lewat sini,” kata Archio menuntun Venus ke pintu lift yang lain.
“Kenapa lewat sini?” Venus bertanya bingung.
“Lift ini langsung ke basement, kamu punya kunci aksesnya ‘kan?”
Venus mengangguk, dia memberikannya kepada Archio.
“Pegang aja,” kata pria itu enggan menerima.
“Siapa tadi nama istrinya, Mas Archi?” Venus bertanya setelah mereka berada di dalam lift.
“Wulan,” jawab Archio sembari menoleh menatap Venus.
Mendengar nama Wulan, Venus jadi ingat kejadian setahun lalu.
“Aku pernah baca pesan mesra antara Wulan sama Al di hapenya Al setahun lalu, kita bertengkar hebat … Al bilang kalau dia cuma iseng dan dia berjanji enggak akan mengulanginya lagi … bodohnya aku percaya, sampai berani menerima lamaran dia.”
“Setahun yang lalu?” Archio bergumam.
Venus tidak bersuara, hanya memandang Archio yang tengah menatap kosong ujung sepatunya.
Tampaknya Archio lebih terluka karena Wulan mengkhianati janji suci pernikahan mereka.
Keduanya keluar setelah pintu lift terbuka.
Mereka disambut suasana temaram dari dalam basement.
“Setahun yang lalu Wulan keguguran tapi dia enggak terlihat terpukul atau sedih … dia seperti enggak menginginkan bayi itu.” Archio jadi curhat padahal baru pertama kali bertemu Venus.
“Turut berduka cita ya, Mas.” Venus mencoba ikut merasakan kepedihan Archio.
Archio mengangguk sembari menatap Venus.
Kening mereka mengkerut karena sama-sama berpikir kalau mungkinkah anak yang tengah dikandung Wulan setahun lalu adalah anak hasil hubungan terlarang dengan Altezza?
Keduanya kompak memutus tatap, menghempaskan pikiran negetif tersebut tanpa mengungkapkan apa yang benak mereka pikirkan.
Di dalam hati Venus dan Archio masih ada cinta yang besar untuk pasangan mereka.
Archio berjalan di depan menuntun Venus melalui jalan setapak khusus pejalan kaki.
“Kita jalan dulu sedikit baru nyebrang biar mereka enggak sadar dengan kehadiran kita.” Archio memberi instruksi dan Venus mengangguk setuju.
Keduanya berjalan menyusuri trotoar yang pavingblock-nya sudah rusak membuat Venus kesulitan berjalan dengan heels tujuh sentinya.
“Hati-hati,” kata Archio menatap ngeri cara berjalan Venus menggunakan heels belum lagi Venus masih menggunakan seragam kerjanya berupa stelan blazer dengan rok pendek.
“Kamu boleh pegang tangan saya,” kata Archio dengan raut serius, tidak sedikitpun terlihat sedang menggoda Venus.
Pria itu langsung merentangkan tangannya.
Karena terpaksa khawatir jatuh dan berguling-guling di aspal, akhirnya Venus memegang lengan Archio.
Mereka kemudian menyeberang jalan besar yang padat kendaraan.
“Kamu tahu dari mana Altezza ada di hotel ini?” Archio kembali bersuara.
“Aku ngikutin dia dari kantornya, hari ini harusnya kita fitting baju pengantin tapi kata dia … dia ada meeting sampai malam … entah kenapa aku enggak percaya, jadi aku pinjem mobil teman dan nungguin dia keluar dari kantor … aku kaget waktu mobilnya keluar dari parkiran padahal dia bilang ada meeting, terus aku ikutin dia,” tutur Venus menjelaskan.
“Kalau Mas Archi, tahu dari mana istrinya di sini?”
“Tadi malem tiba-tiba Wulan ijin untuk perjalanan dinas ke Jakarta, tanpa banyak tanya saya ijinin walau hati saya curiga … dari Surabaya dia naik penerbangan siang dan pagi sekali sebelum dia pergi saya pamit kerja padahal saya naik penerbangan pagi ke Jakarta … saya menunggu dia di Bandara lalu mengikutinya ke sini ….”
“Jadi Mas Archi dari Surabaya?”
Archio mengangguk menjawab pertanyaan Venus.
“Tahan dulu … kita liat situasi.” Archio menghentikan langkahnya setelah mereka sudah berada sangat dekat dengan Caffe yang dituju.
Mata mereka berdua mengedar ke dalam melalui dinding jendela Caffe tersebut.
“Mereka enggak ada di dalam,” kata Venus ragu.
“Iya … mereka enggak ada di dalam.” Archio setuju.
“Mungkin duduk di meja bagian belakang Caffe,” cetus Venus karena dia ingat Caffe tersebut memiliki area depan dan area belakang yang dibatasi oleh taman.
