Beranda / CEO / Dipaksa Menikah dengan CEO / Bab 6 Tampan itu Keharusan Tapi Cinta yang Utama

Share

Bab 6 Tampan itu Keharusan Tapi Cinta yang Utama

Penulis: Dewly Lily
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-24 17:06:24

"Nona Thara masih di sana?" tanya Malvin berhasil menyadarkan Moza yang tengah kemelut dengan pikirannya.

"Ah, iya. Saya tahu! Kenapa saya tidak mau menikah dengan Tuan!" sahut Moza kembali tersadar. Ia harus mendeklarasikan penolakannya. Jika tidak bisa-bisa ia habis oleh Thara nanti.

"Kenapa, Nona?" Malvin mengkonfirmasi alasan dirinya ditolak.

"Karena Tuan bukan tipe saya!" tandas Moza memberitahu.

"Tipe seperti apa yang Nona Thara sukai?" Malvin balik bertanya, dengan tenang menanggapi.

"Yang jelas yang tidak mengajak menikah lewat telepon," sahut Moza asal.

"Baik, jadi kapan kita bisa bertemu?"

"Apa! Tidak! Saya tidak mau bertemu Tuan lagi. Kencan buta kemarin adalah pertemuan terakhir kita," tandas Moza mencak-mencak.

Tut!

Moza mematikan panggilan, merasa frustasi.

"Aduh! Kenapa setelah kencan buta hidupku jadi banyak kejutan gini. Kuharap kejutan ini sudah berakhir. Kasihan jantungku." Moza menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan seraya mengusap dada. Tanpa sadar ia telah turun ke lantai satu.

Moza memutuskan untuk kembali ke lantai delapan, tempatnya bekerja. Saat pintu lift akan bertutup, seseorang masuk disusul satu orang di belakangnya. Moza sontak terbelalak.

'Pak CEO!' batin Moza berseru.

Di perusahaan yang seluas ini kenapa justru ia harus selift dengan pria tampan itu. Moza langsung menunduk, menutupi wajah dengan rambut yang langsung tergerai ke depan wajah. Dari sela rambut Moza dapat melihat jika Pak CEO berdua bersama seorang pria yang lebih dikenal sebagai sekretarisnya itu.

'Ya Tuhan tolonglah hambamu. Buat dua pria yang selift denganku ini, khususnya yang paling ganteng yang berdiri di hadapanku tak menyadari siapa aku sekarang. Hamba tidak mau dipecat ya Tuhan!' rapal Moza bersandar di pojokan. Mencoba bersikap layaknya patung.

Namun, sebuah panggilan justru langsung terlayangkan.

"Permisi, Nona," ucap Savian mengalihkan atensi ke arah Moza.

'Mati aku! Apakah aku ketahuan?'

Moza hanya merespon dengan anggukan.

"Nona akan ikut kami ke lantai lima belas?" tanya Savian membuat Moza cengo. Maksudnya apa? Apakah ia akan diadili di sana.

"Ah, maksud saya, ini sudah sampai di lantai delapan." Savian memberitahu, menunjuk papan lift.

Membuat Moza akhirnya tersadar. Setelah mengangguk memberi hormat, wanita itu bergegas pergi dengan rambut yang masih menutupi wajahnya. Untung-untung dia tak terjatuh.

"Aneh sekali model rambut zaman sekarang," ketus Malvin tak sengaja memperhatikan karyawan wanita yang terburu-buru keluar lift. Entah kenapa ia masih kesal dengan penolakan yang ia terima beberapa menit lalu.

Savian tersenyum. "Perkembangan mode memang selalu di luar nalar. Mungkin itu gaya rambut terbaru," balas Savian positif menanggapi.

***

Tepat pukul 17.00 WIB Moza merapikan meja kerja. Waktunya untuk pulang telah tiba, setelah selesai wanita itu melangkah seraya melambai ke teman kerjanya yang lain izin pulang duluan. Akhirnya setelah seharian bekerja ia bisa pulang, walaupun hari ini cukup berat baginya.

Moza berharap hidupnya akan tenang sekarang. Ia hanya ingin cepat pulang kemudian beristirahat. Namun, saat baru tiba di lobi perusahaan sebuah panggilan masuk membuat teleponnya berdering.

"Halo," sapa Moza menerima panggilan.

"Apa kau gila!" maki Thara di seberang sana berhasil membuat telinga Moza berdenging.

"Kau yang gila!" balas Moza kesal bisa-bisa ia kehilangan pendengaran karena rutukan sahabatnya itu. Sejenak Moza menjadi pusat perhatian karyawan lain yang sama-sama hendak pulang. Namun, dengan cepat pula orang-orang tak mempedulikan hal tersebut dan lebih memilih melanjutkan langkah.

"Ada apa?" ketus Moza kemudian, telah melangkah keluar lobi dengan gawai menempel di telinga.

"Kata lu kencan buta kemarin berjalan lancar terus kenapa pihak pria meminta menetapkan tanggal pernikahan? Gue gak mau nikah sama pria yang gak gue cintai!" jelas Thara mencak-mencak penuh emosi.

"Apa!" Moza terkejut mendengarnya.

"Lu, harus jelasin ke gue apa yang terjadi dengan kencan buta kemarin. Temui gue di kedai seblak pinggir jalan!" tuntut Thara kemudian menutup panggilan.

"Ah, sial! Gue pingin istirahat. Kenapa jadi runyam gini sih." Moza mendesah tak bersemangat. Ia benar-benar lelah hari ini.

Sekitar tiga puluh menit naik bus Moza akhirnya sampai di kedai seblak langganan Moza dan Thara sejak masa SMA. Terlihat dari kejauhan Thara tengah menyeruput mie di atas mangkok.

"Bu Yul, seblak buatan Ibu memang paling the best sejak dulu," puji Thara kepada pemilik kedai seblak langganan yang langsung ditanggapi dengan senyum cerah Bu Yuli yang tengah sibuk memasak seblak pesanan pelanggan lain.

"Udah lama nunggu?" tanya Moza seraya menarik kursi plastik di depan Thara.

"Lumayan, cepetan cerita! Gue udah pesenin seblak buat lo," desak Thara, sekesal-kesalnya ia masih memikirkan Moza.

Moza tampak mendesah, ia bingung harus cerita dari mana.

"Jadi gue kan gantiin lo di kencan buta kemarin. Nah, gue jadi cewek nakal sesuai saran lo. Gue udah coba segala cara biar terlihat meyakinkan," jelas Moza membuat Thara menyipitkan mata.

"Cara apa yang lo pake?" sela Thara mengajukan pertanyaan.

"Gue ngaku sebagai maniak seks," jawab Moza ragu-ragu.

"Apa! Ngaku jadi maniak seks?" seru Moza membuat pelanggan yang lain langsung menoleh. Namun, wanita itu tak mempedulikannya.

"Iya, gue ngaku biasa satu lawan satu, satu lawan dua, satu lawan tiga. Main dengan pecut, rantai. Gue ngaku suka banget gituan," terang Moza seraya menunduk malu.

"Apa! Lo gila! Gue satu kali pun belum pernah ngerasain. Mana bisa gue jadi maniak seks!" sungut Thara tak terima. Reputasinya telah dirusak dalam sekejap oleh Moza yang mengaku sebagai dirinya di kencan buta kemarin.

"Kata lo gue harus jadi wanita nakal," balas Moza membela diri. Walaupun sebenarnya ia merasa tak enak hati kepada Thara karena kegilaannya di kencan buta kemarin.

"Terus kenapa pihak sana justru malah nerima?" sentak Thara tak habis pikir.

'Ya itu karena pria yang dijodohin sama lo itu pasien sakit jiwa mana mesum lagi,' batin Moza ingin mengucapkan kalimat itu, tetapi ia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan perjodohan yang telah membuat hidupnya tidak tenang.

"Mungkin karena memang dari pihak sana ingin menjalin hubungan kerja sama yang lebih jauh dengan perusahaan ayahmu," jawab Moza terdengar masuk akal.

"Tapi gue gak mau nikah sama pria yang gak gue cinta. Hiks!" rengek Thara begitu sedih.

"Calon suamimu cukup tampan kok. Jadi gak perlu sedih gitu," celetuk Moza memberitahu seraya meraih gelas es teh milik Thara karena pesanannya tak kunjung dibuatkan oleh Ibu Yuli yang terlihat sibuk memasak pesanan.

"Tampan memang harus tapi cinta yang utama. Apalagi dia tak mempermasalahkan jika calon istrinya adalah seorang maniak seks. Fiks, pasti dia yang bermasalah," cerocos Thara tepat sasaran. Membuat Moza menelan air liurnya. Feeling sahabatnya memang tak pernah salah.

"Em, intinya gue udah ngelakuin tugas gue buat dateng ke kencan buta. Jadi mana bayaran gue," tagih Moza teringat jika tiga hari lagi adalah tegat waktu ia membayar pinjaman kantor.

"Gue tambahin bonus kalo lo mau temuin pria itu lagi," tawar Thara mengeluarkan amplop berisi uang.

"Gak! Gue gak mau ngorbanin pekerjaan gue," tolak Moza meraih amplop yang akan diberikan Thara dengan ragu-ragu.

Thara menahan amplop tersebut. "Ngorbanin pekerjaan? Maksud lo?" Thara menyipitkan mata seraya memanyunkan bibir.

"Pria yang dijodohkan sama lo itu CEO di perusahaan gue," ungkap Moza sama sinisnya.

"Apa!" Thara yang terkejut refleks melepaskan amplop yang ia pegang.

Moza mengecek isi amplop. "Iya, ini gara-gara lo gak ngasi tahu gue siapa pria yang dateng ke kencan buta. Untung gue jago akting, jadi gue bisa selamat walaupun di kantor tiap hari berasa spot jantung," kesal Moza memberitahu.

Thara menjadi berkaca-kaca. "Karena lo jago akting jadi tolong temuin CEO lo ya. Bilangin gue gak mau menikah sama dia. Nanti gue kasih bonus gede," harap Thara dengan ekspresi memohon.

"Lo gila ya!" amuk Moza menggebrak meja. Membuat pelanggan di sekitar terkejut. Bu Yuli yang sudah selesai membuat seblak mengalihkan atensi pengunjung untuk bisa memaklumi. Moza yang menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian meminta maaf kepada Bu Yuli serta pelanggan lain.

"Za, lo gak kasihan apa ke gue? Hidup temen lo dipertaruhkan. Ini juga, kan karena lo. Jadi lo harus ikut tanggung jawab. Nanti beneran gue kasih bonus gede," bujuk Thara terdengar seperti tipu muslihat.

Moza hanya mendecih, ia tak langsung menjawab karena merasa tak enak hati kepada Bu Yuli yang mengampiri meja mereka mengantarkan seblak pesanan Moza. Haruskah ia pergi menemui Malvin lagi?

***

Tepat pukul 19.00 WIB Moza mengajak Malvin untuk bertemu di sebuah restoran di kawasan jakarta pusat. Restoran yang mengusung konsep elegan, mewah. Namun, tetap cozy ini begitu digemari oleh kalangan anak muda berkelas. Tak salah Moza memilih restauran ini untuk pertemuan dengan seorang pimpinan Batara Group karena di restauran ini terdapat tempat privat untuk pengunjungnya.

"Hah, susah memang menolak uang. Tapi aku juga merasa bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Bagaimana pun aku harus menjelaskan kepada Pak CEO bahwa pernikahan ini tidak boleh terjadi. Yeah, aku harus menolak ajakan nikah Pak CEO nanti saat ia datang." Tekad Moza terlihat begitu seksi dengan gaun merah yang ia kenakan.

Saat Moza mengalihkan atensi ke jam di pergelangan tangan sebuah suara berat memanggil. Moza mendongak, dilihatnya pria tampan dengan tubuh atletis itu menyapa. Kancing kemejanya tampak terbuka, rambutnya yang biasa rapi kini terlihat berantakan dengan keringat yang mengalir di sisi wajah tampan kemudian jatuh ke leher seksinya. Moza menelan air liur dengan susah payah.

'Kenapa Pak CEO terlihat berantakan seperti ini dan sialnya kenapa justru hatiku ikut tak karuan. Aduh, gak dilihat sayang. Dilihat terus takutnya jadi mabuk kepayang. Bagaimana ini?!

