Beranda / Romansa / Diperas Mafia Tengil / Bab 3. Di Apartemen Sang CEO

Share

Bab 3. Di Apartemen Sang CEO

Penulis: WN. Nirwan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 14:54:44

Peristiwa penculikan Radin sore itu membuat Rania nyaris tak bisa tidur. Ia merasa takut, karena ternyata kehidupan Radin tampaknya dikelilingi bahaya yang tak terduga.

Tak terbayangkan apa jadinya jika Rania mengikuti pria itu ke mana-mana. Bisa jadi, dia juga terdampak bahaya yang mengintai Radin. Haruskan ia mengundurkan diri agar tidak perlu berurusan dengan bahaya yang mengincar atasannya?

Lagipula, penunjukan diri Rania sebagai asisten pribadi yang baru terkesan dipaksakan. Rania merasa dirinya untuk pantas curiga. Ada apa gerangan?

Reza juga belum memberi kabar, apakah Rania jadi masuk kerja mulai besok atau tidak. Rania memang sudah menerima fasilitas berupa berbagai gawai penunjang pekerjaannya. Namun jika nasib Radin saja belum diketahui, siapa yang akan Rania layani besok? Apakah ia harus menunggu saja di kantor hingga menerima kabar mengenai keberadaan Radin?

Rania bangun dari tidurnya dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Rona, putrinya yang berusia tujuh tahun. Gadis kecil itu sempat menggeliat, namun tetap tertidur. Rania menunggu hingga Rona menjadi tenang kembali, lalu turun dari tempat tidur.

Rania keluar dari kamar kontrakannya untuk mengambil air minum di dapur. Setelah dahaganya lenyap, ia beranjak ke ruang tamu untuk memeriksa ponsel yang diberikan oleh Reza sebelumnya. Ternyata, Reza sudah mengirimkan jadwal Radin untuk esok harinya. Ada juga jadwal mingguan dan bulanan dan beberapa catatan dan salinan dokumen yang diperlukan.

Rania tercengang. Apakah Radin sudah ditemukan? Jika memang sudah ditemukan, apakah wajar jika langsung masuk kantor setelah menjadi korban kejahatan?

Rania bergidik. Atasannya itu mungkin saja seorang maniak kerja. Atau, seorang psikotik? Sehingga, dengan santainya kembali bekerja setelah mengalami peristiwa yang seharusnya traumatis? Ah, pikiran Rania malah semakin bertumpuk.

***

Fasilitas yang diberikan oleh tempat kerja Rania yang baru membuat Rania memikirkan ulang keinginan untuk mengundurkan diri. Pagi-pagi sekali, ia dijemput menggunakan mobil perusahaan. Rona pun diantar ke sekolah terlebih dahulu sebelum mobil melaju ke apartemen Radin. Rania jadi tidak perlu menggunakan sepeda motornya sama sekali.

Tiba di gedung apartemen, Rania langsung naik ke lantai di mana Radin tinggal. Saat pintu lift terbuka, Rania ternyata langsung tiba di kediaman Radin. Rania melihat tiga orang pekerja hilir mudik di sana. Seorang wanita tampak membersihkan seluruh apartemen, seorang lagi mengerjakan laundry dan seorang lagi tengah memasak sekaligus menata meja makan.

“Pak Radin sedang latihan di gym, Bu. Tidak lama lagi selesai. Kamar Pak Radin ada di sebelah sana,” ujar wanita yang membersihkan apartemen sambil menunjuk ke sebelah kanan, tempat kamar utama berada.

Rania tersentak. Yang benar saja, jadi atasannya itu sudah ditemukan? Lalu langsung bekerja, padahal dia baru saja diculik? Bagaimana dengan pengamanan oleh aparat kepolisian? Rania tidak melihat tanda-tanda hadirnya aparat berwenang di apartemen. Apakah insiden kemarin hanyalah peristiwa kecil di tengah keseharian Radin? Siapa dia sebenarnya selain menjadi seorang CEO perusahaan ritel nasional?

Rania menggeleng-geleng, terlalu bingung usai menerka-nerka kehidupan atasan barunya. Wanita pekerja di hadapannya tampak kebingungan melihat sikapnya, sehingga Rania tak ingin membuatnya berpikiran aneh-aneh tentang diri Rania.

Rania mengucapkan terima kasih, kemudian berjalan menuju ke kamar Radin yang sudah dibersihkan dan dirapikan. Ia membuka lemari, lalu memilih setelan jas dan kemeja serta tak lupa, dasi dan kaus kaki. Pakaian-pakaian itu diletakkan di atas ranjang besar di sana.

Rania juga memilih sepasang sepatu kulit berwarna cokelat yang baunya khas. Hari ini Radin tidak memiliki acara formal di luar kantor sehingga pakaian yang Rania pilihkan lebih santai dan berwarna.

Meskipun sudah bercerai dengan Rinto, Rania bersyukur karena pengalamannya mendampingi Rinto dalam mengurus konglomerasi warisan ayah Rinto, telah membuatnya memahami sebagian besar tugasnya. Rania bahkan menyesal karena selama membantu Rinto, ia tidak pernah menuntut untuk dibayar atau diberikan bagi hasil dalam bentuk apa pun.

Rinto memang memberikannya hadiah-hadiah mahal seperti kalung emas berlian, pakaian-pakaian terbaik dan kesempatan berlibur ke berbagai negara.

Namun sekarang, setelah Rania meninggalkan rumah mantan suaminya, ia hanya memiliki sedikit uang untuk menyewa kontrakan satu kamar dan sebuah sepeda motor sebagai alat transportasi. Selebihnya dirampas oleh mantan mertua yang sejak awal tidak menyetujui masuknya Rania dalam kehidupan Rinto.

Parahnya, Rinto mendiamkan tindakan orang tuanya tersebut. Rinto sama sekali tidak membelanya saat Rania terusir.

Barangkali, pria itu memang sudah lama menunggu agar Rania menyingkir dari kehidupannya. Apalagi, sebelum menceraikan Rania, tersiar kabar bahwa istri kedua Rinto telah melahirkan seorang anak laki-laki yang menjadi dambaan keluarga Rinto. Sehingga Rona mungkin tidak diperlukan lagi untuk mewarisi kekayaan keluarga Rinto.

Rania menarik napas dalam, menenangkan dirinya. Bayangan masa lalu yang pahit harus ia usir jauh-jauh. Ia mulai menyetujui pendapat Reza bahwa sebelumnya, dirinya terlalu merendah, menganggap remeh kemampuannya. Tinggal terlalu lama di dalam lingkungan yang tidak menghargainya rupanya telah membuat Rania tidak bisa menilai kelebihan dan kekuatan dirinya sendiri.

“Ehm. Saya mau mandi dan berpakaian. Kamu mau menunggu di luar atau tetap di sini dan melihat saya telanjang?”

Rania terperanjat mendengar kata-kata yang diucapkan dengan nada usil itu. Saat berbalik, ia terperangah melihat Radin—pria yang baru saja diculik kemarin sore—telah berdiri di ambang pintu. Mengenakan kaus dan celana yang basah oleh keringat, Radin tampak sama berantakannya dengan kemarin sore dengan rambut yang awut-awutan.

Namun, bukan hanya penampilan Radin yang membuat Rania terperangah. Bukan, Radin bukanlah tipe CEO dingin sombong judes yang umum ditemukan dalam cerita-cerita romansa. Sebaliknya, dia tampak ramah dan agak konyol dengan cengiran lebar di bibirnya. Sama sekali tidak menakutkan. Juga tidak berwibawa.

Sesungguhnya, apa yang membuat Rania terpana adalah munculnya sekelebat bayangan masa lalu saat matanya tidak sengaja menatap mata Radin. Seraut wajah hadir di benak Rania yang masih terkejut, namun ia tidak bisa mengingat nama dari pemilik wajah itu.

Rania merasa tidak pernah mengenal pemilik wajah yang diingatnya itu. Apakah Rania hanya melihat wajah itu di suatu tempat, lalu melupakannya begitu saja? Namun kini, saat tatapannya bertemu dengan tatapan sang atasan, wajah tersebut tiba-tiba muncul lagi. Barangkali seperti itu.

Hal lain yang membuat Rania semakin bertanya-tanya adalah, mengapa matanya memanas dan berkaca-kaca? Apa yang membuatnya tiba-tiba bersedih saat mengingat wajah asing itu? Jika wajah tersebut memang asing baginya, mengapa hatinya menjadi perih tanpa sebab?

Rania sadar, ia tidak boleh tampak aneh pada hari pertamanya bekerja. Meskipun atasannya tampaknya memiliki sifat yang tidak lazim, tidak berarti Rania harus ikut-ikutan unik. Rania buru-buru mengusap matanya, lalu berjalan ke luar kamar.

“Maaf, Pak. Saya keluar dulu,” katanya saat melewati Radin yang memberikan jalan.

