Venus menggunakan cuti menikah dan bulan madunya dengan berkumpul bersama abah dan Ambu.Banyak pesan masuk ke ponsel Venus dari teman kantor dan atasannya mempertanyakan perihal pembatalan pernikahan yang sengaja Venus abaikan sementara waktu.Dia ingin menenangkan diri dulu.Jadi kemarin itu untuk menghargai kedatangan tamu undangan dari luar kota, pesta tetap diselenggarakan hanya tidak ada mempelai pengantin hanya jamuan makan siang saja dan para WO menjelaskan dengan singkat kalau pernikahan Venus dengan Altezza dibatalkan tanpa memberitahu alasannya.Hal itu yang membuat aplikasi pesan di ponsel Venus banjir notifikasi.Keluarga besar abah dan ambu sudah kembali ke rumah dan kota masing-masing.Beberapa yang berdomisili di sekitaran rumah abah ambu sering datang untuk membawa makanan atau mengajak ngobrol ambu dan Venus sebentar demi memastikan kalau mereka baik-baik saja.Venus jadi tidak memiliki waktu untuk bersedih.Dan ngomong-ngomong masalah Raka kemarin, kedua orang tua R
Cuti menikah dan honeymoon Venus akhirnya selesai meski statusnya masih tetap menjadi single bukan seorang istri karena nyatanya pernikahan tersebut batal di detik terakhir.Venus harus menyiapkan mental bertemu dengan atasan dan teman sekantor yang mungkin masih bertanya-tanya kenapa pernikahannya dibatalkan.Baru hari ini Venus malas bangun pagi untuk pergi ke kantor.Apa sebaiknya dia mengikuti saran abah untuk resign dan kembali ke kampung halaman meneruskan usaha abah?Setidaknya dia tidak perlu menjelaskan tentang pembatalan pernikahan karena semua tetangganya telah mengetahui kebejatan Altezza dan justru membuat mereka prihatin atas nasib buruk yang menimpa Venus.Venus berdiri di depan cermin dengan pakaian seragam berupa stelan blazer rok span dan syal melingkari kerah kemeja. Dia tampak cantik menggunakan seragam itu meski masih berada di level menengah dalam perusahaan tersebut tapi Venus bangga.Ah, Venus berubah pikiran. Dia akan terus menjalani perannya di Jakarta tidak
Ternyata pada saat Venus berceloteh panjang lebar di depan Altezza, jempolnya bekerja menekan-nekan layar untuk menghubungi Diana.Venus mengecilkan volume suara sambungan telepon agar tidak terdengar oleh Altezza tapi Diana masih bisa mendengar suaranya.Dan saat itu juga Diana yang kebetulan sedang bersama kekasihnya langsung menghubungi polisi untuk meringkus Altezza yang bisa dipastikan ada di apartemen Venus karena hanya tempat itu yang justru rawan mengingat Venus hanya tinggal sendiri.Suara gaduh terdengar di luar, Venus menutup telinganya rapat bersembunyi dalam pelukan Diana.Lama kemudian hening lalu terdengar suara pintu diketuk.“Yang … ini aku,” panggil Egi.Sepertinya di luar sudah tenang.“Sebentar ya, Diana meninggalkan Venus sebentar di sisi ranjang untuk membuka pintu.“Altezza udah dibawa ke kantor Polisi,” kata Egi memberitahu.Diana kembali ke dalam, dia memberitahu informasi yang didapat dari kekasih dan barulah Venus merasakan kelegaan yang teramat besar menyel
Setelah mengetahui kalau Wildan tinggal di gedung apartemen yang sama, kebetulan selalu terjadi.Venus jadi sering bertemu dengan Wildan, baik pergi maupun pulang kerja.Seperti saat ini, Venus harus tersenyum saat Wildan memasuki lift.“Pagi,” sapanya membuat beberapa orang di dalam lift bingung.“Pagi Mas Wildan.” Venus menyahut lalu penumpang lift lain melirik pada Venus.Mereka semua kompak keluar dari lift di lantai basement termasuk Venus dan Wildan.“Oh ya, hari ini aku mau ketemu sama pengacaranya Altezza … apa nanti malam kita bisa ketemu untuk membahas hasil pertemuan aku ini?” Kalimat Wildan itu menghentikan gerak tangan Venus yang hendak membuka pintu mobil.“Nanti malam ya?” Venus tampak berpikir.“Kenapa? Kamu ada acara nanti malam?” Wildan yang berdiri di depan mobil Venus bergerak mendekat.“Enggak ada acara tapi besoknya ada acara hampir satu minggu, aku harus nyiapin kebutuhan untuk acara itu … tapi kita enggak lama ‘kan?”“Oh enggak, kita cuma bahas hasil pertemu
