Home / Romansa / Diperas Mafia Tengil / Bab 6. Kabar dari Rustam

Share

Bab 6. Kabar dari Rustam

Author: WN. Nirwan
last update Huling Na-update: 2025-03-13 14:54:58

Rania sebenarnya enggan dibonceng oleh Rinto. Namun, untuk mencapai rumah Rustam, cara tercepat adalah dengan naik kendaraan bermotor. Rania bisa menahan teriknya sinar matahari, namun dia kesulitan menahan rasa penasaran untuk bertemu dengan Rustam dan menanyakan kabar Rais.

Sudah empat bulan Rais tidak memberi kabar. Ponselnya tidak pernah aktif lagi sejak saat itu. Saat Rania menghubungi ponsel Rustam, malah orang lain yang menjawab. Katanya, dia membeli ponsel itu dan tidak kenal dengan pemilik sebelumnya.

Selama empat bulan, Rania kehilangan kabar tentang Rais. Dia tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Mau menyusul ke kota, Rania tidak tahu harus mencari ke mana. Lagipula, orang tuanya pasti tidak akan mengizinkan.

Lalu, siang ini, Rania mendapat kabar dari salah seorang pembeli di warung bahwa Rustam sudah pulang ke rumahnya. Sendirian saja, tanpa kehadiran Rais. Merasa penasaran dan cemas, Rania bergegas untuk mencari tahu, apa yang terjadi selama empat bulan terakhir ini.

Saat baru saja meninggalkan rumahnya untuk mendatangi rumah Rustam dengan berjalan kaki, Rania ditawari boncengan oleh Rinto yang mengaku kebetulan lewat di depan rumah Rania. Demi mendapatkan kebenaran mengenai apa yang terjadi, Rania mengambil tawaran tersebut. Ia sudah tidak sabar, ingin segera mengetahui kabar Rais.

Setelah berkendara selama sepuluh menit, Rinto dan Rania akhirnya tiba di rumah Rustam yang lengang. Usai mengucapkan salam, mereka dipersilakan masuk oleh Rustam sendiri. Pemuda itu memang tinggal sendirian karena seperti Rais, dia pun sebatang kara.

Rinto dan Rania saling berpandangan usai tercengang melihat Rustam yang ternyata berjalan dengan tertatih. Namun, mereka tidak berani bertanya karena pemuda yang lebih tua daripada mereka itu tampak sangat serius. Dengan canggung mereka menuruti ajakan Rustam untuk masuk dan duduk di kursi kayu yang sederhana.

“Sebentar, aku ambil dulu barangnya,” pamit Rustam pada Rania. Dengan sedikit kesulitan, ia menyeret kakinya menuju ke kamarnya.

Rania tercekat. Bertanya-tanya, barang apa gerangan yang hendak diberikan oleh Rustam.

Tak lama kemudian, Rustam kembali dengan membawa sebuah tas yang Rania kenali sebagai tas milik Rais. Tas tersebut Rustam letakkan di atas meja, bersebelahan dengan sebuah ponsel yang mirip sekali dengan ponsel yang Rania berikan untuk Rais setahun yang lalu. Ponsel itu tampaknya sudah mati total. Layarnya sudah pecah.

“Ini barang-barang Rais, kukembalikan padamu. Rais tidak memerlukannya lagi. Maaf… aku baru bisa kembali ke sini setelah sembuh dan bisa berjalan lagi,” kata Rustam pada Rania dengan suara tercekat.

“Se-sebenarnya apa yang terjadi? Ke-kenapa selama empat bulan ini kamu dan Rais menghilang? Di mana Rais?” tanya Rania dengan terbata-bata.

Napas Rania mulai memburu dan wajahnya menegang. Ia bersiap mendengarkan berita yang akan disampaikan oleh Rustam. Namun, Rania tidak tahu, apakah ia bisa menerima berita itu dengan baik. Atau, ia justru akan menolaknya. Sebab, melihat keadaan Rustam saat ini, ada kemungkinan Rais pun tidak berada dalam keadaan yang baik.

Di sebelah Rania, Rinto melirik gadis yang dicintainya. Tampaknya ia juga bisa menebak bahwa kabar yang akan disampaikan bukanlah kabar yang menyenangkan.