Radin hanya mengerutkan keningnya sambil menatap kepergian Rania. Ia mengembuskan napas keras, lalu menutup pintu kamar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 4. Rania dan Rais

    Tiga belas tahun yang lalu. Rania setengah berlari menyusuri jalan setapak di belakang warung milik keluarganya. Orang tuanya sedang sibuk melayani pembeli siang itu. Jadi gadis delapan belas tahun itu punya kesempatan untuk kabur sejenak demi menemui Rais sekaligus melepas kepergiannya. Ah, Rais. Mengingat wajahnya saja sudah membuat senyuman Rania mengembang. Berpacaran sejak duduk di kelas dua SMA hingga lulus, Rania hanya melihat Rais-nya sebagai laki-laki yang sempurna. Pria yang kelak akan menikahinya, apapun yang terjadi. Setelah belok ke kiri di sebuah pertigaan, Rania akhirnya bisa melihat kekasihnya sedang menunggu di bawah sebuah pohon. Senyuman Rania semakin mengembang. Rais yang juga sudah melihat Rania, menghampiri bekas teman sekolah yang lebih muda satu tahun itu. Rania tertawa, lalu buru-buru mengibaskan tangan, mengusir Rais agar kembali ke tempatnya berteduh. “Panas!” kata Rania ketika ia akhirnya sampai di depan Rais. Rais tersenyum. Dia tidak mengataka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 5. Rinto

    Sudah setahun Rais meninggalkan kampung halamannya. Seperti kisah-kisah klasik, merantau untuk bekerja dan mengumpulkan uang agar dapat menikahi gadis pujaannya. Semua orang di kampung sudah mengetahui apa yang sedang Rais lakukan di kota. Ada yang terharu dan mendukung, namun ada pula yang tak percaya dan bahkan memandang remeh. Bukan hanya terhadap Rais, melainkan juga terhadap Rania, gadis yang hendak dipersunting oleh Rais. Ada yang yakin bahwa Rais dan Rania kelak akan bersatu di pelaminan, namun ada pula yang menampik. Dua tahun adalah waktu yang sebentar untuk mengumpulkan uang dan mempersiapkan pernikahan. Namun, untuk menjaga hati dan perasaan masing-masing, dua tahun akan terasa sangat lama. Di antara golongan orang yang mendukung mau pun yang skeptis itulah, terdapat golongan ketiga yang berada di tengah-tengahnya. Tidak mendukung dan tidak meragukan pula. Mereka adalah keluarga Rania yang hanya memberi waktu dua tahun pada Rais. Selain itu, masih ada Rinto, anak tuan ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 6. Kabar dari Rustam

    Rania sebenarnya enggan dibonceng oleh Rinto. Namun, untuk mencapai rumah Rustam, cara tercepat adalah dengan naik kendaraan bermotor. Rania bisa menahan teriknya sinar matahari, namun dia kesulitan menahan rasa penasaran untuk bertemu dengan Rustam dan menanyakan kabar Rais. Sudah empat bulan Rais tidak memberi kabar. Ponselnya tidak pernah aktif lagi sejak saat itu. Saat Rania menghubungi ponsel Rustam, malah orang lain yang menjawab. Katanya, dia membeli ponsel itu dan tidak kenal dengan pemilik sebelumnya. Selama empat bulan, Rania kehilangan kabar tentang Rais. Dia tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Mau menyusul ke kota, Rania tidak tahu harus mencari ke mana. Lagipula, orang tuanya pasti tidak akan mengizinkan. Lalu, siang ini, Rania mendapat kabar dari salah seorang pembeli di warung bahwa Rustam sudah pulang ke rumahnya. Sendirian saja, tanpa kehadiran Rais. Merasa penasaran dan cemas, Rania bergegas untuk mencari tahu, apa yang terjadi selama empat bulan terakhir ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 1. Asisten Pribadi yang Baru

    Rania ternganga, namun dengan cepat menguasai dirinya. Ia mengatupkan bibir, lalu tersenyum canggung untuk menutupi rasa terkejutnya. “Sa-saya hanya tamatan SMA, Pak. Saya tidak memiliki pengalaman kerja sebagai sekretaris,” ujar Rania terbata-bata.Ia tidak bisa memercayai hal ini. Melamar kerja sebagai office girl, tapi malah ditawari menjadi sekretaris. “Bukan sekretaris. Jadi asisten pribadi,” ralat pria yang mewawancarainya, Reza. Rania tidak menyembunyikan kebingungannya. Ia tidak bisa membedakan antara sekretaris dengan asisten pribadi. Bahkan, baru kali ini ia mendengar mengenai jabatan asisten pribadi. “Tugas Bu Rania adalah mendampingi Pak Radin, calon atasan Ibu, untuk bekerja. Intinya, Bu Rania akan fokus membantu Pak Radin melakukan pekerjaannya dari pagi hingga selesai. Bu Rania antara lain bertugas mengatur jadwal kerja, menerima telepon atau email untuk Pak Radin, menyediakan dan menyimpan dokumen yang diperlukan oleh Pak Radin, menyiapkan rapat termasuk mengund

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 2. Radin

    Satu, dua, tiga, empat, lima dan enam. Radin menghitung tubuh-tubuh yang terkapar di ruangan seluas setengah lapangan voli. Tubuh enam orang preman bayaran yang semuanya tak mampu lagi berdiri karena terlalu banyak mendapatkan luka akibat amukan Radin. Mereka meringis, mengeluh kesakitan. Bahkan salah seorang preman menjerit-jerit sambil memegang pahanya yang tertancap pisaunya sendiri saat mencoba menyerang Radin dari belakang. Berisik. Ruangan yang pada awalnya adalah sebuah ruang kerja dengan interior bergaya industrial tersebut kini berantakan. Tembok batanya yang tidak diplester, ternoda darah enam orang pria yang dikalahkan oleh Radin. Meja kerja bergaya minimalis dan berwarna putih, teronggok di salah satu sudut dengan posisi terbalik dan dihiasi percikan darah yang tampak alami. Beberapa gawai berserakan di lantai, berbaur dengan pot-pot yang entah berada di mana tanaman yang sebelumnya mengisinya. Kursi-kursi rusak tergeletak di mana-mana, seperti dihambur layaknya kertas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 6. Kabar dari Rustam

    Rania sebenarnya enggan dibonceng oleh Rinto. Namun, untuk mencapai rumah Rustam, cara tercepat adalah dengan naik kendaraan bermotor. Rania bisa menahan teriknya sinar matahari, namun dia kesulitan menahan rasa penasaran untuk bertemu dengan Rustam dan menanyakan kabar Rais. Sudah empat bulan Rais tidak memberi kabar. Ponselnya tidak pernah aktif lagi sejak saat itu. Saat Rania menghubungi ponsel Rustam, malah orang lain yang menjawab. Katanya, dia membeli ponsel itu dan tidak kenal dengan pemilik sebelumnya. Selama empat bulan, Rania kehilangan kabar tentang Rais. Dia tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Mau menyusul ke kota, Rania tidak tahu harus mencari ke mana. Lagipula, orang tuanya pasti tidak akan mengizinkan. Lalu, siang ini, Rania mendapat kabar dari salah seorang pembeli di warung bahwa Rustam sudah pulang ke rumahnya. Sendirian saja, tanpa kehadiran Rais. Merasa penasaran dan cemas, Rania bergegas untuk mencari tahu, apa yang terjadi selama empat bulan terakhir ini

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 5. Rinto

    Sudah setahun Rais meninggalkan kampung halamannya. Seperti kisah-kisah klasik, merantau untuk bekerja dan mengumpulkan uang agar dapat menikahi gadis pujaannya. Semua orang di kampung sudah mengetahui apa yang sedang Rais lakukan di kota. Ada yang terharu dan mendukung, namun ada pula yang tak percaya dan bahkan memandang remeh. Bukan hanya terhadap Rais, melainkan juga terhadap Rania, gadis yang hendak dipersunting oleh Rais. Ada yang yakin bahwa Rais dan Rania kelak akan bersatu di pelaminan, namun ada pula yang menampik. Dua tahun adalah waktu yang sebentar untuk mengumpulkan uang dan mempersiapkan pernikahan. Namun, untuk menjaga hati dan perasaan masing-masing, dua tahun akan terasa sangat lama. Di antara golongan orang yang mendukung mau pun yang skeptis itulah, terdapat golongan ketiga yang berada di tengah-tengahnya. Tidak mendukung dan tidak meragukan pula. Mereka adalah keluarga Rania yang hanya memberi waktu dua tahun pada Rais. Selain itu, masih ada Rinto, anak tuan ta