Bab terkait

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 7 Janji Tetaplah Sebuah Janji

    "Saya tidak menyangka Nona Thara mengajak saya bertemu secara mendadak," ucap Malvin setelah duduk tegap di hadapan Moza. Moza kembali tersadar, ia harus fokus. "Maafkan saya Tuan karena mendadak mengajak bertemu," balas Moza menyunggingkan senyum."Tidak, justru saya senang karena saya juga ingin bertemu Nona," timpal Malvin melepas setelan jasnya. Moza kembali menelan saliva."Maafkan saya Nona karena saya datang dengan penampilan berantakan. Kali ini saya mengalami hal yang tidak mengenakan di jalan," aku Malvin menyugar rambutnya. 'Heh! Malah minta maaf. Eh, gak! Pak CEO emang harus minta maaf. Bisa-bisanya rambutnya yang disugar, hatiku malah yang bergetar. Sialan!' rutuk Moza hatinya menangis haru dengan pemandangan indah yang baru saja ia lihat. "Jadi Nona berkaitan dengan pernyataan saya ditelepon kemarin. Saya ingin mengajak Nona—" Moza membola, ia tahu apa yang akan pria di hadapannya ucapkan. "Tuan Malvin mau pesan apa?" potong Moza dengan cepat. Hatinya belum siap denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 8 Bau-Bau Kesalahpahaman

    Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Malvin menyeringai menatap paras wanita yang tengah terlelap dalam tidurnya. "Tidak kusangka kau akan menungguku. Apakah ini yang dinamakan takdir? Sekarang kau jelas ditakdirkan menjadi jodohku," gumam Malvin menyunggingkan senyum. Kini ia sudah berada di hadapan Moza yang ketiduran dalam penantiannya. Wanita di hadapan Malvin tampak sangat cantik, Moza begitu anteng dalam tidurnya. Membuat Malvin refleks kembali tersenyum memperhatikan Moza yang bisa tertidur dalam posisi duduk. Sembari menunggu Moza terbangun, Malvin memeriksa beberapa berkas penting melalui gawai miliknya. Hingga, pelayan restoran membawa minuman pesanan Malvin. Sekitar satu jam kemudian, wanita yang telah Malvin tandai sebagai jodohnya itu tampak menggerakan tubuh.Moza mengerjap, hingga akhirnya membuka mata. Wanita itu tampak melihat Malvin di hadapannya."Nona sudah bangun?" sambut Malvin tersenyum kecil. S

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 9 Kedai Bubur Penebar Pesona

    Savian kembali terpokus pada lawan bicaranya. Dengan intens ia memperhatikan penampilan wanita yang dikenal sebagai anak tunggal InterPress Gruop tersebut yang telah ditandai Malvin sebagai istrinya. Nona Thara yang ia lihat sekilas saat pertemuan dengan atasannya beberapa hari yang lalu terlihat begitu berpenampilan seksi dengan make up tebal menghiasi wajah. Savian menelisik, memperhatikan penampilan wanita di hadapan. Penampilan anak tunggal InterPress Group kali ini justru terlihat berbeda dengan make up tipis serta setelan baju yang lumayan sopan.'Apakah wajah aslinya tanpa make up tebal memang seperti ini?' Savian menerka. "Maaf saya sedikit terkejut," cetus Thara mengendalikan diri dari keterkejutannya."Ada urusan apa ya Tuan mencari saya? Bukankah masalah perjodohan sudah terselesaikan kemarin?" tukas Thara menyesalinya. Hatinya menangis karena meminta Moza menolak lamaran pria setampan nan memesona di hadapannya."Ah, jika b

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 10 Keinginan Thara

    Di kamarnya yang hanya berukuran 3×4 meter itu Moza tengah sibuk mengecat kuku kakinya dengan kutek berwarna nude. Kamar yang dipenuhi dengan kenangan semasa bersekolah dulu tak berubah. Hanya bertambah beberapa dekorasi yang ikut menenuhi ruang kamar. Sejak SMA Moza sangat hobi membeli poster idol Kpop kesukaannya, bahkan poster tersebut masih awet memenuhi dinding kamar. Belum lagi pernak-pernik Kpop lainnya. Karena menjadi fangirl membuatnya betah menjomlo selama ini. Lebih tepatnya betah menunggu Rendy menyadari kehadirannya. Masa-masa SMA yang membuatnya memiliki sahabat seperti Thara sampai saat ini. Saat Moza tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi. Wanita itu meraih ponsel di atas nakas. Melihat nama kontak yang meneleponnya malam-malam. Tebakannya adalah Thara dan ternyata tepat sasaran."Ada apa, Ra?" tanya Moza langsung ke inti. "Gue baru ketemu Malvin," aku Thara membuat Moza langsung membola.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 11 Kesalahpahaman Terungkap

    Di tengah situasi canggung penuh kesalahpahaman. Thara teralihkan dengan seorang pria yang baru saja masuk ke dalam restoran. Sontak wanita itu membola menatap pria tampan tersebut. Ia tampak melangkah menuju meja Thara."Tuan Malvin," panggil Thara terpana ke arah pria tersebut. Malvin ikut mengalihkan atensi menatap sekretarisnya yang baru saja datang dengan senyuman yang tampak menyilaukan karena masuk ke restoran bertepatan dengan lampu pintu yang tiba-tiba dinyalakan."Dia adalah sekretaris saya," jelas Malvin memberitahu. Savian tampak duduk di meja yang lain. Menunggu atasannya selama pertemuan karena kunci mobil milik Malvin dipegang olehnya. "Apa?" Thara tak percaya dengan kebenaran yang ia peroleh."Sepertinya Nona salah paham dengan mengira sekretaris saya sebagai saya," ucap Malvin setelah menyimpulkan apa yang mungkin terjadi. "Jadi siapa wanita yang saya temui di kencan buta itu?" tanya Malvin langsung ke inti ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Part 12 Permintaan Si Soft Boy

    Savian tampak membuka pintu ruang CEO setelah dipersilakan masuk. Dengan langkah kakinya yang panjang membuat ia bisa cepat tiba di hadapan Malvin kurang dari tiga puluh detik dari pintu masuk ke depan meja kerja atasannya itu. Malvin tampak mengalihkan atensi menatap Savian lekat-lekat. Orang yang dipandangi merasa tidak nyaman. "Ada hal mendesak apa Pak CEO memanggil saya?" tanya Savian menghadap. Malvin tampak memangku wajahnya, dengan tatapan datar ia berucap, "Temuilah Nona Thara dan bujuk dia untuk mengatur pertemuanku dengan wanita yang mengantikannya di kencan buta." Nada perintah itu terdengar mendikte. Savian tidak bisa menolak perintah tersebut. Walaupun hal tersebut tidak menyangkut pekerjaannya. Namun, sudah bertahun-tahun Savian hidup dengan arahan Malvin yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sejak ia pertama kali menginjakan kaki di rumah besar tempat Malvin tinggal."Baik, Pak. Saya akan segera menemui Nona Thara," ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 13 Susah Nolak Cogan

    Thara ditengah kebimbangan, di satu sisi ia teringat dengan Moza, sahabatnya dan di satu sisi ia memikirkan perkataan Savian matang-matang. Walaupun perjodohan antara dirinya dan Malvin sudah selesai, tetapi apa yang dikatakan Savian ada benarnya juga. Seorang Malvin Alexander Batara, pasti tidak akan memberi ampun orang yang telah membohonginya. "Bisakah Nona Thara membantu saya?" pinta Savian dengan sepenuh hati. Tatapan kosong Thara kembali teralihkan menatap pria di hadapannya.Lihatlah wajah tampan menggemaskan itu, rahangnya yang tegas tampak memperjelas garis wajah menawannya. Kacamata frameless yang dikenakan tampak membingkai wajahnya dengan sempurna. Thara menelan ludah, kemudian refleks mengangguk. Ia tidak bisa menolak Savian. Tidak bisa!'Maafkan aku Moza, aku terayu oleh pria tampan!' "Terima kasih Nona. Saya harap kabar baik dari Nona dengan segera tentang waktu pertemuan," ucap Savian menyunggingkan senyum lebar yang terlalu terlihat menawan.'Emang susah nolak yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28
  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 14 Ketemu Crush Lagi

    Di hari Sabtu yang cerah, Moza berkunjung ke kedai yang dikelola kedua orang tua serta Naka adiknya jika sudah pulang kuliah. Sudah menjadi rutinitas baginya saat libur kerja di akhir pekan ia akan menyempatkan diri membantu kedua orang tuanya berjualan. Karena biasanya saat weekend kedai akan ramai oleh pengunjung. "Ka buruan sini bantuin aku racik bakso. Udah ditungguin pelanggan ini. Aku dispamin mulu!" omel Naka di dapur mendesak kakak perempuannya untuk segera bergabung membantu. "Iya, bawel banget ih," jawab Moza bergegas menghampiri adiknya. "Emang berapa pesanannya?" tanya Moza mulai cekatan mengambil plastik pembungkus. "Dua puluh bungkus," jawab sang adik yang tampak gesit meracik bakso pesanan. "Buset! Banyak bener," tukas Moza refleks menoleh ke adiknya yang kembali memeriksa pesanan di layar ponsel. "Dan itu buat pesanan lima varian bakso Mercon dengan mie Sehun (semuanya bihun), lima varian bakso jumbo dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29

Bab terbaru

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 30 Malvin Tahu Sekarang

    "Kumohon Tuan rahasiakan kebenaran ini," bujuk Thara dengan wajah memelas. Savian mematung di tempat, ia sudah memprediksi respon Thara. Namun, ia tak menyadari jika dirinya akan segoyah ini. Thara meraih kedua tangan Savian kemudian menggenggamnya dalam satu telungkupan tangan. Wanita itu bersungguh-sungguh dengan permintaannya. "Mungkin akan sangat sulit karena di satu sisi Tuan adalah karyawan Batara Group. Tapi saya mohon untuk satu ini, demi kebaikan bersama. Karena Moza menggantikan saya juga karena saya memaksa dia. Jadi ini semua salah saya. Jika Moza sampai dipecat, hubungan persahabatan kami yang sudah terjalin bertahun-tahun pasti hancur. Saya mohon Tuan, tolong jangan beri tahu identitas Moza yang sebenarnya ke Malvin," pinta Thara dengan kedua bola mata berkaca-kaca menatap pria di hadapannya.Savian mendesah sepertinya ia memang sudah goyah sejak awal. "Baiklah Nona saya tidak akan memberitahukan Pak CEO tentang kebenaran Nona Moza," cetus Savian setelah tahu tentang

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 29 Terbongkar?

    "Ada yang bisa saya bantu, Pak CEO?" tanya Savian sudah berada di ruangan Malvin. Malvin tampak langsung mengalihkan atensi, menatap Savian dengan serius. "Calon istriku kembali menghilang. Tanyakan kepada Nona Thara tentang keberadannya.""Apakah Pak CEO belum juga tahu di mana rumah Nona Lisa?" tanya Savian, tak menyangka jika wanita yang ingin atasannya jadikan istri itu kembali menghilang dan ia diminta untuk kembali mencarinya. Walaupun sebenarnya ia tak keberatan akan hal itu karena ia jadi punya alasan untuk bertemu dengan Thara lagi."Aku lupa untuk bertanya. Jadi cari keberadaannya, tanyakan kembali ke Nona Thara. Saya yakin jika Nona Thara sangat mengenal Nona Lisa," ucap Malvin tampak menyesali kesalahan kecil yang justru sangat berdampak untuk situasinya sekarang. Karena kembali ia meminta bantuan kepada Savian. "Baik, Pak CEO," jawab Savian tak mengira jika atasannya kini kembali melewatkan hal penting. Ke mana Malvin yang perfeksionis itu? Savian hanya bisa mengembuska

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 28 Perpisahan?

    "Pernikahan apa maksudnya ya?" tanya Moza memecah ketegangan di antara Malvin dan Kakek Rama. "Astaga, apakah Malvin belum melamarmu?" sahut Nenek Puspa tak percaya dengan tebakannya. Sekilas ia langsung menatap Malvin."Ah, itu ...." Malvin sejenak memikirkan jawaban yang tepat. "Iya, Nek belum dan juga saya tidak ingin buru-buru menikah. Saya ingin mengenal Malvin lebih jauh dan ingin mempersiapkan diri untuk jenjang yang lebih serius," ucap Moza mengambil alih.Mengutarakan kesimpulan dari pertemuan ini seraya menyunggingkan senyum. Ia tak ingin pernyataannya dianggap serius, tetapi ia juga tak ingin pernyataannya barusan diabaikan begitu saja. Moza berusaha keras agar kalimat yang ia ucapkan tidak terkesan menolak pernyataan Kakek Rama. Semoga saja dengan ini Kakek Rama dan Nenek Puspa mengerti. "Sebenarnya itu juga keputusan yang tepat. Kalian memang seharusnya saling mengenal lebih jauh. Sebuah pernikahan harus diikat dengan keyakinan dari kedua belah pihak," simpul Nenek Pus

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 27 Makan Malam Bersama

    Moza mematung menatap interaksi pasangan lanjut usia yang tampak mesra tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia mengenal sekali wanita yang tengah duduk dengan anggun bersama presdir Batara Group itu. Nenek Puspa adalah ketua komunitas penggemar boyband kesukaannya. Setiap bulan club yang diikuti Moza bersama Thara itu sering mengadakan acara dan Nenek Puspa-lah ketua komunitas tersebut. Siapa sangka bukan jika Nenek sekeren Nenek Puspa itu adalah nenek dari seorang Malvin Alexander Batara. Sungguh kebetulan yang Moza tidak pernah duga. "Apa maksud Nona tidak bisa bertemu dengan Nenek saya? Apakah Nona mengenal Nenek Puspa?" tanya Malvin sontak mengalihkan atensi Moza. "I–itu ...." Moza tergagap. Haruskah ia bilang jika sebenarnya ia mengenal Nenek Puspa. Tidak! Itu terlalu beresiko, Moza tidak ingin membuka celah. Jika itu terjadi maka indetitas dirinya benar-benar dipertaruhkan. Karena jika ketahuan, Nenek Puspa maupun Kakek Rama pasti akan kecewa apalagi tentang hubungan pura-pura ya

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 26 Hadiah Pertama

    Hari pertemuan dengan Kakek Rama dan Nenek Puspa pun tiba. Moza diajak Malvin ke sebuah butik ternama di ibu kota. Kedatangan Malvin dan Moza langsung disambut para karyawan butik yang berjejer memberi sambutan."Selamat datang," sapa mereka serentak seraya menunduk hormat, Moza yang digandeng Malvin refleks sedikit menunduk, ia terkejut karena pelayanan kelas atas yang ia rasakan saat masuk bersama Malvin. "Selamat datang Tuan Malvin dan Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita empat puluh tahunan menyapa. Sekilas Moza menatap name tag yang terpasang di dada wanita tersebut. Namanya adalah Miss Lidia, Kepala Manager di butik.Moza terkejut dalam diam. Ia tak menyangka jika yang akan melayaninya itu kepala manager butik itu sendiri yang langsung turun tangan. Apakah Malvin pelanggan tetap atau bagaimana. Namun, ia tak berani menanyakannya. "Saya ingin mencari setelan baju yang pas untuk makan malam keluarga. Setelan yang saya gunakan akan mengikuti gaun yang dikenakan

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 25 Ribuan Kupu-Kupu Di perut

    Grep!Tangan kanan Malvin meraih pinggang wanita di hadapannya. Ditariknya tubuh Moza dalam sebuah dekapan erat. Dada mereka saling bersentuhan, degub jantung keduanya saling bertalu sama kencangnya. Sedangkan tangan kirinya menekan punggung wanita itu untuk terus mendekat ke padanya. Moza jatuh di dada bidang Malvin dengan sempurna, kini tak ada lagi jarak di antara keduanya. Wanita itu mencium bau citrus bercampur mint dari tubuh pria yang kini memeluknya. Anehnya, membuatnya betah dalam posisi berpelukan yang kini berhasil menutupi wajahnya bersemu merah. Moza seperti merasakan ribuan kupu-kupu tengah beterbangan di dalam perutnya. Sebuah perasaan aneh yang membuat hatinya berdesir aneh. Sama halnya dengan Moza, Malvin pun merasakan hal sama. Jantungnya berdegub tidak semestinya. Ia ingin terus memeluk wanita yang kini membuatnya merasakan kehangatan sebuah pelukan. Tanpa sadar Malvin mempererat pelukannya, hingga beberapa menit kemudian orang-orang yang berada di parkiran mulai

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 24 Senyum Pemikat Cogan

    "Apa yang terjadi sebenarnya? Apa lo udah ninuninu sama sekretarisnya bos gue?" desak Moza meminta penjelasan. "Em, tentang itu ...." Thara kembali menjeda kalimatnya. Ia memutuskan untuk pindah ke kamar mandi. "Gue berharapnya sih iya. Tapi ternyata Savian orangnya manly banget, Za. Dia jagain gue banget pas di apartemen. Gue inget banget karena nunguin dia nelepon gue ketiduran di sofa. Pas bangun gue udah ada di ranjang kamar. Awalnya gue kecewa karena gak bisa tidur bareng dia. Tapi pas pagi tadi gue keluar lihat dia tidur di sofa sambil meringkuk dan itu berhasil bikin hati gue terenyuh." Moza dengan seksama mendengarkan penuturan Thara lewat sambungan telepon. "Jarang banget ada cowok yang gak kebawa nafsunya sendiri, Za. Dia rela tidur di sofa demi jaga gue agar bisa tidur di ranjang kamarnya dengan nyaman. Padahal malam itu gue udah pasrah kalo dia menginginkan gue sama kaya gue mengginginkan dia. Tapi dia pria yang berbeda, Za. Dia pria terhorm

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 23 Pernyataan Cinta?

    Thara mematung sejenak menatap tumpukan kardus di dalam ruang depan sebuah apartemen yang sudah ditinggali mulai hari ini. Ia duduk diam di sebuah sofa sembari sesekali menatap sekitar dengan boneka beruang besar miliknya yang sengaja ia dekap sejak tadi. Kondisi apartemen masih tampak polos, hanya furniture penting saja yang baru mengisi ruang apartemen. Thara menebak jika tumpukan kardus itu pasti barang-barang milik Savian yang belum sempat dibuka. Sembari menunggu pria itu yang masih mandi, Thara menghidupkan layar televisi guna mencairkan rasa gugup yang ia tengah rasakan. Bagaimana pun setelah dipikirkan kembali, Thara sungguh bersikap di luar nalar hari ini. Bisa-bisanya ia meminta untuk tidur bersama di apartemen milik Savian hanya karena apartemennya menjadi sarang banyak kecoak. Ia malu dengan tindakannya, tetapi ia juga merasa bersyukur akan hal tersebut. Thara sungguh tak menyangka jika malam ini ia akan tidur di apartemen seorang pria. Pria

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Romansa Karena Kecoak

    Karena jarak rumah dengan perusahaan dirasa cukup terlalu jauh. Satu minggu lalu Savian memutuskan untuk menyewa salah satu unit apartemen yang bisa memangkas waktu perjalanan ke Batara Group. Hari ini adalah hari pindahannya. Berkat menyewa jasa pindahan, pria itu jadi tidak kerepotan memikirkan barang pindahannya dan bisa pulang kerja tepat waktu.Savian dengan tas kerja di tangan memasuki area apartemen barunya. Ditekannya tombol lift di angka dua puluh. Ia akan langsung beristirahat hari ini, untuk merapikan apartemen mungkin bisa ia lakukan akhir pekan nanti. Setidaknya apartemen sudah terisi oleh perabotan seperti ranjang kamar, sofa dan beberapa peralatan masak. Lift yang bergerak naik akhirnya tiba di lantai dua puluh. Savian menjejakan kakinya berjalan dengan tegap mencari letak unit apartemennya yang belum ia hafal betul karena desain pintu depan setiap unit apartemen sama, yang membedakan hanya nomor unitnya. Unit apartemen Savian adalah nomor 202, pria itu tampak sesekal

DMCA.com Protection Status