“Aku minta maaf tentang adikku,” ucap Amanda saat menunggangi kuda berdua dengan Illarion menuju ibu kota. “Aku tak menyangka ia akan bertindak seperti itu.”
Kembali Amanda merasa bersalah karena sudah berbohong pada Illarion Black. Ia sudah mengetahui kalau Gisella akan berbuat sejauh itu, tapi perlakuan adik tirinya benar-benar meninggalkan rasa takut yang mendalam pada diri Amanda, hingga ia tak berani menentangnya. Namun, perlakuan Pangeran Hitam terhadap Gisella beberapa waktu lalu cukup membantu Amanda mengurangi rasa takutnya pada gadis bersurai sewarna tembaga itu.
Illarion menanggapi hal itu dengan diam, tapi pertentangan terjadi di hatinya. ‘Tidak menyangka? Itu ‘adikmu’ sungguh aneh jika kau tak bisa menebak kelakuannya. Dan siapa yang bisa percaya perkataan yang seperti buaian semata itu? Tapi kenapa aku ingin menerima kebohongan i
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐ Di tunggu komentarnya kak ^^
Andreas begitu senang melihat kedatangan Pangeran Hitam. Hilangnya pria itu tiga hari yang lalu meninggalkan banyak tanya bagi para kolega dan petinggi istana. Tapi semua itu berhasil diredam oleh Jendral pasukan berkuda itu, hingga tak ada yang curiga bahwa Illarion pergi melarikan diri dan terluka parah. “Anda tidak apa-apa Tuan? Kenapa Anda pergi begitu tiba-tiba?” tanya Andreas bertubi-tubi, rasa penasaran bercampur khawatir mendesaknya melontarkan berbagai hal itu ke Pangeran Hitam. "Aku tidak apa-apa," jawab Illarion sambil membantu Amanda turun. "Balik lah ke kamarmu dulu," ujar pria bersurai hitam itu sambil membuang kelopak bunga yang menyangkut di puncak kepala Amanda, perlakuan manis itu tak lepas dari pandangan aneh Andreas. Andreas tertegun, 'jadi benar mereka pergi berdua?'
Waktu makan malam tiba, Pangeran Hitam dan Ratu Zaina terlihat berjalan bersama menuju ruang makan. Para pengawal dan pelayan melihat mereka seakan takjub, sosok Ratu Zaina sangat cocok bersanding dengan Pangeran Hitam. Ratu Zaina memiliki fisik yang tinggi untuk seorang wanita, dengan ukuran tubuh yang semampai itu ia berada tepat di bawah dagu Pangeran Hitam, membuat mereka secara raga ditakdirkan satu sama lain. Persis seperti pasangan dewa-dewi dari kuil Yunani. Amanda berdiri beberapa langkah tak jauh dari Pangeran Hitam dan Ratu Zaina. Hatinya cukup teriris perih saat beberapa pelayan yang ia dengar membicarakan kedua orang itu. “Ah betapa cocoknya.” “Benar-benar pasangan yang serasi, mereka seperti ditakdirkan berdua.” “Aku berharap mereka berakhir berdua, kud
“Itu hal yang sangat menguntungkan Kerajaan Eden,” sahut Illarion. “Sekaligus bencana,” timpal Ratu Zaina. “Beberapa kerajaan tetangga mulai mengincar rahasia pengobatan Eden, bukan hanya para tabib, dan kitab, tapi juga sumber daya alam kami yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan obat. Negeriku terkenal dengan armada lautnya yang kuat, tapi di darat kami tak bisa begitu mengandalkan kekuatan militer. Karena itu militer Anarka yang terkenal mampu melibas siapapun membuatku sangat tertarik. Aku memilih Anda untuk melindungi kami.” “Sayang kau tak memilih Landyork,” protes pura-pura Apollo. “Bukankah memilih yang terkuat adalah suatu keharusan?” tanya Ratu Zaina balik tanpa membalas hal itu sebagai suatu candaan. Menanggapi pernyataan Ratu Zaina, Ill
"Jadi hanya karena perjanjian belaka," gumam Ratu Zaina sambil mengerlingkan matanya ke arah Amanda. Kembali gadis itu buru-buru menunduk. Entah sudah berapa kali Amanda tertangkap mata oleh Ratu Zaina, menatap pria berambut kelam di saat Illarion tak melihatnya. Saat pagi tiba, seperti biasa Amanda menuju gazebo taman utara Istana Hitam untuk sarapan bersama. “Amanda!” sapa Apollo hangat. Hanya pria itu sendirian, berdiri dengan tangan melambai-lambai. Makanan sudah dihidangkan dan masih hangat. Menangkap ekspresi bingung dari wajah Amanda, Apollo langsung menjelaskan. “Pangeran Hitam dan Ratu Zaina diminta menghadap ke istana utama, menemui Baginda Raja.” “Oh …,” jawab Amanda singkat.