“Kamu tahu ‘kan, aku bekerja di kapal milik bosku sedangkan Rais di darat karena dia masih baru. Lima bulan yang lalu, aku kecelakaan. Ditabrak motor sampai kakiku patah. Aku sampai menjual ponselku untuk menambah biaya makan selama tidak bekerja. Rais sendiri kemudian ditunjuk menggantikan aku di kapal,” urai Rustam.

“Innalillahi… Rustam, kamu bisa bekerja pada ayahku. Masih ada lowongan, kok. Nanti aku bicarakan dengan beliau,” sahut Rinto prihatin, memberikan janjinya.

“Terima kasih banyak. Aku memang memerlukan pekerjaan,” balas Rustam. Wajahnya berubah menjadi cerah, namun segera berganti menjadi serius saat melihat Rania.

“Kemudian, apa yang terjadi pada Rais?” tanya Rinto. Meskipun Rais adalah ‘saingan’ Rinto dalam mendapatkan cinta Rania, dia juga adalah teman Rinto sejak kecil. Tentu saja Rinto peduli padanya.

“Aku tidak berada di sana saat kecelakaan itu terjadi, tapi…”

“Kecelakaan apa?!” sergah Rania, menyela Rustam. Tangannya meremas ujung bajunya. Rania sudah tak sabar sekaligus mulai ketakutan. Takut mendengar kemungkinan terburuk yang akan diucapkan oleh Rustam.

Rustam menelan ludah, seperti hendak mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang terjadi selanjutnya.

“Rais… telah tiada. Kata kru kapal yang lain, dia berdiri terlalu ke pinggir geladak hingga jatuh ke laut. Tubuhnya terapung dan dia… sudah tidak bernapas lagi. Dia dimakamkan di pemakaman umum karena tidak punya sanak saudara lagi. Maaf, aku baru bisa mengabarkan kematiannya ini setelah aku bisa pulang ke sini…”

Rania tidak mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Rustam. Ia terhuyung. Tubuhnya oleng dalam keadaan tidak sadar, hingga menimpa Rinto yang duduk di sebelahnya.

Ketakutan Rania terjawab sudah. Rais telah tiada. Dia tidak akan kembali untuk menikahi Rania. Selamanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 7

    Sambil menunggu Radin mandi dan berpakaian, Rania duduk di ruang keluarga atau ruang bersantai dan memeriksa kembali jadwal atasannya itu. Sejenak ia teringat saat ia membantu Rinto mengembangkan usaha keluarganya.Selama sepuluh tahun, Rania terlibat dalam bisnis yang kian hari kian membesar itu. Kini, sebagai seorang asisten pribadi, ia mengulang lagi apa yang sudah ia kerjakan dalam mendukung usaha suaminya. Perbedaannya kali ini ada dua: orang yang Rania bantu kali ini adalah pria yang asing baginya dan… Rania dibayar dengan baik untuk pekerjaannya ini.Saat sedang menyiapkan agenda hari itu, Rania sesekali mengangkat kepala untuk berpikir. Mula-mula ia tidak memerhatikan suasana di sekelilingnya. Namun, belakangan, dirinya mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di ruang bagian tengah apartemen tersebut.Rania menatap sebuah lemari kaca yang menyimpan benda-benda yang tidak lazim ditemukan di ruang

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 8

    Rania tersentak. Padahal dia sudah melupakan kejadian tersebut. Sebenarnya, tidak melupakan sepenuhnya. Hanya memilih untuk tidak mengetahui lebih lanjut.“Saya pikir Bapak kini dalam keadaan sehat. Jadi, sepertinya masalahnya sudah selesai atau ditangani dengan baik.”Radin tercengang, barangkali tidak mengira bahwa Rania akan menjawab demikian. Ia terkekeh pelan, lalu mengunyah lagi.Sementara Rania mengutuk dirinya dalam hati. Dirinya pasti tampak tidak sopan atau tidak mau tahu keadaan atasannya. Padahal, sesungguhnya Rania sendiri segan untuk menanyakan.Namun, rasa bersalah Rania tak berlangsung lama. Radin yang cerewet justru menjelaskan tanpa diminta.“Hanya anak ingusan yang sedang cemburu. Pacarnya dulu adalah asistenku sebelum kamu. Anak ingusan itu mengira saya meniduri pacarnya. Padahal, perempuan itu hamil karena orang lain.”

