“Gimana ceritanya sampe mas Egi bilang mau datang ke rumah lo sama orang tuanya?” Venus jadi penasaran karena sebelumnya Diana mengeluh tentang Egi yang juga belum datang untuk memintanya menjadi istri pria itu kepada orang tua Diana. Diana tersenyum lebar sembari mengaduk es jeruknya menggunakan sedotan. Pipi Diana tampak memerah. Dia tersipu. “Pasti lo pikir gue yang maksa ya?” tuduhnya masih dengan sisa senyum di bibir. “Kayanya sih gitu.” Venus terus terang dengan mata memicing menatap Diana. Diana tergelak kencang. “Gue juga enggak ngerti kenapa dia tiba-tiba bilang kalau akhir minggu ini mau datang ke rumah gue sama kedua orang tuanya … dia ngomongnya pas gue lagi di jalan mau ngantor, gue angkat telepon dia lagi nyetir dan tiba-tiba aja dia ngomong gitu padahal weekend kemarinnya kita abis dari Bali dan dia enggak ngomong apapun lho … kenapa tiba-tiba Seninnya dia ngomong mau lamar gue? Padahal kalau di Bali ‘kan lebih romantis ya? Tapi dia memang enggak romantis juga sih
“Ve … jadi rencananya gue sama Egi itu mau buat persembahan untuk tamu undangan … nanti gue sama Egi mau ngedance bareng bridesmaid sama groomsmen … dan elo udah pasti jadi bridesmaid gue yang akan dipasangin sama temen atau sepupunya Egi yang jadi groomsmen… konsep ngedance-nya itu couple-an.” Diana menginformasikan dengan penuh semangat.“Okeee,” sahut Venus karena akan dia lakukan apapun itu untuk Diana.“Naaaah, sekarang kita cari gaun dulu karena nanti lo nge-dance-nya pake ballgown gitu.” Diana melanjutkan ceritanya.“Gileeeee, memang bisa?” Venus sanksi.“Harus bisa lah, bukan cuma pake ballgown tapi pake heels juga … keren enggak tuh.” Diana memang selalu memiliki ide di luar nalar dan dia yakin persembahan dance untuk para tamu undangan ini adalah idenya.“Keren sih … tapi nyiksa.” Venus berpendapat.Diana tergelak mendengarnya.“Pokoknya lo harus nyiapin fisik dan mental, kita akan latihan mulai weekend depan selama dua bulan berturut-turut setiap hari sabtu!” Diana berseru
Archio memberikan senyum, tanpa berkata apapun hingga langkah mereka berhenti dan duduk bersila di barisan paling belakang para bridesmaid maid dan groomsmen yang menghadap Coach dan asisten.Pria itu duduk di samping Venus yang kepalanya masih menoleh ke samping menatapnya.Venus sedang memindai wajah pria di sampingnya, memastikan kembali apakah pria tersebut adalah benar Archio Mars Byantara. Namun Archio tidak mengatakan apapun, pria itu malah mengalihkan pandangannya ke depan mendengarkan Coach memperkenalkan diri dan memberikan instruksi meski sekali-sekali menoleh ke samping melirik Venus lalu memberikan senyum teramat manis karena Venus masih saja memaku tatap padanya.“Itu yang di belakang tolong perkenalkan diri duluan … kayanya enggak denger saya bicara ya?” Sontak semua orang yang duduk di depan Venus menoleh ke belakang sementara Venus belum bergerak, masih di posisi yang sama duduk menekuk kakinya dengan kedua tangan melingkari lutut dan kepala menoleh ke samping menat
“Perasaan gue aja … atau kalian memang udah deket sebelumnya?” Diana bertanya penuh tuduhan, matanya memicing menatap Venus dan Archio yang baru saja bergabung dengan mereka di Caffe ini.“Makanya jangan pake perasaan.” Venus menimpali dengan gumaman.Dan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya di lontarkan Diana itu masih juga mendapat jawaban memuaskan dari Venus.Tapi Diana bukan pemaksa, dia hanya merotasi matanya malas membalas respon Venus.Tiga meja besar digabungkan menjadi satu agar muat menampung dua belas orang dan dari tiga kursi kosong—dua bersebelahan dan satu lagi berada di pojok di samping Fariq—Venus memilih duduk di samping Fariq.Tentu saja Archio melongo bingung, dia berdiri di belakang kursi yang hendak ia tarik untuk Venus.Padahal Archio berharap dirinya dan Venus akan duduk di kursi kosong yang bersebelahan.Netranya menatap Venus penuh penjelasan yang dibalas delikan manja oleh Venus.Archio akhirnya duduk dengan raut wajah kecewa, selang satu kursi kosong—ad
Venus menyimpan ponselnya di atas bantal dalam keadaan terbuka.Dia teringat janji Archio tadi siang yang akan meneleponnya tapi hingga jam sudah menyentuh pukul sembilan malam, ponselnya belum berdering juga.Tapi Venus tidak benar-benar menunggu, baguslah kalau Archio tidak menghubunginya.Mungkin Archio sedang dalam panggilan telepon dengan Wulan, bisa jadi mereka LDR.Atau mungkin sedang makan malam dengan Wulan lalu menunggu Wulan tertidur baru Archio akan meneleponnya.Eh.Tidak, tidak!Venus menggelengkan kepala, dia tidak boleh menunggu Archio.Archio milik Wulan. Venus yakin sekali kalau Archio dan Wulan sudah bahagia karena terakhir kali dirinya dan Archio melakukan komunikasi adalah Archio akan menunda pengajuan cerainya dan memilih untuk merawat Wulan.Jadi sudah dipastikan kalau Wulan akan tobat dan memperbaiki dirinya sehingga Archio kembali jatuh cinta pada wanita itu.Archio pasti masih mencintai istrinya karena tidak mungkin pria itu bersedia merawat Wulan yang tenga
“Ikut aku!” Archio menarik tangan Venus melanjutkan langkah hingga keluar dari gedung studio tari.“Mas … mobil aku,” kata Venus menahan tangan Archio yang hendak membuka pintu penumpang di kabin depan untuk memasukannya ke dalam mobil pria itu.“Orang kerja aku yang ambil mobil kamu nanti.” Archio mendorong tubuh Venus pelan hingga akhirnya masuk ke dalam mobil.Perasaan Venus jadi tidak menentu.Memangnya Archio akan membawanya ke mana?Venus tidak bertanya, dia duduk manis dan tenang di samping Archio.Sesekali Archio melirikan matanya ke samping lalu bertemu tatap dengan Venus.“Apartemen aku deket dari sini.” Archio berujar memberi clue.Venus hanya mengangguk samar, anggukan tersebut layaknya lampu hijau untuk Archio membawanya ke apartemen dan melakukan apapun yang ingin dia lakukan kepada wanita itu.Jantung Venus berdebar kencang sekali, kedua tangannya saling meremat di atas paha.Rasanya seperti akan diperawani oleh pria yang dia cintai jadi Venus perasaan gugup sekali.Lal
Layaknya Honeymoon, semalaman Archio menggempur Venus habis-habisan hingga sekarang tubuhnya memucat dan lemas tak bertenaga.Archio tidak menahan-nahan, menuntaskan rindu kepada Venus yang setahun terakhir membelenggunya.Selama setahun kebelakang, Archio hanya bisa melihat Venus dari kejauhan.Dengan sering memandangi fotonya yang ada pada profil WhatsApp hingga foto itu menghilang karena Venus memblokirnya.Bukan hanya tubuh Venus saja yang Archio rindukan tapi semua yang ada dalam diri Venus.Entah tepatnya kapan perasaan itu muncul, awalnya juga Archio berpikir mungkin dia hanya ingin balas dendam kepada Wulan tapi nyatanya selama setahun ini dia tidak bisa melupakan Venus.Selama satu tahun ini dia harus menahan perasaan ingin memeluk Venus ketika pernah beberapa kali Venus tertangkap pandangan matanya dan bisa dijangkau.Archio mengusap pipi Venus yang matanya masih terpejam.Enggan sekali Archio meninggalkan ranjang pagi ini, rasanya tidak pernah puas memeluk tubuh molek Venus
Tok … Tok …Venus yang sedang dilanda resah gelisah di dalam kamar langsung menoleh was-was ke arah pintu.Dia sudah mandi dan mengganti pakaian dari beberapa menit yang lalu dan sedang menunggu Archio.Tapi apakah yang di luar sana adalah Archio?Atau Wulan yang membawa pisau dapur dan ingin memberi pelajaran kepadanya?Jantung Venus berdebar kencang sekali.Dia tidak mungkin kabur dengan cara loncat dari lantai sepuluh apartemen Archio ini.Tok … Tok …Venus menahan napas berharap kalau itu memang Wulan dan wanita itu tidak mampu mendobrak pintu.“Yang … udah selesai ganti bajunya?” Venus mengembuskan napas lega bersama pejaman mata sekilas. Ternyata itu Archio dan panggilan sayang yang ditujukan untuknya membuat Venus merasa jadi pemenang di hati pria itu.Tadi malam, sewaktu mereka bercinta dengan sangat luar biasa—Archio hanya memanggil namanya tanpa embel-embel ‘sayang’.Tapi saat Wulan datang, nama Venus berubah jadi ‘sayang’ di bibir Archio seolah ingin menunjukkan kepada
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be