Rion langsung berlutut memberi hormat, Amanda mengikutinya dari belakang. Gadis itu nyaris limbung, kepalanya benar-benar berat, dan tangannya semakin perih serasa ditusuk ribuan duri.
"Amanda, apa kabarmu? Aku sempat kecewa karena kau tak bersama Rion menghadapku tadi pagi," ujar Raja Abraham. Rion bergidik mendengar keramahan Ayahandanya.
"Baik…," jawab Amanda lemah, yang terdengar tak bersemangat oleh Rion. Wanita ini menjawab Raja dengan malas-malasan?!
"Hmm… Apa kalian sedang bertengkar?" tanya Raja Abraham.
Amanda dan Illarion langsung menatap ranjang tertutup kelambu merah maroon ketika mendengar pertanyaan itu.
Baginda Raja terkekeh melihat sepasang muda-mudi di had
Terimakasih telah membaca ceritaku. Tolong dukung penulis dengan VOTE, Subscribe, dan beri bintang lima buku ini. Setiap dukungan sangat berarti untuk penulis.
Jantung pria itu seakan berhenti berdegup melihat luka bakar di telapak hingga lengan Amanda yang tertutup lengan baju. Sekarang Rion bisa merasakan suhu tubuh Amanda sangat panas. Perhatian Rion kembali pada luka bakar di tangan Amanda, tiba-tiba rasa takut merayap di punggungnya. Illarion langsung menarik Amanda kedekapannya dan menggendong gadis yang tak sadarkan diri itu keluar kamar Baginda Raja. Tanpa santun dan mengucapkan pamit pada Raja sebelumnya. Illarion berlari cepat ke tempat para tenaga medis kerajaan berada. “Jangan mati … jangan mati … bertahanlah,” ulangnya dalam hati. Digendongannya Amanda nyaris tak bernapas. *** Warna senja yang terlihat seperti bara api dari jendela kamar langsung terhalang gorden gelap yang ditarik oleh Pangeran Hitam. Illarion sangat benci melihat cahaya jingga itu, membua
Manik ungu Amanda melebar karena ketakutan. "Ma-maaf Tuan, hamba tak mengerti mak-maksud Tuan." "Siapa orang tuamu?" "Ba-baron Broke," jawab Amanda gagap. Dia bahkan tak menutupi bahwa Ayahnya seorang 'baron'. Berarti dia bukan pembantu di rumah itu, jika ia berbohong maka akan mengatakan hal yang sama seperti ayahnya kalau mereka bangsawan sekelas 'duke'. "Siapa Gisella?" tanya Illarion lagi. "Adikku." Alis mata Illarion naik sebelah. Adiknya? Kenapa ia diperlakukan separah itu oleh adiknya? Mereka 'kan tak saling merebut daerah kekuasaan. Illarion semakin tak paham,
"Ti-tidak … bukan aku, sungguh," jawab Amanda ketakutan. Madam Croiz! Amanda menoleh ke tempat kepala pelayan itu. "Ketika datang aku sudah menyangka bahwa Nyonya bukanlah orang yang baik. Begitu tiba Anda langsung makan tanpa menunggu Pangeran Hitam, Anda sama sekali tak menghormati Tuan kami,” cecar Madam Croiz tiba-tiba. Aku bahkan belum makan sama sekali saat pertama kali datang hingga ke esokan harinya. Apa maksud Madam Croiz? “Anda juga meminta pindah kamar, padahal Tuan sudah berbaik hati berbagi kamar dengan Anda. Sungguh Anda orang yang tak tahu budi.” Jadi aku pindah ke kamar ini bukan karena di usir oleh Pangeran Hitam? seperti penuturan Madam Croiz.
