“Mas ….” Venus menarik tangan Archio yang hendak membalikan badan untuk masuk ke dalam kamar mandi.Archio menatap malas Venus membuat hati Venus berdenyut ngilu karena biasanya tatapan penuh cinta dan memuja yang selalu diberikan Archio kepadanya.Venus tahu kalau Archio sedang kecewa.“Jangan marah,” rengek Venus sembari memeluk Archio.“Kenapa kamu nyuruh dia masuk ke apartemen kita? Nanti kalau dia malah maksa mau nginep gimana? Dia itu licik, sayang.” Archio mendorong pelan pundak Venus untuk memberi jarak agar dia bisa menatap mata istrinya.Kedua tangan Archio meremat pelan pundak Venus.“Aku tahu dia licik, kita tahu dia licik … kita ikutin aja permainannya … lagian aku enggak enak nanti sama ibu kalau kita enggak menerima Wulan dengan baik, benar kata Wulan … dia anak angkat ibu, yang penting kita enggak terjebak dengan permainan mbak Wulan.” Venus memelankan suaranya agar tidak terdengar hingga ke luar.“Aku mungkin bisa enggak kejebak sama permainannya karena aku tahu siapa
Setelah sarapan pagi, tanpa mau menyapa Wulan—Archio kembali ke kamar.Sedangkan Venus mencuci piring kotor.“Sekalian,” kata Wulan menyimpan piring kotor bekas makannya ke dalam bowlsink.Venus melirik kesal tapi dia cuci juga piring bekas Wulan.“Aku kayanya pulang besok, aku masih belum dapet tiket.” Wulan memberitahu.Venus menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencuci piring, kesabarannya benar-benar diuji oleh mantan istri suaminya itu.“Terus … malam ini Mbak nginep di mana?” Venus bertanya dingin.Dia lantas menghadapkan tubuhnya ke samping menatap Wulan lekat.“Ya di sini lah, kamu mau ngusir aku?” Wulan malah nyolot.“Mbak, apa kata orang nanti kalau tahu Mbak nginep di rumah mantan suami Mbak padahal mantan suami Mbak udah menikah lagi.”“Aku enggak pernah tuh peduliin apa kata orang.” Dengan santainya Wulan menimpali.“Mas Archi, enggak akan ijinin Mbak nginep di sini ….” Venus memperingati.“Kamu donk yang bilang sama Chio, buktinya Chio nurut sama kamu.” Wulan per
“Mas belum cerita sama aku ….” Venus menggantung kalimatnya, dia merangkak naik ke atas ranjang.Wajahnya sudah dipakai skincare jadi Archio tidak boleh menciumnya.“Cerita apa sayang?” kata Archio yang tengah memangku MacBook dan bersandar pada headboard.“Ceritain mbak Wulan.” Venus berbaring miring menghadap Archio.“Enggak ada yang perlu di ceritain, aku anterin dia ke Bandara terus aku pergi ke kantor.” Archio berdusta demi membuat Venus tenang.Venus menatap lekat Archio yang kemudian tersenyum.Pria itu merunduk untuk mengecup puncak kepala sang istri tercinta.Dia tidak akan terpengaruh, Venus tidak mungkin tahu kalau tadi pagi menurunkan Wulan di tengah jalan.“Mas enggak ngomong apa-apa sama dia selama perjalanan?” “Memangnya kalau aku ngomong sama dia, dia mau denger omongan aku? Karena yang aku omongin pasti nyuruh dia menjauh dari kita.” Archio mengembuskan napas panjang, dia tutup lalu simpan MacBooknya ke atas nakas.Memerosotkan tubuhnya hingga berbaring sempurna, m
Venus bergegas membersihkan sisa-sisa percintaan yang melekat pada tubuhnya di kamar mandi.Lalu memakai pakaian tidur yang nyaman.“Kamu belum makan malam, Yang …,” tegur Archio saat melihat Venus merangkak naik ke atas ranjang.Pria itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya juga.“Aku enggak lapar, tadi makan siangnya jam empat.” Venus menyahut sembari menarik selimut. Tidak lama kemudian Archio keluar dari dalam kamar mandi, memakai pakaian yang nyaman untuk tidur lantas melangkah mendekati ranjang.Dia naik, masuk ke dalam selimut lantas memeluk Venus erat tidak lupa melabuhkan banyak kecupan.Beberapa menit Venus tidak bergerak juga tidak membalas kecupan maupun pelukannya meyakinkan Archio kalau sang istri telah terlelap.“Semangat banget sih tadi jadi sekarang kecapean.” Archio bergumam bersama senyum bahagia di bibir.Dia kecup lagi kening Venus dalam, melepaskan pelukan lalu duduk sebentar di tepi ranjang mengawasi Venus, siapa tahu istrinya belum benar-ben