“Berarti kita harus masuk.” Archio sedang meminta pendapat, dia menoleh menatap Venus.
Venus mengangguk. “Aku mau ngelabrak mereka.”
“Nanti saya yang videoin, karena saya juga butuh bukti untuk mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.”
Ternyata Archio sudah mantap bercerai dengan istrinya.
“Aku duluan ya, Mas … kita jangan sampai terlihat bersama.”
“Oke ….”
Mereka baru bertemu tapi sudah seperti partner agen mata-mata yang solid.
Venus masuk sendirian di ikuti Archio dengan menjaga jarak.
“Untuk berapa orang, Kak?” Seorang pelayan menyambut Venus.
“Teman saya di dalam, saya akan cari sendiri.”
“Silahkan.” Sang pelayan mempersilahkan.
Venus mulai melangkah masuk sambil mengedarkan pandangan mencari sosok Altezza dan wanita bernama Wulan yang baru tadi dia lihat wajahnya secara langsung.
Di bagian dalam Caffe, Venus tidak menemukan Altezza, dia mencari di bagian belakang sambil mengendap-ngendap tapi tidak menemukan pria dan wanita yang dia cari.
Venus juga memeriksa toilet dan mushola.
Altezza dan Wulan seperti hilang di telan bumi, padahal jelas terdengar kalau Altezza mengajak Wulan ke sini.
Venus membalikan badan, tatapannya bertemu dengan Archio, dia lantas menggelengkan kepala memberitahu Archio kalau Altezza dan Wulan tidak ada di Caffe ini.
Archio berjalan mendekat. “Mungkin mereka berubah pikiran, enggak makan di Caffe ini.”
“Iya mungkin.” Venus bergumam.
Tubuhnya terasa lemas sekali, dia menjatuhkan bokongnya di kursi salah satu meja.
Seorang pelayan datang memberikan buku menu tanpa diminta.
Archio duduk di depan Venus yang tengah menundukan kepala dengan kedua tangan menahan kening.
“Kamu mau pesen apa?”
Wajah sendu Venus mendongak.
“Saya belum makan dari pagi,” kata Archio sembari membaca buku menu.
Mereka sudah kehilangan jejak Altezza dan Wulan sedangkan hanya ada satu tempat makan di depan hotel.
Mungkin Altezza dan Wulan berubah pikiran dan memutuskan makan di tempat lain lalu pergi ke basement mencari mobil Altezza menggunakan pintu yang satunya ketika Archio dan Venus keluar dari pintu basement yang lain.
“Apa aja lah.” Venus terdengar putus asa.
Bahkan Venus tidak bisa berpikir untuk memilih makanan atau minuman yang akan dipesannya.
Archio yang memilihkan untuk Venus.
“Kira-kira mereka ke mana ya? Kita harus cari mereka.”
Venus semangat sekali ingin melabrak Altezza, dia menyesal malah bersembunyi ketika tadi mengetahui Altezza akan keluar dari kamarnya.
Dia terlalu panik dan belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi.
Atau sebenarnya tadi Venus belum ingin mempercayai apa yang terjadi.
Gedung sudah di-booking, gaun pengantin, catering, MUA semuanya sudah dibayar DP.
Hanya tinggal menyebar undangan, tidak lucu kalau dia dan Altezza tidak jadi menikah.
“Saya enggak tahu.” Archio menggelengkan kepala lemah menjawab pertanyaan Venus.
“Mas Archi masih bisa dapet bukti perselingkuhan istri Mas dengan menggerebek mereka, Mas punya aksesnya ‘kan?”
“Saya enggak punya kartu akses, saya naik ke lantai tiga menunggu tamu yang juga turun di lantai itu.”
“Terus Mas tahu dari mana kalau Susan ada di kamar tiga kosong lima?”
“Tadi sewaktu Susan di resepsionis meminta kunci, saya bersembunyi di balik pembatas toilet yang berada di belakang meja resepsionis … saya dengar resepsionis menyebutkan nomor kamar … lalu saya menunggu tamu yang akan turun di lantai tiga … setelahnya saya hanya mengamati dari jauh selama beberapa jam lalu saya melihat seorang pria masuk ke kamar tiga kosong lima dan ketika hendak saya dekati, saya menemukan kamu juga berhenti di depan pintu itu.”
“Jadi Mas nunggu dari jam tiga di sini?”
“Ya ….”
“Ya ampun, pantesan kelaperan.” Venus membatin.
“Ini kartunya, Mas gerebek mereka aja nanti malam.”
Archio menatap keycard di atas meja.
Dia seperti bimbang.
“Mas takut liat apa yang mungkin dilakukan istri Mas sama Al di kamar itu ya?”
“Saya takut semakin terluka.” Archio mengaku.
“Sama ….” Venus melirih.
“Biar saya aja yang bayar,” kata Archio sembari mengeluarkan dompet.Setelah itu tangannya terangkat memanggil pelayan meminta bill.Dia adalah pria sejati yang tidak akan membiarkan wanita membayar tagihannya.Tidak lucu juga mereka hanya membayar pesanan masing-masing di dalam satu bill.“Enggak usah, Mas … kita bayar masing-masing aja.” “Enggak apa-apa, biar saya yang bayar.” Archio memaksa.Venus tidak bisa lagi menolak, dia membiarkan Archio membayar makan malam mereka.Pria itu memberikan kartu kreditnya kepada pelayan.“Oh ya, saya belum tahu nama kamu.” Archio memberikan kartu namanya kepada Venus.“Kamu boleh menghubungi saya kapan-kapan.” Maksud Archio untuk membahas tentang Wulan dengan Altezza karena mereka senasib.Venus tidak langsung menjawab, dia membaca kartu nama yang Archio berikan.Terdapat nama lengkap pria itu, Archio Mars Byantara.Ada nama perusahaan juga tempat pria itu bekerja dan sekarang Venus tahu kalau pria di depannya adalah seorang Arsitek yang memili
Venus mendongak dari makan malam yang tengah ditekuninya di meja bar dapur mini saat pintu apartemen dibuka dari luar.Siapa lagi yang bisa masuk dengan bebas dan mengetahui passcode kalau bukan Altezza.Wajah tampan dengan senyum tersungging manis di bibirnya menyapa Venus.Pria itu tampak tidak berdosa setelah kemarin malam berdusta malah bercinta dengan wanita lain sementara seharusnya mereka fitting baju pengantin.“Baru makan?” Altezza bertanya sembari membuka sepatu.“Baru pulang?” Dia bertanya lagi bersama langkahnya mendekat.Altezza duduk di samping Venus, merebut garpu dari tangannya lalu menyuapkan makanan ke mulut.“Aku juga laper, tadi enggak sempet makan malam di kantor … ada mie instan enggak?” Seolah rentetan pertanyaan Altezza itu hanyalah basa-basi dan tidak membutuhkan jawaban, dia sampai tidak peduli apakah Venus menjawabnya atau tidak. Altezza tidak curiga ketika Venus diam saja.“Mau aku buatin?” Akhirnya Venus bersuara, dia turun dari stool.“Enggak usah, abis
“Kamu kok makan malam di sini? Kalau Wulan masak gimana? Kasian dia sudah capek-capek kerja terus masak buat kamu tapi kamunya enggak makan,” tegur ibu tidak ada maksud melarang putra semata wayangnya melarang makan di restoran miliknya.“Archi kangen makan di sini, Bu.” Archio berdusta.Wulan tidak pernah masak, jika pulang ke rumah belum makan malam maka Archio akan kelaparan jadi dia memutuskan mampir ke sini sambil melihat kondisi ibu.Karena jangan harapkan Wulan untuk masak, bahan makanan pun tidak ada.Archio memberikan uang bulanan di luar uang jajan Wulan untuk membeli pakaian, skin care dan kebutuhan pribadinya.Tapi kulkas dan kabinet kitchen set selalu kosong, rumah mereka sudah seperti hotel hanya untuk tempat menginap saja.Archio tidak pernah menceritakan kekurangan istrinya kepada ibu, dia menutup rapat prahara rumah tangganya.“Ya sudah, tapi jangan banyak-banyak … sampai rumah kamu harus makan lagi ya.” Ibu berpesan agar hati menantunya tidak terluka.Archio menatap w
“Hallo Mbak Venus, untuk pilihan dekornya sudah saya kirim lewat email ya mbak … pilihannya enggak baku kok, Mbak Venus masih bisa nambah atau ngurangin sesuai keinginan Mbak.” Kepala Venus langsung pening mendengar salah satu anggota Wedding Planer menghubunginya untuk membicarakan perihal pesta pernikahan.“Oh iya, Mbak … makasih infonya, nanti akan saya kabarin.”“Baik, Mbak … untuk fitting-nya apa sudah dilakukan? Apakah gaunnya sudah oke?” Belum, Venus dan Altezza tidak sempat fitting karena Altezza mendadak harus meeting atau bercinta dengan Wulan dan Venus sudah tidak semangat mempersiapkan pernikahannya lagi.“Oh ya, Mbak … bisa telepon calon suami saya enggak, buat ngingetin tentang fitting?”Mendengar permintaan Venus, si mbak-mbak Wedding Planer langsung diam.Dia bingung, kenapa harus dia yang memberitahu sementara calon istrinya si mempelai pria adalah Venus.“Oh … baik, Mbak.” Meski begitu, dia menyanggupi dari pada pernikahan mereka batal.Dia mengira antara Venus dan
Bagi Venus yang pernah melihat kebohongan Altezza dengan matanya sendiri akan sulit bisa mempercayai pria itu kembali.Jadi, ketika Altezza mengatakan akan mengikuti gathering dari kantornya weekend ini—sama sekali Venus tidak percaya.Dia memang tidak mengkonfirmasi kepada orang-orang di kantor Altezza karena tidak ada satu pun yang Venus kenal tapi feeling-nya sangat kuat, Altezza sedang membohonginya.Padahal hati Venus sudah mulai luluh melihat Altezza yang bersemangat saat fitting baju pengantin dan sikapnya yang kembali hangat juga mesra.Venus yang tengah menggosok giginya di wastafel kamar mandi apartemen pun tertawa sumbang menatap ke cermin mendengar pemikirannya sendiri.Kemudian raut wajahnya menyendu, tatap matanya kosong kembali.Venus mengembuskan napas panjang kemudian membasuh mulutnya dari busa pasta gigi.Setelah itu Venus mandi dan pergi bekerja tanpa sarapan.Semenjak memergoki perselingkuhan Altezza, selain hidup Venus tidak lagi bergairah—dia juga tidak nafsu ma
Venus membatalkan rencananya pulang ke Bandung.Sekarang dia sedang mengemas pakaian untuk pergi ke Bali, berniat menguntit Altezza yang tengah berselingkuh.Venus tidak menggunakan koper, hanya membawa tas besar yang biasa digunakan ke gym sehingga bisa dia sandang di pundak.Kepergiannya ke Bali bukan untuk liburan jadi semuanya harus ringkas agar tidak repot dan memudahkannya bergerak dari satu tempat ke tempat lain.Supaya bisa muat ke dalam tas, Venus memasukan pakaian seadanya yang kebanyakan adalah pakaian kurang bahan selain karena memang udara di sana panas. Dan bila kekurangan pakaian bersih, dia akan membeli pakaian di Bali saja.Setelah semua keperluannya masuk ke dalam satu tas, Venus membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi terlentang.Matanya menatap kosong langit-langit kamar dan perlahan buliran kristal meluncur dari setiap sudut matanya.Sesuatu di dalam dada Venus terasa begitu sakit sampai Venus menyimpan satu telapak tangannya di sana, berharap rasa pe
Venus & Archio disambut oleh lampu terang benderang begitu kamar terbuka. Mata Venus langsung mengedar mencari sofa yang akan ditiduri Archio.Benar kata pria itu, sofanya kecil sedangkan tubuh Archio tinggi.Jika Venus berbaring di sana pun tidak akan menampung keseluruhan tubuhnya.Sedangkan ranjang di kamar itu adalah ranjang single berukuran King Size dan mereka tidak mungkin tidur satu ranjang bersama.Archio meletakan tas Venus di meja dekat lemari pakaian.“Kamu mau mandi dulu? Handuk bersihnya ada di kamar mandi.” Tangan Archio mengarah pada pintu kamar mandi.“Iya Mas … makasih.” “Kamu udah makan?” Langkah Venus yang hendak masuk ke dalam kamar mandi harus terhenti oleh pertanyaan Archio.“Udah tadi.” Venus menjawab kemudian masuk ke dalam kamar mandi.“Perhatian banget sih.” Venus bergumam sembari menyimpan tas pakaiannya di meja wastafel.Setelah membersihkan tubuhnya dan memakai pakaian tidur yang berupa hotpant dan thanktop, Venus keluar dari kamar mandi.Gerak tubuhny
Venus dan Archio pergi saat hari masih siang ke beach club yang disebutkan Wulan saat mereka sedang mencuri dengar.Keduanya harus ada di sana sebelum pasangan selingkuh itu tiba. Archio dan Venus memilih tempat strategis yang memiliki pemandangan keseluruhan resort tapi tetap tersembunyi, tidak terekspose.Semestinya tempat yang dipilih bisa menampung empat sampai enam orang tapi Archio bersedia membayar mahal untuk cabana tersebut.Sambil menunggu Altezza dan Wulan sampai, mereka memesan makanan dan minuman.“Mas tadi denger enggak ucapan Al setelah Wulan bilang ingin ke sini?” celetuk Venus bertanya setelah lama hening.Archio menganggukan kepala. “Yang tunangan kamu tanya apa enggak bosen datang ke sini?” Venus langsung menganggukan kepala membenarkan.“Berarti mereka sering ke sini apa gimana?” Venus meminta pendapat.“Kayanya iya karena Wulan sering minta ijin pergi liburan bareng teman-temannya … dan adakalanya mungkin dia enggak pergi sama temennya melainkan sama tunangan ka
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be