Archio terperanjat mendengar pemberitahuan dari istrinya.Dia membuka mata lebar-lebar dan memfokuskan indra pendengarannya.“Mas … aku hamil.” Suara Venus terdengar jelas.Istri cantiknya itu duduk di sisi ranjang mengasongkan test pack, senyumnya merekah secerah mentari pagi.Archio mengambil alih testpack dari tangan Venus, dia melihat ada dua garis dua di sana.Dulu dia tidak merasakan euphoria ini karena saat mengetahui Wulan mengandung bersamaan dengan berita keguguran yang dia dapatkan saat itu. Mata Archio mengerjap dengan cepat kemudian berair.Ledakan rasa haru bergejolak di dadanya menekan kuat.Pria itu lantas mendongak, menatap wajah sang istri yang senyumnya belum pudar.Bibir Archio bergetar, tangannya dengan cepat terulur merengkuh tubuh Venus kemudian mendekap erat.Archio menggigit bibirnya cukup kencang menahan erangan karena matanya telah menjatuhkan buliran kristal.Bahagia ini tidak terbendung karena bercampur haru yang tumpah ruah.“Mas … kita kasih tahu ibu ya
Hari Senin sepulang kerja, pengantin baru yang tengah berbahagia itu meluangkan waktu untuk memeriksa kandungan Venus dan mencari keyakinan apakah benar ada calon anak mereka sedang berjuang hidup di dalam rahim Venus.Venus masih menggunakan seragam kerjanya berupa stelan blazer dan rok span dengan flatshoes.Dia sudah tidak menggunakan heels lagi semenjak mengetahui tengah berbadan dua.Sedangkan Archio dengan stelan kerja berupa kemeja yang dimasukan ke dalam celana kain.Kedua lengan kemejanya dilinting hingga sikut.Pria itu juga menggunakan sepatu fantovel sehingga tampilannya tampak formal, menunjukkan dia bukan pegawai biasa melainkan pemilik sebuah perusahaan konsultan Arsitek yang kini namanya mulai menanjak. Venus dan Archio duduk di kursi tunggu di depan klinik Obgyn menunggu panggilan, keduanya merasakan gugup melanda.Archio meraih tangan Venus untuk kemudian dia genggam erat.Tadi Venus sudah mendapat wawancara dengan banyak pertanyaan dari seorang perawat yang menguku
“Jadi kapan rumah kalian selesai di renovasi?” Abah bertanya dengan suara rendah tapi beliau mendapat kedipan mata dan tatapan tajam dari Venus.“Sekitar tiga bulanan lagi kayanya, Bah ….” Archio yang duduk di samping Venus menjawab tenang.Suami tampannya Venus itu tidak bisa melihat kode-kode sang istri yang sedang melindunginya“Masih lama ya, kalian enggak akan nyaman tinggal di apartemen seperti ini … apalagi Venus sedang mengandung.” Abah berkomentar dan sekarang tatapan tajam Venus berubah melotot.Abah dan ambu langsung datang ke Jakarta usai menyelesaikan liburannya di Bali bersama keluarga besar.Calon kakek dan nenek itu tidak sabar ingin mengusap perut Venus di mana ada calon cucu mereka sedang tumbuh di sana.Belum sempat Archio menanggapi komentar sang ayah mertua—ponselnya yang tergeletak di atas meja berbunyi.Semua mata langsung tertuju pada alat komunikasi canggih itu.“Saya ijin jawab telepon ya, Bah … ini dari asisten saya di kantor.” “Oh ya, Silahkan.” Archio b
“Mas …,” panggil Venus dengan sebuah bisikan.Mereka berdua sedang berada di atas ranjang saling memeluk bermaksud untuk tidur tapi Venus belum mengantuk dan terpaksa dia harus tidur agar Archio bisa melanjutkan pekerjaan kantornya.“Ya Sayang?” sahut Archio dengan mata terpejam.Tangannya kini mengusap-ngusap perut Venus.“Aku belum ngantuk, Mas kalau mau kerja mah kerja aja … aku mau nonton film sambil makan ice cream.” Kekehan singkat lolos dari bibir Archio dengan suara beratnya yang serak.“Tahu dari mana kamu kalau aku masih ada kerjaan?” “Mas sering bangun lagi setelah ngelonin aku, hampir tiap malam … aku enggak apa-apa loh Mas tidur sendiri, aku ngerti kalau Mas harus kerja keras membangun perusahaan di Jakarta.” Venus mendongak dengan mata berbinar penuh keyakinan.“Aku bukan mbak Wulan,” sambung Venus lagi meyakinkan Archio.Archio menatap lama mata bulat Venus.“Jadi selama ini dia tahu dan pura-pura tidur hanya untuk memberiku waktu bekerja, pantas saja setiap pulang k
Venus dan Archio tiba di rumah ibu saat hari masih siang.Mobil MPV Premium ibu sudah terparkir di halaman rumah pertanda ibu telah siap menyambut mereka karena biasanya siang hari seperti ini ibu akan berada di restoran.Kali ini mereka pulang ke Suarabaya bukan saat weekend seperti ketika Venus masih bekerja.Sekarang mereka pulang bertepatan empat bulan usia kandungan Venus di tengah weekday.Archio sebagai pemilik dua perusahaan di Surabaya dan Jakarta tidak perlu ijin siapapun untuk tidak masuk kantor.Terlebih kepulangannya ke Surabaya ini selain untuk melakukan syukuran, juga sekalian mengontrol perusahaannya. “Setelah makan siang, aku tinggal kamu sebentar ke kantor ya?” Archio meminta ijin.“Oke!” sahut Venus cepat.“Aku mau ngobrol sama ibu.” Venus melanjutkan kalimatnya saat kaki mereka sudah tiba di teras.Di belakang Venus dan Archio menyusul seorang driver yang menjemput dari Bandara tadi.Kedua tangannya membawa koper.Belum sempat Archio mengetuk pintu, benda tersebut
Tubuh Archio bergetar memeluk istrinya ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.Archio merasakan darah mengalir dari bagian bawah tubuh Venus mengenai celananya karena dia memangku Venus di kabin belakang mobil.“Sayang … bertahan ya sayang.” Archio berbisik sebelum memberikan banyak kecupan di wajah sang istri yang matanya terpejam.Tapi dia masih bisa merasakan napas keluar dari hidung Venus meski samar.Archio menempelkan keningnya dengan kening Venus.“Tuhan … aku mohon, jangan pernah renggut orang-orang yang aku cintai dari hidupku secepat ini, aku baru saja merasakan bahagia yang sesungguhnya.” Archio melirih.Satu buliran kristal meluncur dari sudut mata kiri Archio dan jatuh tepat di mata Venus.“Emh ….” Venus mendesah lirih membuat Archio menegakan punggungnya.“Sayang … bangun sayang … bertahan ya, aku mohon bertahan … jangan tinggalkan aku … aku mohon sayang.” Suara Archio tercekat menahan desakan emosi sedih yang teramat besar bergemuruh di dadanya.Sang d
Venus membuka matanya perlahan, rasa nyeri menjalar dari perut hingga ke bagian intinya.“Sssshhh ….” Dia pun meringis.Archio yang tertidur di kursi dengan merebahkan kepala di sisi ranjang Venus akhirnya terjaga.“Sayang ….” Dia mengesah, menegakan punggungnya.Tatapan Archio tampak cemas, dia menunggu apa yang akan dikeluhkan istrinya.“Mas … haus.” Archio langsung bangkit dari kursi untuk mengambil air, dia juga menarik meja beroda yang di atasnya ada makan malam Venus.Venus menghabiskan satu gelas air dengan susah payah padahal sudah menggunakan sedotan.Entah kenapa gerak tubuhnya jadi tidak bisa dia kendalikan, mungkin karena efek obat bius.“Pelan-pelan sayang.” Archio melap air yang meleber dari sudut bibir Venus menggunakan tissue.Hembusan nafas panjang dikeluarkan Venus saat menyandarkan kembali kepalanya pada bantal.Rasa tidak nyaman pada tubuhnya sungguh menyiksa.“Makan dulu ya, kamu harus minum obat.” Venus mengangguk lemah.Kantuk Archio seketika menghilang, dia m
“Saya minta maaf, Bah … saya lalai jagain Venus.” Akhirnya Archio bersuara juga setelah hampir setengah jam dia dan abah duduk di coffeshop yang terletak di loby rumah sakit.Abah sengaja minta Archio menemaninya minum kopi untuk menguar ketegangan dan kecanggungan setelah kedatangan Wulan tadi siang.“Sudah lah, jangan menyalahkan diri sendiri … tadi Abah denger langsung dari Venus kalau ini murni kelalaiannya ….” Archio menghela napas panjang, dia masih saja tertunduk lesu.“Rasanya seperti mimpi, saya pikir saya akan kehilangan mereka.” Abah tertawa pelan, matanya menyorot haru saat menatap Archio karena untuk kesekian kalinya kembali melihat bukti cinta Archio kepada sang putri.“Venus dan janinnya selamat … tinggal masa pemulihan, jadikan semua ini pelajaran.” Archio menganggukan kepalanya. “Setelah Venus pulih, saya akan langsung membawa Venus ke Jakarta.” Abah mengangguk-anggukan kepalanya.“Dan jangan lupa, kamu harus minta maaf sama mantan istri kamu itu … bukan dia yang
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be