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 9

    Radin dan Rania tiba di gedung kantor dalam setengah jam. Mereka langsung naik ke lantai sebelas, lokasi di mana ruang kerja Radin berada.Selain lantai sebelas, perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh Radin tersebut juga menyewa lantai sembilan dan sepuluh gedung tersebut. Dari gedung tersebut Radin mengendalikan bisnis ritel tiga buah perusahaan yang bergerak dalam bidang baking: bakery, baking supply dan baking course.Radin sendiri mewarisi kepemimpinan di tiga perusahaan itu dari ayah angkatnya, seorang pria eksentrik yang konon tidak suka tampil di publik. Banyak rumor yang beredar mengenai ayah dan anak tersebut. Misalnya, cerita bahwa sang ayah angkat memungut Radin di jalan belasan tahun silam dan menjadikannya sebagai penerus. Atau, gosip yang santer beredar bahwa sesungguhnya Radin adalah anak di luar nikah dari sang ayah angkat.Apa pun rumor yang beredar mengenai Radin, nyatan

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 10

    Rania merasa lega karena perwakilan perusahaan yang dihubunginya, menyanggupi penangguhan tersebut. Namun perasaan itu tak berlangsung lama. Sebab, sesuatu terjadi hingga membuat jantungnya nyaris copot.PRANGG!Bunyi kaca pecah dari dalam ruang kerja Radin membuat Rania terlonjak hingga gawai yang ia pegang jatuh ke lantai.Empat orang satpam yang berjaga segera menyerbu masuk untuk melihat apa yang terjadi dan mengatasinya. Rania buru-buru mengambil gawainya, lalu ikut melihat ke dalam ruangan yang pintunya kini terbuka lebar.“Anda sudah melihat rekaman CCTV, ‘kan? Saya membela diri dan anak buah saya menyelesaikan apa yang sudah saya lakukan. Sekarang, Anda mau menyerang saya di tempat saya sendiri? Tolong berpikir dengan jernih sebelum menantang saya.”Radin berdiri dengan tangan diletakkan di pinggang dan tatapan yang tetap tajam namun jelas meremehkan di

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 11

    Radin menautkan alisnya. Ia tidak tampak terkejut. Barangkali ia sudah mengira bahwa tak semua orang bisa menerima kehidupannya yang tidak normal. Barangkali, Radin hanya tersentak karena Rania sangat cepat mengambil keputusan dan tidak takut mengatakan alasannya.“Kamu sadar, berhenti sebelum kontrak berakhir berarti membayar denda?” tanya Radin tajam.“Saya sadar, Pak. Saya juga minta waktu untuk mengumpulkan uang untuk membayar dendanya. Sekali lagi maaf, Pak. Saya punya anak yang harus saya hidupi. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang membuat saya tidak bisa lagi mengurus anak saya,” jawab Rania. Suaranya bergetar pertanda gentar. Namun Rania berusaha meredam ketakutannya.“Dengan cara apa kamu mengumpulkan uang dendanya? Dengan menjual motor yang kamu bawa kabur dari mantan suamimu itu? Apa kamu sadar bahwa saya bisa melaporkanmu karena menyimpan barang curian di rumahmu?” tukas

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 12

    Perasaan Rania sedikit terobati saat mereka tiba tujuan. Awalnya, Rania mengira bahwa mereka akan memasuki tempat kursus di sebuah ruko bertingkat. Namun ternyata ia keliru. Rania ternyata tidak banyak mengetahui tentang perusahaan tempatnya bekerja.Radin dan Rania tiba di sebuah gedung yang sempat membuat Rania tercengang saat melihatnya untuk pertama kali. Alih-alih tiba sebuah tempat kursus rumahan atau bergaya sederhana seperti dalam bayangan Rania, mereka tiba di sebuah gedung serba ada dalam dunia baking.Meskipun tidak tahu ukuran pastinya, Rania bisa melihat bahwa gedung tersebut memiliki luas yang tampaknya sama dengan luas setengah lapangan sepakbola. Gedung tersebut memiliki lahan parkir yang luas dengan tiga lantai yang digunakan untuk mengoperasikan bisnis yang berbeda.Toko roti dan kue bernama Kanre menempati lantai pertama gedung. Bisnis bakery yang dipegang oleh Radin tersebut

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 13

    Di hadapan Radin dan Rania, seorang wanita berpenampilan ehm, unik, berdiri menyambut. Tangannya terjulur hendak memeluk Radin.Tapi, tentu saja tidak semudah itu menyentuh Radin. Radin dengan gerakan yang lincah, menghindar ke belakang Rania, lalu berjalan menjauh meninggalkan Rania dan pria tersebut.Baik Rania mau pun wanita tersebut tersentak karena menyadari bahwa hanya mereka berdua di sana. Wanita itu berdecak menahan kesal sementara Rania sibuk menenangkan diri usai melotot melihat penampilan wanita yang hendak bergenit-genit dengan Radin tersebut.Wanita yang tampaknya kenal baik dengan Radin tersebut memang memiliki penampilan yang mencolok. Ia mengenakan t-shirt berwarna kuning dan ungu dengan celana pendek jeans sebatas setengah paha. Sepasang giwang berwarna merah menempel di telinganya. Rambut wanita itu juga dicat pirang dan merah pada bagian-bagian tertentu. Belum cukup dengan segala per

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Diperas Mafia Tengil   Bab 14

    "Bu Rania turuti saja perintah Pak Radin. Nah, selamat belajar menghias kue, Bu Rania. Saya yakin, kursus yang diberikan oleh Pak Radin itu akan berguna bagi Bu Rania kelak.”Reza memutus percakapan begitu saja. Rania lagi-lagi ternganga. Ia tersentak saat Rea kembali memanggilnya. Wanita itu menghentakkan kaki, kesal karena Rania tidak juga memasuki kelas yang akan dimulai sebentar lagi.***Menurut jadwal, kursus berlangsung selama dua jam. Materinya adalah materi dasar, yakni menghias kue menggunakan butter cream. Peserta kelas berjumlah lima orang, sudah termasuk Rania dan Rea.Setelah belajar membuat sendiri krim mentega—yang membuat Rania agak malu karena ia sama sekali tidak bisa membedakan mentega dan mentega putih, para peserta mulai menghias sebuah bolu berbentuk bulat dan berukuran kecil.Rania hampir menangis saat coating,

    Huling Na-update : 2025-03-19

Pinakabagong kabanata

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 70

    Dua bulan kemudian.“Saya terima nikah dan kawinnya Rania binti Ramdan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”Radin mengucapkan kabul dengan mantap, tanpa kesalahan dan tanpa rasa gugup sedikit pun. Ia sudah menantikan pernikahan ini selama tiga belas tahun, jadi tidak ada alasan untuk melakukan kesalahan atau merasa gugup sedikit pun.Setelah dua orang saksi menyatakan sah, ucapan hamdalah menggelora di ruang keluarga kediaman Rasyid sekeluarga. Rasyid sendiri selaku saksi nikah dari pihak Radin, bahkan tak kuasa menahan tangis haru melihat pernikahan anak angkatnya tersebut.Demikian pula Rustam yang menjadi saksi nikah dari pihak Rania. Sebagai orang yang telah mengikuti kisah cinta Rania dan Rais atau Radin sejak masih remaja, ia tampak sangat bahagia dan lega karena pada akhirnya, Rania dan Radin bisa bersatu. Tiga belas tahun bukan waktu yang singkat untuk cinta yang terhalang ha

