Arjun baru saja pulang dari kantor. Ia terlihat begitu letih karena hari ini jadwalnya begitu padat. Menemui klien, mengecek proyek langsung ke lapangan, hingga berteriak dan marah-marah pada bawahannya yang berbuat kesalahan kecil seperti saat sang sekretaris memberikan map padanya dalam keadaan terbalik.
Arjun menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia mengendurkan dasinya, mengangkat kakinya lalu meletakkan di atas meja.
"Asti."
"Ya, Tuan."
"Buatkan aku teh hijau," ucap Arjun sambil memegangi kepalanya yang agak pusing.
"Baik, Tuan." Asti membungkuk, lalu pergi ke dapur, menyuruh pelayan membuatkan teh hijau, lalu memberikannya pada Arjun.
Arjun menyeruput teh tersebut. Rasanya sangat enak dan membuatnya merasa nyaman. Namun, baru saja ia hendak menyandarkan kepalanya, terdengar suara gaduh di belakang rumah itu.
Arjun berdecak kesal karena ke
Keesokan harinya, Arjun baru saja pulang dari kantornya. Namun, ketika ia memasuki rumah, ia terkejut melihat seseorang berambut sepunggung tengah duduk di sofa ruang tamu sembari memperhatikan sebuah bunga plastik di dalam vas di atas meja. Ia seperti ingin menyentuhnya, namun enggan. Berkali-kali tangannya hendak menyentuh, namun ia kembali menarik tangannya."Apa bunga itu sangat menarik bagimu, sehingga kau ingin menyentuhnya tanpa seizin ku?" tanya Arjun sembari berjalan menghampiri Fallen yang posisinya membelakanginya, sehingga wajahnya tidak terlihat.Mendengar hal itu, Fallen langsung berdiri tanpa berbalik. Wajahnya menjadi tegang, ia terus menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Kau kira kau siapa sehing,,,,," Ucapan Arjun terhenti setelah ia melihat wajah Fallen yang kini tampak berbeda.Tidak ada wajah pucat seperti hantu, karena saat ini wajahnya sudah dilapisi oleh bedak dan li
Seminggu telah berlalu. Kaki Fallen sudah pulih, sehingga pagi ini,,,,,,Byurrrrrr. Seember air tumpah ruah di atas ranjang yang ditiduri Fallen. Ia pun langsung terbangun dengan ekspresi gelagapan. Ia seperti tenggelam di atas ranjang besar tersebut."Dasar pemalas!" Arjun meneriaki Fallen yang masih mengumpulkan kesadarannya.Fallen mengusap wajahnya. Membiarkan sisa air dari wajahnya jatuh ke bawah. Ia melihat ke arah jendela, ternyata sudah hampir siang.Ia mengutuk dirinya sendiri karena bergadang membaca buku hingga subuh. Setelah melaksanakan sholat subuh, ia tertidur hingga sekarang, jam sebelas siang.Kenapa Arjun masih ada di rumah di jam itu, karena ini adalah hari Minggu."Ma-maafkan saya, Tuan. Saya akan membersihkan ranjang ini." Fallen bangkit dari posisinya, lalu berdiri hendak membersihkan ranjang yang sudah banjir itu."Sudah, tidak u
Sore hari pun tiba. Saat ini, adalah saat yang paling di tunggu Fallen. Bagaimana tidak? Ia akan menyaksikan matahari terbenam secara langsung. Ia sudah membersihkan diri di hotel, lalu kembali ke pantai untuk menyaksikan saat-saat matahari terbenam.Ia sudah berdiri menghadap arah matahari, melihat waktu di mana mataharimenghilang di bawah gariscakrawala di sebelah barat.Setelah menyaksikan peristiwa indah itu, ia menyeka sudut matanya. "Ternyata dia sangat indah.""Menurut ku tidak.""Mana mungkin, matahari yang,,,,,," Fallen menghentikan ucapannya saat menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya yang menyaksikan matahari yang terbenam itu. Ia menoleh ke sumber suara dan terkejut melihat keberadaan Arjun di belakangnya."Tu,,Tuan.""Ternyata kau kesini hanya untuk melihat peristiwa membosankan ini?" Arjun menatap heran."