Ternyata, meskipun Venus selalu ‘menolak’ Wildan—pria itu tetap melakukan pekerjaannya dengan baik menjadi pendamping Venus dan mengawal kasusnya dengan Altezza.Tentu saja Wildan harus melakukan itu karena Egi cukup besar membayarnya dan Egi juga bersikeras ingin membantu Venus.Jadi, dengan bujukan Diana—akhirnya Venus bersedia menerima bantuan Egi sehingga untuk kasusnya dengan Altezza, dia tidak mengeluarkan biaya sepeser pun.Malah tempo hari sewaktu bertemu Wildan di sebuah Caffe, pria itu yang mentraktir Venus makan malam.Dan setelah Wildan memberitahu pihak Altezza bahwa Venus bersedia bertemu, ditentukannya lah sebuah tanggal untuk melakukan pertemuan tersebut.Tanggal yang dipilih adalah akhir minggu di mana Venus dan Altezza libur bekerja.Dan selama satu minggu itu Venus dilanda gundah, selalu memikirkan kembali apakah keputusannya sudah benar dengan menerima tawaran Altezza untuk bertemu?Apakah dia perlu memberitahu abah tentang ini?Hingga hari jum’at, Venus belum mend
“Kamu enggak takut ikut sama aku? Kayanya Pengacara kamu aja enggak percaya sama kamu.” Altezza hanya menoleh sekilas karena dia harus fokus mengemudi.“Kenapa harus takut? Memangnya kamu mau nyakitin aku?” Venus mengembalikan pertanyaan tersebut membuat Altezza terkekeh.“Aku bisa aja nyakitin kamu … atau membunuh kamu mungkin ….” Kalimat Altezza menggantung.Dia sengaja menoleh sebentar untuk memperlihatkan seringai di bibirnya, menakut-nakuti Venus.“Aku tahu … karena kalau kamu mencintai aku, kamu enggak akan melakukan itu.” Venus melirih, mengalihkan tatap ke depan.Sorot matanya tampak terluka namun Altezza malah tergelak.“Aku becanda,” ralat pria itu menenangkan Venus.“Aku mau ikut kamu karena kamu janji akan lepasin aku … apapun aku lakukan agar aku bisa bebas dari kamu, Al ….” Altezza menoleh lagi, menatap Venus dari samping.Sesakit itu kah Venus sampai bersedia menaruhkan nyawa hanya untuk tidak mengenalnya lagi?Karena sesungguhnya ucapannya barusan tidak main-main, d
Venus pikir, ajakan Diana ke Bali bersama Egi di akhir minggu dalam rangka urusan bisnis tidak membawa Wildan ikut serta juga dalam perjalanan tersebut.Diana hanya mengatakan kalau dia akan sendirian saat Egi meeting dengan klien nanti dan membutuhkan teman.Sahabat baiknya itu berjanji tidak akan membuat Venus sendirian dan memang Diana menepati janji karena bila dia bersama Egi akan ada Wildan yang menemani Venus.Venus merasa bodoh, dia merasa ditipu Diana dan Egi yang mungkin ingin menjodohkannya dengan Wildan.Tapi masa mereka tega membiarkan Venus yang perumpamaan seekor kelinci polos di umpankan kepada buaya seperti Wildan.Venus tidak bersuara semenjak memasuki mobil Egi yang menjemputnya di apartemen dan sekarang sedang dikemudikan Wildan.Egi dan Diana pindah ke kabin bagian belakang karena Wildan langsung mengambil alih kemudi mengingat dia adalah pegawai Egi meski mereka seumur.“Dan … nanti masukin beberapa klausul yang gue minta kemarin ya,” kata Egi dari kursi belakang
“Gimana ceritanya sampe mas Egi bilang mau datang ke rumah lo sama orang tuanya?” Venus jadi penasaran karena sebelumnya Diana mengeluh tentang Egi yang juga belum datang untuk memintanya menjadi istri pria itu kepada orang tua Diana. Diana tersenyum lebar sembari mengaduk es jeruknya menggunakan sedotan. Pipi Diana tampak memerah. Dia tersipu. “Pasti lo pikir gue yang maksa ya?” tuduhnya masih dengan sisa senyum di bibir. “Kayanya sih gitu.” Venus terus terang dengan mata memicing menatap Diana. Diana tergelak kencang. “Gue juga enggak ngerti kenapa dia tiba-tiba bilang kalau akhir minggu ini mau datang ke rumah gue sama kedua orang tuanya … dia ngomongnya pas gue lagi di jalan mau ngantor, gue angkat telepon dia lagi nyetir dan tiba-tiba aja dia ngomong gitu padahal weekend kemarinnya kita abis dari Bali dan dia enggak ngomong apapun lho … kenapa tiba-tiba Seninnya dia ngomong mau lamar gue? Padahal kalau di Bali ‘kan lebih romantis ya? Tapi dia memang enggak romantis juga sih
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be