Ratu Zaina tertawa, “kau membuatku terkejut. Kukira Ratu Minerva memberikan pembantunya untuk dinikahi oleh Pangeran Hitam.” “Aku sih tidak keberatan kalau pembantu itu secantik Amanda, tapi tentu saja Amandaku adalah seorang putri bangsawan,” sergah Pangeran Apollo yang hendak meletakan tangannya di bahu Amanda. Namun gagal, tangan gadis itu langsung ditarik oleh Pangeran Hitam, hingga Amanda terseret beberapa langkah dari tempatnya. “Amandaku,” desis Illarion pelan. “Bergunjing dengan teman saat pelajaran memanah itu tak baik, aku akan membantumu mengingatnya,” sindir Illarion sambil mengukung Amanda dari belakang. Meraih tangan gadis yang jauh lebih mungil dari ukuran tangannya untuk menggenggam lengkungan busur, dan tangan lainnya ikut mengarahkan untuk menarik tarik busur.
“Aku permisi dahulu,” pamit Amanda dan berdiri dengan kikuk. ‘Kenapa juga aku duduk di sini.’ “Kemana?” tanya Illarion. ‘Ia tersinggung? Tapi kenapa ia tak marah?’ “Makan, bolehkah Tuan?” Amanda tidak lapar, tapi ia tahu jika seseorang tak nyaman dengan kehadirannya. Bayangkan saja, ia sudah merasakan hal ini hampir sepanjang hidupnya, Amanda sangat peka. ‘Dan si malaikat itu menyindirku terang-terangan Tuan Tampan, aku tidak bisa duduk di sini.’ ‘Ia benar-benar tak bisa marah?’ Illarion melihat Amanda tertawa canggung. “Duduk di sini, aku ak
Illarion langsung beranjak dari tempatnya menuju ke arah Amanda. “Apa kau begitu lapar sampai menangis?!” tanyanya dengan nada tinggi. “Ayo!” ajaknya sambil menarik tangan Amanda. Gadis itu setengah berlari mengikuti langkah Pangeran Hitam yang menyeret tubuh mungilnya. ‘Apa yang akan pria ini lakukan?’ Bersamaan dengan pikiran kalut Amanda, air matanya malah mengalir semakin deras. ‘Aku takut.’ Para koki istana langsung bersiap panik saat Pangeran Hitam ada di lorong istana menuju dapur. Pria itu melangkah masuk setelah menendang pintu dapur. “Duduk.” perintah Illarion pada Amanda sambil menunjuk kursi kayu di sampingnya. Kembali ia berdehem, sebelum mengulang kata-katanya. "Duduk …," ucap Illarion, kali ini jauh lebi
“Amanda!” panggil Ratu Zaina sambil berjalan dengan anggun ke gadis berkulit seputih salju itu. “Kau diminta ke istana utama, Baginda Raja ingin menemuimu.” “Aku?” tanya Amanda sambil mendongakan kepalanya menatap Ratu Zaina yang jauh lebih tinggi darinya. ‘Ada apa? Selain saat perkenalan setelah pernikahan kemarin, aku tak pernah diminta bertemu dengan Baginda Raja.’ “Kita pergi bersama ya? Kereta kuda sudah siap. Aku juga diminta ke istana utama.” Amanda mengangguk dan berjalan di belakang Ratu Zaina, karena wanita itu langsung berbalik meninggalkannya. Sesampai di istana utama Ratu Zaina melangkah lebih dahulu, membuat Amanda berjalan di belakangnya. “Istri Pangeran Hitam sepert
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny