Keesokan harinya, Arjun baru saja pulang dari kantornya. Namun, ketika ia memasuki rumah, ia terkejut melihat seseorang berambut sepunggung tengah duduk di sofa ruang tamu sembari memperhatikan sebuah bunga plastik di dalam vas di atas meja. Ia seperti ingin menyentuhnya, namun enggan. Berkali-kali tangannya hendak menyentuh, namun ia kembali menarik tangannya.
"Apa bunga itu sangat menarik bagimu, sehingga kau ingin menyentuhnya tanpa seizin ku?" tanya Arjun sembari berjalan menghampiri Fallen yang posisinya membelakanginya, sehingga wajahnya tidak terlihat.
Mendengar hal itu, Fallen langsung berdiri tanpa berbalik. Wajahnya menjadi tegang, ia terus menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya.
"Kau kira kau siapa sehing,,,,," Ucapan Arjun terhenti setelah ia melihat wajah Fallen yang kini tampak berbeda.
Tidak ada wajah pucat seperti hantu, karena saat ini wajahnya sudah dilapisi oleh bedak dan li
Seminggu telah berlalu. Kaki Fallen sudah pulih, sehingga pagi ini,,,,,,Byurrrrrr. Seember air tumpah ruah di atas ranjang yang ditiduri Fallen. Ia pun langsung terbangun dengan ekspresi gelagapan. Ia seperti tenggelam di atas ranjang besar tersebut."Dasar pemalas!" Arjun meneriaki Fallen yang masih mengumpulkan kesadarannya.Fallen mengusap wajahnya. Membiarkan sisa air dari wajahnya jatuh ke bawah. Ia melihat ke arah jendela, ternyata sudah hampir siang.Ia mengutuk dirinya sendiri karena bergadang membaca buku hingga subuh. Setelah melaksanakan sholat subuh, ia tertidur hingga sekarang, jam sebelas siang.Kenapa Arjun masih ada di rumah di jam itu, karena ini adalah hari Minggu."Ma-maafkan saya, Tuan. Saya akan membersihkan ranjang ini." Fallen bangkit dari posisinya, lalu berdiri hendak membersihkan ranjang yang sudah banjir itu."Sudah, tidak u
Sore hari pun tiba. Saat ini, adalah saat yang paling di tunggu Fallen. Bagaimana tidak? Ia akan menyaksikan matahari terbenam secara langsung. Ia sudah membersihkan diri di hotel, lalu kembali ke pantai untuk menyaksikan saat-saat matahari terbenam.Ia sudah berdiri menghadap arah matahari, melihat waktu di mana mataharimenghilang di bawah gariscakrawala di sebelah barat.Setelah menyaksikan peristiwa indah itu, ia menyeka sudut matanya. "Ternyata dia sangat indah.""Menurut ku tidak.""Mana mungkin, matahari yang,,,,,," Fallen menghentikan ucapannya saat menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya yang menyaksikan matahari yang terbenam itu. Ia menoleh ke sumber suara dan terkejut melihat keberadaan Arjun di belakangnya."Tu,,Tuan.""Ternyata kau kesini hanya untuk melihat peristiwa membosankan ini?" Arjun menatap heran."
Keesokan harinya, suasana di rumah Arjun menjadi riuh. Bagaimana tidak, saat Arjun membuka ponselnya, ia melihat banyak artikel yang memuat foto Fallen dan dirinya saat berada di pantai semalam. Foto diambil saat mereka baru sampai di pantai itu. Tak hanya itu, foto saat mereka melihat matahari terbenam pun ikut terpampang jelas.Berbagai judul artikel menjadi trending topik di jagat Internet.Arjun Wijaya ternyata memiliki kekasih. Siapakah wanita misterius yang berhasil meluluhkan hati Big Boss tersebut?Ternyata, Arjun Wijaya diam-diam sudah mempunyai pacar. Mengapa ia menyembunyikan hal tersebut?Seperti apakah sosok yang berhasil mencuri hati sang dewa bisnis?Diduga, pacaran diam-diam, beginilah potret kekasih Arjun Wijaya."Aaarrrggghhh, sial! Kenapa liburan kemarin bisa bocor?!" Arjun melempar ponselnya ke lantai hingga menyebabkan ponsel tersebut han
Pada malam harinya, Fallen sudah bersiap. Ia mengenakan gaun terbaik, dirias secantik mungkin, hingga Arjun nyaris tak dapat mengenalinya. Ya, saat ini, Arjun tengah menatap Fallen dari atas hingga ke bawah. Sempurna! Penampilan seperti inilah yang Arjun sukai. Berbalut gaun panjang, rambut ikal sepunggung, dipadu dengan make up yang terlihat senatural mungkin.Fallen tampak tertunduk dipandangi seperti itu oleh Arjun. Segera, Arjun tersadar dari lamunannya, mengalihkan pandangan ke arah lain."Jim, apakah semua sudah siap?""Sudah, Tuan.""Baiklah, ayo." Arjun pun mengajak Fallen pergi ke atap rumahnya.Awalnya Fallen merasa heran, kenapa Arjun malah mengajaknya ke atap, bukan ke mobil. Namun, saat ia melihat sebuah helikopter mendarat tepat di atap rumah besar dan luas itu, barulah ia sadar, bahwa mereka akan pergi dengan helikopter tersebut.Fallen gemetar
Makan malam telah selesai, klarifikasi Arjun pun telah diterima dengan baik oleh mereka. Tibalah saatnya mereka membubarkan diri dari kapal pesiar mewah itu.Setelah melepas kepergian para kliennya, Arjun dan Fallen pun segera naik helikopter dan pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Arjun berjalan beriringan dengan Fallen. Tanpa sengaja, tangannya bersentuhan dengan tangan Fallen yang terasa sangat dingin."Kenapa kau dingin sekali?" tanya Arjun di tengah derap langkahnya."Saya rasa karena udara laut yang dingin, suamiku. Saya tidak pernah berada di ketinggian kapal pesiar dan menikmati angin laut yang menusuk tulang.""Dasar payah, begitu saja kau sudah sakit.""Maafkan saya, suamiku.""Bisakah kau tidak menggunakan bahasa formal? Aku risih mendengarnya.""Maafkan saya, eh, maafkan aku, suamiku."
Keesokan harinya, Fallen dan Arjun telah siap berangkat menuju gedung Wijaya guna mengadakan konferensi pers. Sudah banyak awak media yang berkerumun di depan gerbang rumah Arjun setelah ia mengumumkan konferensi pers yang akan ia adakan hari ini. Meskipun akan diadakan mediasi, namun para wartawan itu tidak sabar meliput berita tentangnya hingga harus berdesak-desakan di depan gerbang rumahnya."Bagaimana aku bisa keluar melewati kerumunan itu? Jumlah mereka lebih banyak dari jumlah pengawal ku. Apa-apaan mereka, memangnya aku artis terkenal sehingga harus dikerumuni begini?" Arjun berdecak kesal. Ia tampak memikirkan cara agar bisa keluar melewati kerumunan itu.Fallen menatap Arjun dengan ragu, ia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun ia takut.Arjun melihat raut wajah Fallen. "Jika kau punya usul, katakan saja!""I-iya, suamiku. Begini, bagaimana kalau Jim menyamar sebagai dirimu, memakai se
Sudah satu minggu sejak konferensi pers itu digelar. Nama Fallen menjadi topik hangat sampai saat ini. Wajahnya terus saja tersorot di televisi maupun media online lainnya. Berbagai berita mengenai dirinya masih jadi perbincangan. Siapakah dia? Darimana asalnya? Keluarganya? Banyak yang menelusuri semua sekolah di kota itu, namun tak satupun sekolah yang mencantumkan namanya. Karena Gunanda menyimpan rapat data pribadi Fallen sejak ia kecil.Arjun tidak terlalu menanggapi berita-berita tidak penting itu, selagi tidak ada judul-judul yang menggangu matanya. Sepertinya, ancamannya saat konferensi pers itu, diingat oleh para wartawan.Sampai saat ini pun, Arjun masih belum mengetahui siapa orang yang mengambil gambar mereka. Bahkan akun palsu yang pertama kali meng-upload foto mereka pun tidak bisa dilacak. Sepertinya, orang itu bukanlah orang sembarangan.Arjun sedang berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mengerjakan sesuat
Kate menatap Arjun dengan lekat. Matanya menunjukkan kasih sayang yang besar pada adiknya itu. "Apa kau masih berpindah kamar?""Hmmm.""Kau sudah dewasa, kenapa masih berpindah kamar. Bibi Airin sedang sakit, tidak ada yang akan memindahkan mu secara diam-diam. Selain menakutkan, kau juga berat.""Kate!" Arjun menatap kesal pada Kate."Iya, maaf. Sebenarnya apa yang kau khawatirkan jika kau tidak berpindah kamar?"Arjun tertunduk. Ia kembali mengingat peristiwa mengerikan itu. Lamunannya terhenti saat Kate menepuk punggungnya."Katakan, Arjun. Aku tahu kau tidak tidur sekamar dengan istrimu karena kau masih dibayang-bayangi masa lalumu. Kenapa kau terus aja terpengaruh, kau harus bangkit, kau tidak boleh kalah dengan rasa takutmu sendiri." Kate terus meyakinkan Arjun."Apa yang harus aku lakukan? Aku pernah tidur dengan ayah saat ia keti