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 4. Rania dan Rais

    Tiga belas tahun yang lalu. Rania setengah berlari menyusuri jalan setapak di belakang warung milik keluarganya. Orang tuanya sedang sibuk melayani pembeli siang itu. Jadi gadis delapan belas tahun itu punya kesempatan untuk kabur sejenak demi menemui Rais sekaligus melepas kepergiannya. Ah, Rais. Mengingat wajahnya saja sudah membuat senyuman Rania mengembang. Berpacaran sejak duduk di kelas dua SMA hingga lulus, Rania hanya melihat Rais-nya sebagai laki-laki yang sempurna. Pria yang kelak akan menikahinya, apapun yang terjadi. Setelah belok ke kiri di sebuah pertigaan, Rania akhirnya bisa melihat kekasihnya sedang menunggu di bawah sebuah pohon. Senyuman Rania semakin mengembang. Rais yang juga sudah melihat Rania, menghampiri bekas teman sekolah yang lebih muda satu tahun itu. Rania tertawa, lalu buru-buru mengibaskan tangan, mengusir Rais agar kembali ke tempatnya berteduh. “Panas!” kata Rania ketika ia akhirnya sampai di depan Rais. Rais tersenyum. Dia tidak mengataka

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 3. Di Apartemen Sang CEO

    Peristiwa penculikan Radin sore itu membuat Rania nyaris tak bisa tidur. Ia merasa takut, karena ternyata kehidupan Radin tampaknya dikelilingi bahaya yang tak terduga. Tak terbayangkan apa jadinya jika Rania mengikuti pria itu ke mana-mana. Bisa jadi, dia juga terdampak bahaya yang mengintai Radin. Haruskan ia mengundurkan diri agar tidak perlu berurusan dengan bahaya yang mengincar atasannya? Lagipula, penunjukan diri Rania sebagai asisten pribadi yang baru terkesan dipaksakan. Rania merasa dirinya untuk pantas curiga. Ada apa gerangan? Reza juga belum memberi kabar, apakah Rania jadi masuk kerja mulai besok atau tidak. Rania memang sudah menerima fasilitas berupa berbagai gawai penunjang pekerjaannya. Namun jika nasib Radin saja belum diketahui, siapa yang akan Rania layani besok? Apakah ia harus menunggu saja di kantor hingga menerima kabar mengenai keberadaan Radin? Rania bangun dari tidurnya dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Rona, putrinya yang berusia tuju

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 2. Radin

    Satu, dua, tiga, empat, lima dan enam. Radin menghitung tubuh-tubuh yang terkapar di ruangan seluas setengah lapangan voli. Tubuh enam orang preman bayaran yang semuanya tak mampu lagi berdiri karena terlalu banyak mendapatkan luka akibat amukan Radin. Mereka meringis, mengeluh kesakitan. Bahkan salah seorang preman menjerit-jerit sambil memegang pahanya yang tertancap pisaunya sendiri saat mencoba menyerang Radin dari belakang. Berisik. Ruangan yang pada awalnya adalah sebuah ruang kerja dengan interior bergaya industrial tersebut kini berantakan. Tembok batanya yang tidak diplester, ternoda darah enam orang pria yang dikalahkan oleh Radin. Meja kerja bergaya minimalis dan berwarna putih, teronggok di salah satu sudut dengan posisi terbalik dan dihiasi percikan darah yang tampak alami. Beberapa gawai berserakan di lantai, berbaur dengan pot-pot yang entah berada di mana tanaman yang sebelumnya mengisinya. Kursi-kursi rusak tergeletak di mana-mana, seperti dihambur layaknya kertas

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 1. Asisten Pribadi yang Baru

    Rania ternganga, namun dengan cepat menguasai dirinya. Ia mengatupkan bibir, lalu tersenyum canggung untuk menutupi rasa terkejutnya. “Sa-saya hanya tamatan SMA, Pak. Saya tidak memiliki pengalaman kerja sebagai sekretaris,” ujar Rania terbata-bata.Ia tidak bisa memercayai hal ini. Melamar kerja sebagai office girl, tapi malah ditawari menjadi sekretaris. “Bukan sekretaris. Jadi asisten pribadi,” ralat pria yang mewawancarainya, Reza. Rania tidak menyembunyikan kebingungannya. Ia tidak bisa membedakan antara sekretaris dengan asisten pribadi. Bahkan, baru kali ini ia mendengar mengenai jabatan asisten pribadi. “Tugas Bu Rania adalah mendampingi Pak Radin, calon atasan Ibu, untuk bekerja. Intinya, Bu Rania akan fokus membantu Pak Radin melakukan pekerjaannya dari pagi hingga selesai. Bu Rania antara lain bertugas mengatur jadwal kerja, menerima telepon atau email untuk Pak Radin, menyediakan dan menyimpan dokumen yang diperlukan oleh Pak Radin, menyiapkan rapat termasuk mengund

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status