Keesokan harinya, suasana di rumah Arjun menjadi riuh. Bagaimana tidak, saat Arjun membuka ponselnya, ia melihat banyak artikel yang memuat foto Fallen dan dirinya saat berada di pantai semalam. Foto diambil saat mereka baru sampai di pantai itu. Tak hanya itu, foto saat mereka melihat matahari terbenam pun ikut terpampang jelas.Berbagai judul artikel menjadi trending topik di jagat Internet.Arjun Wijaya ternyata memiliki kekasih. Siapakah wanita misterius yang berhasil meluluhkan hati Big Boss tersebut?Ternyata, Arjun Wijaya diam-diam sudah mempunyai pacar. Mengapa ia menyembunyikan hal tersebut?Seperti apakah sosok yang berhasil mencuri hati sang dewa bisnis?Diduga, pacaran diam-diam, beginilah potret kekasih Arjun Wijaya."Aaarrrggghhh, sial! Kenapa liburan kemarin bisa bocor?!" Arjun melempar ponselnya ke lantai hingga menyebabkan ponsel tersebut han
Pada malam harinya, Fallen sudah bersiap. Ia mengenakan gaun terbaik, dirias secantik mungkin, hingga Arjun nyaris tak dapat mengenalinya. Ya, saat ini, Arjun tengah menatap Fallen dari atas hingga ke bawah. Sempurna! Penampilan seperti inilah yang Arjun sukai. Berbalut gaun panjang, rambut ikal sepunggung, dipadu dengan make up yang terlihat senatural mungkin.Fallen tampak tertunduk dipandangi seperti itu oleh Arjun. Segera, Arjun tersadar dari lamunannya, mengalihkan pandangan ke arah lain."Jim, apakah semua sudah siap?""Sudah, Tuan.""Baiklah, ayo." Arjun pun mengajak Fallen pergi ke atap rumahnya.Awalnya Fallen merasa heran, kenapa Arjun malah mengajaknya ke atap, bukan ke mobil. Namun, saat ia melihat sebuah helikopter mendarat tepat di atap rumah besar dan luas itu, barulah ia sadar, bahwa mereka akan pergi dengan helikopter tersebut.Fallen gemetar
Makan malam telah selesai, klarifikasi Arjun pun telah diterima dengan baik oleh mereka. Tibalah saatnya mereka membubarkan diri dari kapal pesiar mewah itu.Setelah melepas kepergian para kliennya, Arjun dan Fallen pun segera naik helikopter dan pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Arjun berjalan beriringan dengan Fallen. Tanpa sengaja, tangannya bersentuhan dengan tangan Fallen yang terasa sangat dingin."Kenapa kau dingin sekali?" tanya Arjun di tengah derap langkahnya."Saya rasa karena udara laut yang dingin, suamiku. Saya tidak pernah berada di ketinggian kapal pesiar dan menikmati angin laut yang menusuk tulang.""Dasar payah, begitu saja kau sudah sakit.""Maafkan saya, suamiku.""Bisakah kau tidak menggunakan bahasa formal? Aku risih mendengarnya.""Maafkan saya, eh, maafkan aku, suamiku."
Keesokan harinya, Fallen dan Arjun telah siap berangkat menuju gedung Wijaya guna mengadakan konferensi pers. Sudah banyak awak media yang berkerumun di depan gerbang rumah Arjun setelah ia mengumumkan konferensi pers yang akan ia adakan hari ini. Meskipun akan diadakan mediasi, namun para wartawan itu tidak sabar meliput berita tentangnya hingga harus berdesak-desakan di depan gerbang rumahnya."Bagaimana aku bisa keluar melewati kerumunan itu? Jumlah mereka lebih banyak dari jumlah pengawal ku. Apa-apaan mereka, memangnya aku artis terkenal sehingga harus dikerumuni begini?" Arjun berdecak kesal. Ia tampak memikirkan cara agar bisa keluar melewati kerumunan itu.Fallen menatap Arjun dengan ragu, ia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun ia takut.Arjun melihat raut wajah Fallen. "Jika kau punya usul, katakan saja!""I-iya, suamiku. Begini, bagaimana kalau Jim menyamar sebagai dirimu, memakai se
Sudah satu minggu sejak konferensi pers itu digelar. Nama Fallen menjadi topik hangat sampai saat ini. Wajahnya terus saja tersorot di televisi maupun media online lainnya. Berbagai berita mengenai dirinya masih jadi perbincangan. Siapakah dia? Darimana asalnya? Keluarganya? Banyak yang menelusuri semua sekolah di kota itu, namun tak satupun sekolah yang mencantumkan namanya. Karena Gunanda menyimpan rapat data pribadi Fallen sejak ia kecil.Arjun tidak terlalu menanggapi berita-berita tidak penting itu, selagi tidak ada judul-judul yang menggangu matanya. Sepertinya, ancamannya saat konferensi pers itu, diingat oleh para wartawan.Sampai saat ini pun, Arjun masih belum mengetahui siapa orang yang mengambil gambar mereka. Bahkan akun palsu yang pertama kali meng-upload foto mereka pun tidak bisa dilacak. Sepertinya, orang itu bukanlah orang sembarangan.Arjun sedang berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mengerjakan sesuat