Tak berapa lama para pelayan masuk dan membereskan jasad Madam Croiz. Amanda masih berada dalam pelukan Illarion. Dekapan pria itu seolah ingin mengurangi trauma yang Amanda terima, tapi itu tak mungkin. Ia tak pernah melihat seseorang mati terbunuh di depan mata kepalanya sendiri-walau dalam hal ini, Amanda membelakangi si korban- tapi selain darahnya sendiri dan darah binatang yang akan ia masak, gadis itu tak pernah melihat genangan darah sebanyak itu dari tubuh seseorang. "Kau pindah ke kamarku, tampaknya kamar ini sudah tak bisa terpakai lagi," ujar Pangeran Hitam sambil melepaskan pelukannya pada Amanda. "Sekamar dengannya? Aku bahkan terlalu takut untuk menolak," batin Amanda dan seiringi pemikirannya itu, pandangan gadis berbadan mungil itu menggelap. Ia kembali tak sadarkan diri karena tak sanggup melihat darah yang nyaris memenuhi pojok ruangan. Den
Beberapa pelayan mulai saling melihat dengan pandangan mata ketakutan. Belum genap seminggu Pangeran Hitam menempati istana ini, tapi sudah tiga mayat mereka kuburkan. Apa hari ini akan bertambah mayat yang ke-empat? Benak para pelayan di ruang makan diisi pemikiran seperti itu. Kucing hitam itu mengejar ekornya sebentar sebelum memakan sepotong daging ayam panggang dari tangan Pangeran Hitam, “Anak pintar,” puji Illarion. “Kau harusnya memberi contoh Tuanmu, makan dengan lahap apapun yang dihidangkan,” sindir Pangeran Hitam. Sadar akan sindiran itu, Amanda langsung memenuhi piringnya dengan hidangan di atas meja dan menyantapnya. Senyum manis terbit dari bibir Pangeran Hitam, dan semua pelayan terpaku melihat adegan itu, bukan hanya karena senyuman manis yang jarang
“Adam!” potong Amie. “Jangan berlebihan.” “Bisa Monsieur Adam jelaskan padaku?” tanya Amanda semangat. Pertanyaan itu membuat Adam dan Amie terkejut. “Dia tak sadar sedang direndahkan?” tanya masing-masing dari mereka dalam hati. Hal yang tak mereka tahu Amanda sudah biasa menerima perlakuan seperti itu nyaris sepanjang hidupnya. Bahkan lebih parah. Adam tersenyum meremehkan. “Baiklah, Aku akan mengajarkan dengan perlahan agar Anda bisa paham. Walau sepertinya akan menghabiskan dua belas purnama mengingat otak-.” “Adam!” potong Amie lagi. Amanda hanya tersenyum polos mendengarnya. Ia begitu semangat belajar, gadis itu tak diizinkan bersekolah setelah ibunya meninggal
“Baginda Raja menitipkan salam untukmu ketika tadi pagi aku menemuinya. Baginda berharap kau segera sembuh,” ujar Illarion di sela-sela suapannya saat makan malam.“Ah, terima kasih. Haruskah hamba ke sana untuk meminta maaf?” tanya Amanda.“Untuk? Meminta maaf untuk apa?” tanya Illarion balik.“Pi-pingsan di depan Baginda Raja ….”“Itu bukan hal yang salah.” Illarion meminum air di gelas berkaki tinggi. "Lukamu bagaimana?" tanya Illarion tanpa sedikit pun menoleh ke arah Amanda."Adam memberikan hamba salep agar lukanya cepat sembuh," jawab Amanda. "Lukanya menjadi lebih cepat kering, Adam juga memberikan ini karena jijik dengan bekas lukanya," jelas Am
Amie mengalihkan pandangannya saat melihat Pangeran Hitam membidikkan anak panahnya ke arah Amanda dari kejauhan. "Tugasmu melindungi Nyonya White dari orang lain, siapapun! Kecuali Pangeran Hitam," perintah dari komandan Amie terngiang saat ini. Di sebelah Illarion, Andreas tersenyum tipis. Jadi hari ini, akhirnya Tuan memutuskan membunuh wanita aneh itu? "Apa kau tahu ada berapa lulusan terbaik sekolah St. Benedict?" tanya Illarion. Di Anarka, St. Benedict adalah sekolah para bangsawan dan beasiswa bagi yang terpintar, tapi tak serta merta membuat siswanya lulus dengan mudah karena standar tinggi kelulusan yang sangat sulit. Andreas menautkan alisnya, belum sempat jenderal besar pasukan berkuda itu mengerti maksud per
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny