“Ikut aku!” Archio menarik tangan Venus melanjutkan langkah hingga keluar dari gedung studio tari.“Mas … mobil aku,” kata Venus menahan tangan Archio yang hendak membuka pintu penumpang di kabin depan untuk memasukannya ke dalam mobil pria itu.“Orang kerja aku yang ambil mobil kamu nanti.” Archio mendorong tubuh Venus pelan hingga akhirnya masuk ke dalam mobil.Perasaan Venus jadi tidak menentu.Memangnya Archio akan membawanya ke mana?Venus tidak bertanya, dia duduk manis dan tenang di samping Archio.Sesekali Archio melirikan matanya ke samping lalu bertemu tatap dengan Venus.“Apartemen aku deket dari sini.” Archio berujar memberi clue.Venus hanya mengangguk samar, anggukan tersebut layaknya lampu hijau untuk Archio membawanya ke apartemen dan melakukan apapun yang ingin dia lakukan kepada wanita itu.Jantung Venus berdebar kencang sekali, kedua tangannya saling meremat di atas paha.Rasanya seperti akan diperawani oleh pria yang dia cintai jadi Venus perasaan gugup sekali.Lal
Layaknya Honeymoon, semalaman Archio menggempur Venus habis-habisan hingga sekarang tubuhnya memucat dan lemas tak bertenaga.Archio tidak menahan-nahan, menuntaskan rindu kepada Venus yang setahun terakhir membelenggunya.Selama setahun kebelakang, Archio hanya bisa melihat Venus dari kejauhan.Dengan sering memandangi fotonya yang ada pada profil WhatsApp hingga foto itu menghilang karena Venus memblokirnya.Bukan hanya tubuh Venus saja yang Archio rindukan tapi semua yang ada dalam diri Venus.Entah tepatnya kapan perasaan itu muncul, awalnya juga Archio berpikir mungkin dia hanya ingin balas dendam kepada Wulan tapi nyatanya selama setahun ini dia tidak bisa melupakan Venus.Selama satu tahun ini dia harus menahan perasaan ingin memeluk Venus ketika pernah beberapa kali Venus tertangkap pandangan matanya dan bisa dijangkau.Archio mengusap pipi Venus yang matanya masih terpejam.Enggan sekali Archio meninggalkan ranjang pagi ini, rasanya tidak pernah puas memeluk tubuh molek Venus
Tok … Tok …Venus yang sedang dilanda resah gelisah di dalam kamar langsung menoleh was-was ke arah pintu.Dia sudah mandi dan mengganti pakaian dari beberapa menit yang lalu dan sedang menunggu Archio.Tapi apakah yang di luar sana adalah Archio?Atau Wulan yang membawa pisau dapur dan ingin memberi pelajaran kepadanya?Jantung Venus berdebar kencang sekali.Dia tidak mungkin kabur dengan cara loncat dari lantai sepuluh apartemen Archio ini.Tok … Tok …Venus menahan napas berharap kalau itu memang Wulan dan wanita itu tidak mampu mendobrak pintu.“Yang … udah selesai ganti bajunya?” Venus mengembuskan napas lega bersama pejaman mata sekilas. Ternyata itu Archio dan panggilan sayang yang ditujukan untuknya membuat Venus merasa jadi pemenang di hati pria itu.Tadi malam, sewaktu mereka bercinta dengan sangat luar biasa—Archio hanya memanggil namanya tanpa embel-embel ‘sayang’.Tapi saat Wulan datang, nama Venus berubah jadi ‘sayang’ di bibir Archio seolah ingin menunjukkan kepada
“Boleh aku masuk?” Archio bertanya setelah mereka sampai di depan loby apartemen Venus.Sepanjang perjalanan keduanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Venus tidak sadar kalau mobil yang dikemudikan Archio sudah tiba di depan gedung apartemennya.Venus celingukan. “Loh … Mas tau apartemen aku?” Seingat Venus, dia tidak pernah mengajak Archio ke apartemennya.Archio hanya tersenyum, setahun berlalu membuat Venus lupa hal-hal kecil.Pria itu menginjak pedal gas menuju basement sebelum mendengar persetujuan Venus.“Mas pulang aja, nanti mbak Wulan nyariin.” Venus bergumam.Mengusir Archio secara halus tapi suara Venus yang bergetar memberitahu sebaliknya.Archio tidak menyahut sampai dia mendapat tempat parkir dan menekan rem tangan.Hembusan napas panjang dia keluarkan.“Justru aku ngehindarin dia.” Archio berujar lemah.Venus menggigit bibir di bagian bawah, dia bimbang karena keinginan dan kekhawatirannya berbanding lurus.Archio menyerongkan posisi duduk demi bisa men
Dari jauh, Wulan bisa melihat Altezza mendekat. Sengaja dia mengajak Altezza bertemu di sela istirahat jam makan siang pria itu untuk bisa membicarakan tentang Archio dan Venus. Wulan tidak tahu bagaimana sekarang hubungan Altezza dengan Venus tapi sebelum hubungannya dengan Altezza berakhir, pria itu mengatakan akan menikahi Venus. Namun melihat tekad Archio yang ingin sekali menikahi Venus membuat Wulan berpikir kalau Altezza dan Venus tidak jadi menikah. Wulan melihat ekspresi malas di wajah Altezza saat bertemu dengannya. “Mau ngomong apa?” tanya Altezza setelah dia duduk di depan Wulan. Tidak biasanya Altezza seperti itu, Wulan jadi kesal. Wulan malas bicara, dia berikan ponselnya yang menunjukkan sebuah video kepada Altezza. “Apa ini?” Altezza bertanya. “Buka aja.” Wulan mengendik pada ponselnya yang sudah berpindah ke tangan Altezza lantas melipat tangan di dada dan bersandar nyaman pada kursi. Altezza menekan tombol play, jempolny menekan sisi ponsel guna mengencang s
AC di unit apartemen Egi seakan tidak berfungsi dengan baik karena saat ini tubuh Venus dan Archio terasa lembab diselimuti bulir keringat.Venus yang duduk di atas pangkuan Archio terus menggerakan bokongnya memuaskan milik pria itu yang telah tertanam sempurna di bawah sana.Kedua tangan dengan gurat otot tercetak nyata itu meremat lekukan di pinggang Venus sementara Venus berpegangan pada pundak Archio.Kedua mata mereka saling memaku mengabarkan banyak cinta juga kegundahan.Tidak tahu siapa yang memulai namun yang pasti mereka berdua sama-sama menginginkan.Begitu masuk ke dalam unit apartemen ini tadi, hanya butuh waktu sepersekian detik saja hingga mereka berhasil menanggalkan pakaian namun jarak ke kamar terlalu jauh jadi sofa di living room yang menjadi tempat untuk menuntaskan rindu dari hasrat yang menggebu.“Maaasssh ….” Venus mulai lelah, sementara kenikmatan sudah menunggunya di ujung sana.Archio menahan bokong besar Venus menggunakan kedua tangan, giliran dia yang berg
“Archi!” Natalia memanggil Archio yang baru saja melewati pintu utama restoran.“Apakabar Mbak?” Archio bertanya dengan senyum ramah namun keningnya seketika mengkerut bingung saat Natalia menyeretnya ke bagian belakang restoran di mana mes para pegawai berada.Ada sebuah gazebo luas dengan kursi kayu mengelilingi gazebo yang dilapisi bantal empuk.Ada televisi layar datar besar juga di sana untuk hiburan para pegawai selepas restoran tutup.Lalu taman yang asri dan menyejukan dengan kolam ikan.Dan yang pasti, ibu tidak akan datang ke sini di siang hari.“Ada apa, Mbak?” Archio bertanya setelah mereka duduk di gazebo.“Kamu pulang disuruh ibu?” Natalia bertanya dengan raut serius.“Iya, tapi kebetulan ada yang mau aku kerjakan juga di sini.” Archio menjawab.“Apa? Perceraian kamu?” tebak Natalia.Archio menggelengkan kepala. “Bukan … kerjaan kantor, kalau urusan perceraian diurus Pengacara.” Archio meluruskan.“Kenapa sih Mbak?” Raut wajah Archio selain penuh tanya juga tampak keher
Ibu tidak bodoh, beliau mengamati dan merasakan sendiri perlakuan Wulan tapi beliau sangat bijak dan memang memiliki hati yang bersih juga mulia.Jadi ketika Wulan datang lagi, menangis di pangkuannya karena keputusan Pengadilan atas perceraiannya dengan Archio sudah dia terima—kedua tangan ibu terentang memeluknya.Mengusap kepala hingga punggung Wulan lembut.“Ibuuuuu ….” Wulan menangis tersedu begitu pilu hingga menggetarkan hati ibu.Kali ini tangis Wulan datangnya benar dari hati, dia telah kehilangan pria baik yang begitu mencintai dan menyayanginya.Wulan sudah salah melangkah, ribuan kali menyesali pun tidak ada gunanya.Dia telah melukai hati Archio begitu dalam dan Venus yang berhasil mengobatinya.Tapi Wulan tidak akan menyerah, dia akan terus berjuang merebut hati Archio kembali.“Sudah lah, Wulan … meski kamu bercerai dengan Archi tapi kamu tetap anak Ibu ….” Suara ibu begitu lembut menenangkan.Wulan menganggukan kepalanya, wajahnya dia jauhkan dari pangkuan ibu.Menegak
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be