Sore harinya, terdengar suara tawa dari taman belakang.Kate yang merasa heran langsung mendatangi adanya sumber suara itu."Bagaimana? Terasa, kan?" tanya Fallen sambil menempelkan kepala Arjun di perutnya."Hahaha, dia baru saja menendangku." Arjun tergelak saat merasakan tendangan di bagian pipinya."Sepertinya dia ingin menjadi pemain sepak bola." Fallen menanggapi."Ya, kalau begitu, aku harus mempersiapkan lapangan sepak bola untuknya nanti," sahut Arjun dengan antusias."Jadi benar, anaknya laki-laki?" tanya Kate yang baru saja datang menghampiri mereka."Siapa yang bilang?" tanya Arjun."Kau ingin membelikannya lapangan sepak bola. Dia pasti laki-laki, iya, kan? Kalian tidak mau memberitahu kami hasil USG. Memangnya apa salahnya kalau kami tahu.""Kakak, bukan begitu, kami hanya tida
"Arjun!" teriak Airin yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Arjun dan Fallen. "Hmmm, ada apa, Bu? Kenapa teriak-teriak?" tanya Arjun yang masih berbaring di atas ranjangnya dengan pakaian kerjanya. "Sedang apa kau di sini, Nak. Apa kau tahu, Kate kerepotan karena mengurus klien yang kau tinggalkan di restoran barusan." Arjun bangkit dari posisi berbaring nya. "Aku terpaksa meninggalkan mereka karena Fallen tiba-tiba saja memintaku pulang dengan sebuah tangisan dari seberang telepon." "Hah? Ada apa dengannya?" tanya Airin dengan khawatir. "Mau melahirkan? Tapi kan masih beberapa minggu lagi." "Tidak, Bu. Ternyata dia hanya merindukan aku. Dia bahkan tidak mau berpisah jauh-jauh dariku. Dan sekarang aku disuruh menunggunya yang sedang mandi." Arjun menjelaskan. "Astaga, ibu kira apa. Lalu, kenapa kau terlihat mengantuk sekali?" Airin berja
Beberapa bulan telah berlalu. Kini, hidup Arjun maupun Fallen sudah bahagia. Mereka tengah menantikan kehadiran buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia ini, hanya tinggal menghitung minggu.Rania dan Airin tinggal di sebelah rumah Arjun. Ya, Arjun membeli rumah untuk nenek dan ibunya tepat di samping rumahnya agar ia mudah jika ingin bertemu dengan mereka. Terlebih lagi, Fallen yang tengah hamil trimester ke-tiga itu tidak bisa terlalu lama melakukan perjalanan.Pagi ini, bertepatan dengan hari libur, mereka tengah bersantai di taman belakang rumah. Ditemani Kate dan Airin. Sedangkan Rania sedang ada acara arisan di rumah temannya."Indah sekali pagi ini, ya, Bu." Arjun menatap langit yang sama sekali tidak ada matahari karena tertutup awan mendung."Indah apanya? Ini sedang mendung," gerutu Kate."Aku berkata pada ibu ku, bukan pada mu." Arjun menatap Kate dengan kesal.
Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh seluruh stasiun televisi. Pasalnya, hari ini, jam ini, detik ini tengah diadakan konferensi pers oleh Arjun dan Fallen di sebuah gedung yang merupakan milik Arjun.Para reporter mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka. Dengan jelas, Arjun menceritakan setiap detail kejadian yang mereka alami. Begitu juga dengan Fallen, ia menceritakan bagaimana kejahatan ayahnya terbongkar."Jadi, karena kecelakaan yang disengaja oleh Gunanda, makanya Nona Fallen berhasil mengingat kenangan masa kecil yang menyimpan rahasia besar tersebut?" tanya seorang reporter."Benar, bisa dikatakan, bahwa Gunanda sendirilah yang telah membuat kejahatannya selama ini terbongkar." Arjun menjawab."Tuan, kami dengar, Anda membantu anak dari orang yang dijadikan kambing hitam, setelah ditelusuri, ternyata suami dari wanita itu adalah Tuan Danu, yang mempunyai hutang
