Share

Bab 58. Terbukanya Jalan Menuju Perceraian

Petir menggelegar, memecah kesunyian menambah dinginnya malam tanpa sang bintang dan juga rembulan yang bersembunyi.

Terlihat mobil Satria, melaju dengan kecepatan sedang, menembus derasnya hujan berusaha untuk fokus ke depan.

Sudah melewati gapura tinggi di pintu utama bertuliskan nama perumahan tempat tinggal orang tuanya, terus saja mengulum senyum di bibirnya, beberapa kali memperhatikan istrinya yang terdiam balik meliriknya.

"Wah... hujan hujan begini enaknya ngapain ya Ra," suara Satria, mengedarkan pandangannya menggoda.

"Minum teh hangat mungkin Mas, biar nggak kedinginan," sahut Alira.

Menciptakan kekehan di bibir Satria, karena jawaban istrinya yang sama sekali tak sesuai dengan apa yang ada di pikirannya.

"Habis minum teh hangat terus ngapain?"

"Makan pisang goreng,"

"Terus?"

Tak menga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status