Makan malam telah selesai, klarifikasi Arjun pun telah diterima dengan baik oleh mereka. Tibalah saatnya mereka membubarkan diri dari kapal pesiar mewah itu.
Setelah melepas kepergian para kliennya, Arjun dan Fallen pun segera naik helikopter dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Arjun berjalan beriringan dengan Fallen. Tanpa sengaja, tangannya bersentuhan dengan tangan Fallen yang terasa sangat dingin.
"Kenapa kau dingin sekali?" tanya Arjun di tengah derap langkahnya.
"Saya rasa karena udara laut yang dingin, suamiku. Saya tidak pernah berada di ketinggian kapal pesiar dan menikmati angin laut yang menusuk tulang."
"Dasar payah, begitu saja kau sudah sakit."
"Maafkan saya, suamiku."
"Bisakah kau tidak menggunakan bahasa formal? Aku risih mendengarnya."
"Maafkan saya, eh, maafkan aku, suamiku."
Keesokan harinya, Fallen dan Arjun telah siap berangkat menuju gedung Wijaya guna mengadakan konferensi pers. Sudah banyak awak media yang berkerumun di depan gerbang rumah Arjun setelah ia mengumumkan konferensi pers yang akan ia adakan hari ini. Meskipun akan diadakan mediasi, namun para wartawan itu tidak sabar meliput berita tentangnya hingga harus berdesak-desakan di depan gerbang rumahnya."Bagaimana aku bisa keluar melewati kerumunan itu? Jumlah mereka lebih banyak dari jumlah pengawal ku. Apa-apaan mereka, memangnya aku artis terkenal sehingga harus dikerumuni begini?" Arjun berdecak kesal. Ia tampak memikirkan cara agar bisa keluar melewati kerumunan itu.Fallen menatap Arjun dengan ragu, ia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun ia takut.Arjun melihat raut wajah Fallen. "Jika kau punya usul, katakan saja!""I-iya, suamiku. Begini, bagaimana kalau Jim menyamar sebagai dirimu, memakai se
Sudah satu minggu sejak konferensi pers itu digelar. Nama Fallen menjadi topik hangat sampai saat ini. Wajahnya terus saja tersorot di televisi maupun media online lainnya. Berbagai berita mengenai dirinya masih jadi perbincangan. Siapakah dia? Darimana asalnya? Keluarganya? Banyak yang menelusuri semua sekolah di kota itu, namun tak satupun sekolah yang mencantumkan namanya. Karena Gunanda menyimpan rapat data pribadi Fallen sejak ia kecil.Arjun tidak terlalu menanggapi berita-berita tidak penting itu, selagi tidak ada judul-judul yang menggangu matanya. Sepertinya, ancamannya saat konferensi pers itu, diingat oleh para wartawan.Sampai saat ini pun, Arjun masih belum mengetahui siapa orang yang mengambil gambar mereka. Bahkan akun palsu yang pertama kali meng-upload foto mereka pun tidak bisa dilacak. Sepertinya, orang itu bukanlah orang sembarangan.Arjun sedang berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mengerjakan sesuat
Kate menatap Arjun dengan lekat. Matanya menunjukkan kasih sayang yang besar pada adiknya itu. "Apa kau masih berpindah kamar?""Hmmm.""Kau sudah dewasa, kenapa masih berpindah kamar. Bibi Airin sedang sakit, tidak ada yang akan memindahkan mu secara diam-diam. Selain menakutkan, kau juga berat.""Kate!" Arjun menatap kesal pada Kate."Iya, maaf. Sebenarnya apa yang kau khawatirkan jika kau tidak berpindah kamar?"Arjun tertunduk. Ia kembali mengingat peristiwa mengerikan itu. Lamunannya terhenti saat Kate menepuk punggungnya."Katakan, Arjun. Aku tahu kau tidak tidur sekamar dengan istrimu karena kau masih dibayang-bayangi masa lalumu. Kenapa kau terus aja terpengaruh, kau harus bangkit, kau tidak boleh kalah dengan rasa takutmu sendiri." Kate terus meyakinkan Arjun."Apa yang harus aku lakukan? Aku pernah tidur dengan ayah saat ia keti
Keesokan harinya, Arjun bersiap berangkat, namun tidak ke kantor karena hari libur. Ia akan berangkat ke suatu tempat. Hari ini adalah jadwalnya mengunjungi dan menjenguk yang menjadi tanggung jawabnya.Ia hanya bersama Jim dan seorang sopir, juga dua orang pengawal di mobil yang lain. Sedangkan Kate mengajak Fallen berjalan-jalan ke mall.Mobil sampai di sebuah rumah yang tak terlalu besar. Tampak dua orang remaja laki-laki dan perempuan menghampiri dirinya. Mereka memeluk Arjun dan mencium punggung tangannya."Bagaimana kabar kalian?" tanya Arjun seraya melangkah bersama dengan kedua remaja itu menuju dalam rumah."Baik, Paman. Kami sangat merindukan Paman," ucap salah seorang remaja perempuan bernama Devi, sedangkan kakak laki-lakinya bernama Dava."Maaf, aku baru bisa mengunjungi kalian sekarang, pekerjaan membuat aku tak punya banyak waktu." Arjun mendudukkan dirinya di sofa
Fallen dan Kate sedang berjalan-jalan ke mall. Mereka tidak hanya berdua. Mereka dikawal oleh beberapa orang pengawal. Itupun sudah membuat mereka risih karena orang-orang melihat ke arah mereka. Entah dalam penilaian seperti apa karena kebanyakan pria sedang menatap Kate.Kate yang memang bergaya modis berhasil mencuri mata para lelaki yang melihat nya berjalan dengan anggunnya.Sedangkan pada Fallen, jangankan melihat, melirik saja pun mereka tidak berani. Karena, setelah konferensi pers yang digelar Arjun, tentu tidak ada yang berani mendekati atau bahkan hanya sekadar memandang."Lihatlah mata para buaya itu, benar-benar menjijikkan." Kate berbisik kepada Fallen."Buaya? Dimana ada buaya, Kak?" Fallen melihat ke kanan dan ke kiri dengan tatapan penuh ketakutan.Kate menepuk dahinya. "Bukan, bukan itu. Maksudku, buaya darat atau biasa disebut pria hidung belang."
Kate menggenggam tangan Fallen, menatapnya dengan penuh harapan. "Adik ipar, maukah kau melakukan satu hal untuk Arjun?""Melakukan apa, Kak?""Bujuklah dia agar dia mau bertemu dengan ibunya."Fallen tertegun mendengar ucapan Kate. "Maaf, Kak. Sepertinya kau salah orang. Aku bukanlah yang seperti kau pikir. Maksudku, Arjun tidak mencintai ku. Jangankan mencintai, mempedulikan ku saja pun tidak. Dan juga, aku sangat takut padanya. Aku tidak akan berbicara jika dia tidak memulai duluan, Kak.""Tidak, dia itu sebenarnya tidak menakutkan. Sebenarnya dia itu mempunyai hati yang sangat baik. Hanya saja, demi mengantisipasi niat jahat seseorang, dia menjadi sosok yang terlihat kejam. Aku tanya padamu, pernahkan dia memukul, menampar, atau mencambuk mu?"Fallen langsung menggeleng."Jika dia memang kejam, dia pasti akan melakukan hal itu padamu tanpa ampun."
Keesokan harinya, tepat seperti yang direncanakan Fallen, akhirnya buku yang ia pesan pun diberikan Asti. Yaitu buku berjudul Berbakti kepada ibu, dan kisah-kisah anak durhaka."Bagaimana aku memberikan padanya? Mana mungkin aku menawarkan buku ini padanya, sama saja aku yang membuat bom untukku sendiri," gumam Fallen."Baiklah, sepertinya, aku harus membaca buku ini saat dia sedang membaca buku yang lain." Fallen meletakkan satu buku berjudul Berbakti kepada ibu, lalu membaca buku kisah-kisah anak durhaka.Tak berselang lama, Arjun pun pulang. Dengan segera, ia menghampiri Arjun, lalu mencium punggung tangannya. Namun ada yang berbeda hari ini.Ketika Fallen mencium punggung tangan Arjun, tanpa disangka, Arjun malah mengusap kepalanya dengan pelan, lalu mengusap pipinya dengan ibu jari. Tentu saja perlakuan Arjun membuat jantung Fallen hampir runtuh. Ia tidak pernah menyangka jika Arjun akan berlaku
Selesai membaca buku, Arjun bergegas ke ruang kerjanya. Membaca memang membuatnya tidak fokus pada pekerjaan, sehingga ia harus bekerja sampai larut malam.Fallen makan malam sendirian karena Arjun masih ada di ruang kerjanya. Sedangkan Kate sedang ada urusan penting di luar. Setelah selesai makan, ia melihat Asti mengisi nampan dengan berbagai lauk pauk dan nasi, serta air minum."Asti, mau dibawa kemana?" tanya Fallen."Saya akan membawanya kepada Tuan Arjun.""Biarkan aku saja." Fallen segera meraih nampan yang dipegang Asti, lalu membawanya ke ruang kerja Arjun.Bunyi bel pintu membuat Arjun menghentikan aktivitasnya. Ia segera melihat dari monitor, ternyata yang datang adalah Fallen dengan sebuah nampan berisi makanan.Ia pun segera membuka pintu, lalu mengambil nampan dari tangan Fallen. Namun, saat nampan sudah terlepas, Fallen tak kunjung pergi. Hal i