Arjun merangkul pundak Fallen, menemaninya berjalan keluar dari lapas tersebut setelah polisi memastikan semua bukti yang ada di kartu memori yang ia bawa adalah asli. Dengan begitu, Gunanda akan segera diproses hukum sebagaimana mestinya.Sepanjang perjalanan Fallen masih saja menangis. Bukan karena kenyataan pahit yang kini ia terima, melainkan karena ia adalah seorang yatim piatu. Tiada ayah dan ibu, hanya sebatang kara di dunia ini."Bahkan dulu aku sangat menyayanginya meski dia sangat membenciku." Fallen menangis tersedu-sedu."Tenangkan dirimu, Sayang." Arjun memeluk Fallen, lalu mengusap rambutnya dengan lembut."Aku bahkan menyesali kenapa ingatanku malah pulih. Lebih baik aku hilang ingatan seumur hidup, daripada mengetahui bahwa kenyataan sepahit ini.""Sayang, dengarkan aku, ini semua adalah takdir. Kau tidak boleh menyesalinya. Bayangkan jika saat ini ingatanmu belum
Flashback On Setelah kecelakaan yang menimpa Arjun, Fallen, serta Kate, satu persatu ingatan Fallen mulai muncul. Semula, ia berpikir bahwa itu adalah mimpi. Namun, lama-kelamaan bayangan itu semakin jelas. Beberapa kali ia mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya serta ibunya yang ternyata disebabkan mobil yang kehilangan kendali karena dikejar seseorang. Hingga saat ia sudah pulang dari rumah sakit, ia akhirnya mengingat seluruh memori yang selama ini hilang. Dan salah satunya adalah penyebab kecelakaan dan ucapan sang ibu yang selama ini selalu mengisi mimpinya namun hanya sepenggal. Sedangkan kali ini, ucapan ibunya terngiang sangat jelas. Saat Arjun menanyakan perihal sikapnya yang aneh, Fallen belum berani mengatakan perihal ingatannya. Namun, setelah ia mendengar bahwa Gunanda berusaha mencelakai mereka, barulah ia bertekad membuka kedok Gunanda. Pagi ini, setelah Arjun perg
Beberapa hari kemudian.Seorang pebisnis yang bernama Gunanda Permana diamankan pihak kepolisian setelah terbukti melakukan tindakan percobaan pembunuhan terhadap Arjun Wijaya.Begitulah berita yang saat ini tengah menggemparkan dunia bisnis. Ya, Gunanda ditangkap pagi ini setelah Arjun menyerahkan semua bukti atas tindak kriminal yang ia lakukan.Ditemui di kediamannya, Arjun tak banyak bicara saat ia melewati para wartawan yang telah menunggunya di depan gerbang rumahnya.Dengan mobil mewahnya, ia pun melaju ke kantor polisi untuk menemui Gunanda untuk mendapatkan jawaban atas apa yang telah ia perbuat.Sepanjang jalan, Arjun hanya diam. Ia masih memikirkan Fallen yang memang terlihat sangat aneh belakangan ini. Contohnya seperti malam tadi.Flashback OnArjun dan Fallen baru selesai makan malam. Mereka pun duduk di sofa kamar itu.
Hari ini, Kate dan Fallen sudah boleh pulang ke rumah. Dengan dituntun Arjun, Fallen melangkah dengan perlahan menuju pintu utama rumah mereka.Sedangkan Kate dituntun Jim meskipun berkali-kali menolak, bahkan menginjak kaki Jim."Kate, bisakah kau bersikap sedikit lembut pada Jim?" tanya Arjun saat mereka sudah sampai ruang tamu rumah itu."Salah sendiri kenapa tidak menurut. Aku tidak hamil dan aku bukan wanita tua yang harus dituntun," gerutu Kate tanpa memperdulikan keberadaan Jim di samping Arjun."Maafkan kakak ipar, ya, Jim." Fallen menambahkan.Jim hanya mengangguk dan tersenyum. Ia tidak begitu peduli tentang hal yang mereka ucapkan, yang penting sekarang, kakinya seakan mati rasa karena terlalu sakit. Tenaga Kate memang lumayan kuat hingga injakan kakinya membuat Jim kesakitan."Sekarang katakan, apakah pelakunya sudah ditangkap?" tanya Kate pada Ar
Beberapa hari telah berlalu. Keadaan Fallen maupun Kate sudah berangsur membaik. Saat ini, Arjun tengah duduk di depan seorang wanita yang merupakan tersangka atas kasus kecelakaan yang menimpanya beberapa waktu lalu, yaitu Farah, wanita separuh baya yang pernah ia tolong, kedua anaknya pun selalu dijaga dan diberikan santunan setiap bulan.Farah ditetapkan sebagai tersangka setelah liontin miliknya yang berisikan fotonya dan keluarganya ada di sana.Saat kejadian kecelakaan itu pun, Farah tidak berada di rumah. Dan ketika ia berdalih, ia tidak punya alibi karena ia keluar tanpa bertemu dengan seseorang yang bisa menguatkan alibinya."Farah, apa salahku padamu? Setelah apa yang aku lakukan untukmu, kau malah mencoba membunuh keluarga ku." Arjun menatap Farah dengan tatapan penuh kekecewaan."Aku bersumpah, Arjun. Aku tidak mencelakai keluarga mu! Ku mohon, percayalah padaku!" Farah memohon sembari me