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 69

    Mobil yang ditumpangi Rania dan Rea melaju dengan kecepatan sangat tinggi hingga tiba di kediaman Rasyid dalam waktu yang lebih cepat daripada biasanya. Keduanya langsung menemui Rasyid yang tengah menemani Rona yang tengah ‘bermain’ di sebuah dojo.Rania tersentak saat melihat putrinya tengah belajar dasar-dasar ilmu bela diri dari seorang wanita. Karate, jiujitsu, entahlah, Rania tidak yakin. Hal yang lebih penting adalah, keberadaan Rona di dojo itu adalah tanpa sepengetahuan Rania sebagai ibunya.Namun, Rania tak ingin langsung menyinggung hal itu. Sebab, saat ini, ada hal yang lebih genting untuk dibahas dengan Rasyid.“Bundaaa!” seru Rona sambil berlari untuk memeluk Rania. “Aku latihan karate. Kata Kakek Rasyid, aku bisa sekuat Om Radin kalau rajin latihan.”Rania mengusap puncak kepala putri semata wayangnya itu. Astaga. Lihatlah anak ini.

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 68

    Hanya terdengar suara ringisan dan jeritan mereka yang tertembak. Hampir dapat dipastikan, korban terbanyak jatuh dari pihak Rinto. Entah dengan anak buah Radin. Kalau pun jatuh korban dari pihak mereka, tentunya mereka sudah menolong kawan mereka.Dari luar toko, di antara keluh penderitaan anak buah Rinto yang tertembak, terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat. Bunyi langkahnya teratur, menimbulkan gema yang tertata di antara teriakan para anak buah Rinto.“Bagaimana terornya? Rinto, pasti menyeramkan, ya, tidak bisa ke mana-mana karena bisa tertembak kapan saja. Di kandang lawan, lagi.”Rinto terkesiap. Itu Radin! Dia sedang mengejek Rinto, pria yang sudah ‘merebut’ cinta pertamanya.Kedua tangan Rinto terkepal. Dia murka atas penghinaan itu. Tapi untuk saat ini, tidak ada yang bisa ia lakukan. Radin sedang di atas angin berkat kelicikannya menipu Rinto yang tidak me

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 67

    Mobil yang ditumpangi oleh Rania dan Rea melesat sekencang-kencangnya, menjauh dari lokasi pertemuan Radin dan Rinto. Sayup-sayup, terdengar bunyi rentetan tembakan dari gedung bekas pusat perbelanjaan tersebut.“Mas Radin sedang mengamuk,” komentar Rea sambil menengok ke belakang, seakan ia bisa melihat pertempuran di dalam gedung tersebut. “Mereka mungkin sudah kehilangan nyawa.”Namun Rania tidak sependapat. Ia ikut menengok ke belakang.“Kalau mereka terluka, aku rasa iya. Tapi, seperti kata Radin, tidak ada yang akan mati atau masuk penjara. Radin pasti akan menyelesaikan sesuai janjinya,” ujar Rania tenang. Sama sekali tidak gusar atau merasa cemas atas apa yang tengah terjadi.Rea menoleh pada Rania. Tercengang mendengar ucapan Rania.“Jadi, Mas Radin akan mengampuni mereka?” tanya Rea, tampak meragukan ujaran Rania.&

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 66

    Tapi, di sisi lain, persetujuan Rania untuk hidup bersama dengan Radin telah menggoyahkan tekad Radin untuk membalas perbuatan Rinto. Barangkali memang benar, jalan terbaik adalah melupakan lalu mengambil langkah baru bersama seseorang yang berharga seperti Rania ….“Baiklah kalau begitu. Aku akan ….”Ucapan Radin terputus saat seseorang menyela kalimatnya. Bukan Rea atau Rania, melainkan seorang pria yang telah memaksa Radin berbuat sejauh ini.“Rania? Kau mau hidup bersama penjahat ini???!!!”Rania, Radin dan Rea serempak menoleh pada Rinto. Rupanya, dia telah keluar dari toko. Ramon dan Ryan mungkin masih dalam posisi siaga terhadap anak buah Rinto, sehingga Rinto memanfaatkan ketegangan itu untuk ke luar.Dugaan Radin ternyata hampir sepenuhnya benar. Di belakang Rinto, empat orang anak buahnya mengikuti disusul oleh Ramon dan Ryan.

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 65

    Radin mendengus dan tersenyum miring. Ia tidak ingin menunjukkan emosi apa pun lagi. Segalanya tergantung pada Rania. Ia pun menoleh pada kamera ponsel yang dipegang oleh Ramon.“Bagaimana, Rania? Sudah mengingatku? Apa pendapatmu? Diselesaikan di luar sana atau di sini?” tanya Radin tenang.Sementara itu, Rinto tampak terguncang. Wajahnya memucat. Tubuhnya gemetaran dan menggeleng berkali-kali. Tidak memercayai apa yang ia alami saat ini. Para anak buahnya mulai saling melirik. Jelas, mereka sudah membaca situasi yang tidak menguntungkan itu.Namun Radin tak peduli pada keadaan Rinto. Ia hanya menunggu tanggapan Rania.Sayangnya, tidak ada tanggapan dari seberang sana. Bahkan, layar ponsel menunjukkan gambar yang bergoyang, pertanda pemegang ponsel tengah bergerak secara tiba-tiba.“Hei! Tunggu! Jangan ke sana!”Terd

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 64

    Terdengar bunyi meja kayu yang dipukul. Rania tahu, Rinto pasti sudah murka. Kamera ponsel yang kini kembali menyorot wajahnya, menunjukkan betapa pria itu hampir tak dapat menguasai dirinya. Napasnya mulai memburu. Peluh mulai membasahi wajahnya. Rania bisa melihat dendam pada sorot matanya.“Saya hanya ingin berunding. Bukan membicarakan masa lalu atau pernikahan saya!”“Masalahnya, arah perundingan ini bergantung pada Rania. Jika dia meminta saya untuk mengampuni Anda, maka saya akan melepaskan Anda. Tapi jika dia tidak mau memaafkan Anda, maka kita akan bertarung di pengadilan, di luar sana, atau … di tempat ini. Tergantung situasi, pertarungan mana yang lebih cepat mendatangkan hasil.”Baik Rinto mau pun Rania, terkesiap mendengar kata-kata Radin. Rania ingin melihat wajah Radin saat mengatakannya, namun kamera ponsel masih menunjukkan sosok mantan s

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 63

    Radin menyunggingkan senyuman saat melihat Rinto yang muncul dengan wajah memerah. Ia menyilakan saingannya dalam bisnis dan asmara itu duduk di kursi yang tersedia di sana. Sebuah meja kayu membatasi mereka berdua.“Mana pengkhianat itu?” tanya Rinto geram. Matanya liar mencari-cari ke penjuru ruangan.Ruangan yang mereka gunakan adalah salah satu toko yang telah tutup namun sebagian perabotan di dalamnya masih ada. Di tempat yang telah ditinggalkan itu, Radin, Ramon dan Ryan berhadapan dengan Rinto yang ditemani oleh empat orang pria yang tampaknya bukan karyawan biasa.Radin terkekeh mendengar pertanyaan musuhnya itu. Ia tersenyum mengejek hingga membuat Rinto tersentak dan makin geram.“Pengkhianat bagi Anda, tapi bukan bagi saya. Justru, dia sangat setia pada saya,” balas Radin. “Saya kira saya sudah menjelaskan bahwa saya adalah orang yang bertanggung jawab atas ke

  • Diperas Mafia Tengil   Bab 62

    Rona yang sedang berada di dalam mobil, tampak ceria. Tidak ada kekhawatiran dalam nada bicaranya. Seolah ada sesuatu yang telah menenangkannya. Sebaliknya, Rania yang menjadi semakin panik.“Kenapa, Sayang? Kok tidak sekolah? Om supir sakit jadi tidak bisa mengantar?”“Tidak, Ma. Kata Kakek Rasyid, aku boleh main dulu di rumah Kakek Rasyid yang besar itu. Aku boleh main air sepuasnya, Ma!”Rania membelalak. Ia tidak mengerti. Apa-apaan, mengapa Rasyid seenaknya mengatur anaknya? Bahkan membawa Rona pergi ke kediamannya tanpa seizin Rania selaku ibunya.Rania hendak beranjak menuju ke kamar Radin untuk melanjutkan upayanya menggugat ulah Radin, namun urung karena langkahnya tertahan. Radin ternyata sudah berdiri menghalanginya.“Aku yang meminta tolong ayahku untuk melindungi Rona sementara kita menemui mantan suamimu,” kata R

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status