Plak!Tante Zara menjitak kepala putra pertamanya menggunakan brosur yang baru saja beliau ambil dari tempat brosur bahan akrilik yang tergantung di dinding.“Aw … Mi, apaan sih!” Ghazanvar berseru pelan memprotes dengan wajah memberengut kesal.“Kamu ngapain godain Svarga terus, Hah?!”Ghazanvar menyengir sembari menggaruk kepala yang tadi maminya jitak menggunakan brosur.Tante Zara mendelik, melangkah lebih dulu menyusuri lorong untuk kembali ke ruangannya.Mereka berdua baru saja keluar dari ruang rawat Zaviya.“Abang enggak godain Svarga kok, Mi … Abang godain Zaviya.” Ghazanvar mengaku saat mereka sudah berada di ruangan Direktur Utama rumah sakit ini.“Jangan macem-macem, Bang … istri orang itu,” tegur maminya serius.Ghazanvar tertawa sembari menghempaskan bokongnya di sofa.“Mi, kenapa bukan Abang sih yang dijodohin sama Zaviya?”Tante Zara mencebikan bibirnya sebal mendengar pertanyaan aneh putranya.“Jangan macem-macem, Bang ah! Mami enggak suka! Masih banyak ce
“Gara-gara aku digendong kak Ghaza ke kamar mandi tadi sore waktu mau pipis.” Zaviya mengakui dosanya.“Kamu denger ultimatum aku ke Ghaza, kan? Aku enggak suka kamu disentuh sama dia dan kamu malah minta disentuh.”Meskipun Svarga mengucapkannya dengan nada rendah tapi sungguh menohok hati Zaviya hingga terasa sekali perihnya.“Tapi aku enggak minta disentuh, mama Kejora yang minta tolong kak Ghaza gendong aku ke kamar mandi karena khawatir kaki aku sakit kalau dipake lari ke kamar mandi.” Zaviya menyanggah, nada suaranya masih rendah.“Makanya nanti lagi kalau udah kerasa mau pipis langsung ke kamar mandi jangan ditahan-tahan jadi enggak perlu lari-lari, kan!” Svarga memberikan sedikit penekanan membuat Zaviya terdiam.Zaviya tidak bisa mendebat Svarga karena ucapan pria itu ada benarnya dan dia tahu percis Svarga cemburu kepada Ghazanvar tapi masih bersedia disentuh pria itu.Fix, seratus persen Zaviya yang salah di sini. Zaviya harus mengakuinya meski sulit.Svarga tidak pe
“Kita makan malam dulu ya, Svarga … aku lapar.” Gladys lantas meminta driver mengantar mereka ke sebuah restoran yang menjadi pilihannya setelah bertanya pada Google.“Kamu saja ya, aku harus pulang … aku baru saja bilang sama mama kalau sebentar lagi aku akan sampai di rumah sakit.” Gladys berdecak lidah kesal. “Kita sudah sampai Jakarta … makan malam tidak akan lama … kamu bisa langsung pergi setelah makan malam.” Gladys membujuk.“Kamu saja.” Svarga tidak bisa dipengaruhi.“Kamu berubah Svarga, setelah menikah logika kamu entah ke mana perginya … kamu terlalu menuruti keinginan istri kamu … lama-lama istri kamu bisa membangkang.” Gladys jadi sewot karena ajakannya ditolak tegas oleh Svarga.Zaviya memang selalu menuntut, pernah juga membangkang dan selama keinginannya tidak berlebihan—pasti akan Svarga ikuti.Apalagi sekarang Zaviya sedang terbaring di rumah sakit, sudah kewajiban Svarga sebagai seorang suami untuk menemaninya.“Kamu dengar tidak apa yang aku katakan tadi?” Gladys
Setelah tadi malam Svarga melakukan permintaan maaf dengan cara mengajak Zaviya bercinta tapi hanya dia sendiri saja yang sampai pada puncak kenikmatan—pagi ini Svarga tampak biasa saja seolah kemarin dia tidak pulang larut dan membuat Zaviya ketakutan selama berjam-jam sendirian di kamar yang luas itu.Tidak ada tanda-tanda Svarga akan mengeluarkan kalimat permemintaan maaf dan sikapnya juga dingin seperti biasa.Ajakan bercinta tadi malam bagi Zaviya tidak ada artinya karena dia tidak mendapatkan pelepasan dan harus segera di ulang.Meski begitu Zaviya masih kesal karena kata maaf belum tercetus dari bibir Svarga.Jadi pagi ini ketika Zaviya bangun dalam pelukan Svarga, lalu Svarga membantunya melakukan urusan di kamar mandi termasuk membersihkan tubuh dan gantian pria itu juga mandi hingga sekarang mereka sudah dalam keadaan segar dan Svarga telah memakai pakaian kerja siap untuk pergi ke kantor—Zaviya masih belum mau bicara dengan Svarga.Sementara Svarga memang tidak banyak bicar
“Pagiiii.” Mama Kejora datang dengan semangat dan riang gembira seperti biasa.Beliau tidak tahu kalau anaknya membiarkan Zaviya menunggu cukup lama tadi malam, mungkin kalau beliau tahu—mama Kejora akan menjitak kepala putranya itu.“Eeeh … ada mbak Natalia, apa kabar Mbak?” Mama memeluk kemudian mengecup pipi kiri dan kanan bude dengan hangat dan ramah.“Baik … kamu sekeluarga baik juga ‘kan?” Bude membalas basa-basi. Langkah mereka berdua tertuju ke area sofa sedangkan Svarga, Argo dan Zaviya jadi terlibat canggung.Mama Kejora dan bude melanjutkan obrolan ringannya sampai akhirnya mama teringat akan putranya yang harus pergi bekerja.“Svarga … kamu pergi aja ke kantor, biar Zaviya sama mama sama bude juga.” Dengan santai dan polosnya mama Kejora berkata demikian.“Svarga Work From Home, Ma …,” putus Svarga yang tidak akan meninggalkan Zaviya bersama Argo barang sedetik pun.Svarga seperti tidak percaya diri kalau kasih sayang yang diberikannya kepada Zaviya tidak cukup jadi selalu
“Sebentar, aku jawab telepon dulu.” Svarga melepaskan pelukannya.“Jawab di sini, di depan aku,” pinta Zaviya masih dengan nada rendah.Svarga menatap Zaviya lekat, dia tidak mungkin menjawab panggilan dari Gladys di depan Zaviya, nanti akan ketauan kalau Gladys sudah di Jakarta dan dia sering bertemu dengan sahabatnya itu.“Ayo jawab sekarang di depan aku!” Nada suara Zaviya meninggi bersama sorot matanya yang tajam.“Zaviya!” Svarga berseru memperingati kalau dia tidak suka dengan sikap posesif Zaviya.Pria itu sudah berdiri di sisi ranjang Zaviya sekarang.“Kenapa? Apa yang kamu sembunyikan?” Zaviya terlihat murka.Svarga mengetatkan rahangnya, dia mengangkat tangan yang menggenggam ponsel kemudian menggeser icon gagang telepon berwarna hijau.“Hallo!” Svarga menjawab panggilan telepon dari Gladys sambil menatap Zaviya tajam.“Svarga … menurut kamu—“ Kalimat Gladys terjeda.“Gladys, ini sudah malam dan aku sedang di rumah sakit … bisa kita bicara nanti?” Sambar Svarga dingin.“Oh …
Zaviya tidak ingin Gladys menggunakan segala cara untuk mendapatkan Svarga, membuat Svarga jatuh cinta kepadanya.Dia hanya ingin melindungi rumah tangganya dari badai yang mungkin akan diciptakan Gladys.Dan karena dia juga mencintai Svarga, dia tidak ingin Svarga sangat dekat dengan perempuan manapun meskipun katanya perempuan itu adalah sahabatnya.*** “Svarga, gendong aja Zaviyanya,” titah mama Kejora saat mereka sudah turun dari mobil yang terparkir di basement karena akan mencapai lift yang akan membawa mereka ke unit apartemen Svarga.Svarga memberikan koper kepada asisten rumah tangga yang menjemput ke basement kemudian mendekat pada Zaviya untuk menggendongnya.Tidak ada penolakan, Zaviya juga menunjukkan ekspresi biasa saja agar mama Kejora tidak curiga.“Nanti kamu ke kantor lagi enggak?” Mama Kejora bertanya setelah mereka masuk ke dalam lift.“Enggak Ma, nanggung.” Svarga menjawab.“Bagus kalau gitu, Mama bisa pulang sore ini ya … kebetulan om Kama mau ke Jerman … ada ur
Svarga merasa harus menghubungi Gladys kembali setelah setelah beberapa hari lalu sambungan telepon mereka diputus sepihak olehnya.Dia yang telah menawarkan bantuan kepada Gladys untuk membangun perusahaan di sini maka dia harus bertanggung jawab menepati ucapannya.“Hallo?” Panggilan telepon Svarga langsung dijawab oleh Gladys.“Ya, Hallo … Gladys?” “Iya, ada apa?” Gladys menyahut ketus.“Apa yang ingin kamu bicarakan kemarin? Maaf, kemarin aku tidak bisa bicara … ada Zaviya di sampingku dan aku masih belum memberitahunya tentang kamu karena dia selalu emosional bila membicarakan tentangmu.” Svarga berkata jujur, secara tidak langsung dia sedang mencurahkan isi hatinya kepada sang sahabat agar mengerti kondisi yang terjadi dalam rumah tangganya.“Kamu sudah tanya padanya, kenapa dia sampai emosional setiap membicarakanku?” Nada suara Gladys terdengar meledek.Svarga jadi tahu kalau Gladys kesal mendengar kalau Zaviya tidak menyukainya dan dia memaklumi.“Katanya kamu menyukaiku dal
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be