“Mbak Wulan ya?” Seorang pria berdiri dari kursi sambil bertanya demikian saat langkah Wulan tiba di depannya.“Iya,” jawab Wulan ketus lalu duduk di depan pria itu mengabaikan uluran tangannya.Air muka pria itu berubah masam, keningnya berkerut menatap Wulan yang duduk dengan melipat tangan di depan dada.Mereka berdua saling menatap namun tatapan Wulan begitu tidak bersahabat.“Saya enggak berniat untuk menjalin hubungan dengan pria manapun tapi saya enggak enak hati sama ibu angkat saya kalau menolak jadi tolong Anda yang memberikan keputusan untuk menolak saya!” Usai berkata demikian Wulan mengangkat tangan karena pelayan datang membawa buku menu.Tangan Wulan bergerak mengusir dan wanita pelayan pergi dengan kening mengkerut heran bercampur kesal.Pria bernama Prabu yang merupakan teman kencan buta Wulan itu pun mendengkus geli sembari mengalihkan pandangannya ke samping menertawakan tingkah Wulan.“Mending kalau secantik bidadari, pantas saja jadi janda.” Prabu membatin.Dia s
Wulan harus merasakan perih di hatinya lagi setelah Archio membongkar pengkhianatannya di depan teman-teman ibu hanya untuk membela Venus.Tidak bisa dia bayangkan sehancur apa hatinya sekarang yang sering mendapatkan perlakuan menyakitkan dari Archio.Sudah tahu kalau Archio benar-benar membencinya tapi Wulan masih saja berusaha agar pria itu kembali padanya meski selama ini semua usaha Wulan malah semakin membuat Archio murka padanya.Bila memang Archio sudah tidak bisa lagi dia miliki maka perempuan lain pun tidak boleh memiliki Archio.Itu terus yang ada di dalam pikiran Wulan sampai dia melewatkan banyak hal penting yang semestinya mendapat perhatian khusus darinya yaitu kesehatan.Wulan sudah tidak lagi kontrol tentang penyakitnya ke dokter, setelah dinyatakan cancer di perutnya sudah tidak ada—pola makan Wulan juga kembali tidak beraturan dan stress juga sakit hati yang terjadi terus-menerus bisa saja memicu munculnya kembali penyakit keras itu apalagi Wulan memiliki gen dari o
Archio terperanjat mendengar pemberitahuan dari istrinya.Dia membuka mata lebar-lebar dan memfokuskan indra pendengarannya.“Mas … aku hamil.” Suara Venus terdengar jelas.Istri cantiknya itu duduk di sisi ranjang mengasongkan test pack, senyumnya merekah secerah mentari pagi.Archio mengambil alih testpack dari tangan Venus, dia melihat ada dua garis dua di sana.Dulu dia tidak merasakan euphoria ini karena saat mengetahui Wulan mengandung bersamaan dengan berita keguguran yang dia dapatkan saat itu. Mata Archio mengerjap dengan cepat kemudian berair.Ledakan rasa haru bergejolak di dadanya menekan kuat.Pria itu lantas mendongak, menatap wajah sang istri yang senyumnya belum pudar.Bibir Archio bergetar, tangannya dengan cepat terulur merengkuh tubuh Venus kemudian mendekap erat.Archio menggigit bibirnya cukup kencang menahan erangan karena matanya telah menjatuhkan buliran kristal.Bahagia ini tidak terbendung karena bercampur haru yang tumpah ruah.“Mas … kita kasih tahu ibu ya
Hari Senin sepulang kerja, pengantin baru yang tengah berbahagia itu meluangkan waktu untuk memeriksa kandungan Venus dan mencari keyakinan apakah benar ada calon anak mereka sedang berjuang hidup di dalam rahim Venus.Venus masih menggunakan seragam kerjanya berupa stelan blazer dan rok span dengan flatshoes.Dia sudah tidak menggunakan heels lagi semenjak mengetahui tengah berbadan dua.Sedangkan Archio dengan stelan kerja berupa kemeja yang dimasukan ke dalam celana kain.Kedua lengan kemejanya dilinting hingga sikut.Pria itu juga menggunakan sepatu fantovel sehingga tampilannya tampak formal, menunjukkan dia bukan pegawai biasa melainkan pemilik sebuah perusahaan konsultan Arsitek yang kini namanya mulai menanjak. Venus dan Archio duduk di kursi tunggu di depan klinik Obgyn menunggu panggilan, keduanya merasakan gugup melanda.Archio meraih tangan Venus untuk kemudian dia genggam erat.Tadi Venus sudah mendapat wawancara dengan banyak pertanyaan dari seorang perawat yang menguku
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be