Pov Ibu MertuaAh, sudahlah kenapa aku jadi mencari-cari Bu Maryah. Yang jelas masalahku sudah aman tidak terdengar oleh para wanita ahli penyebar gosip ini.Memang ya, kalau berbicara dengan tukang gosip seperti mereka memang harus ekstra hati-hati. Kalau tidak, bisa rusaklah harga diri seorang Munah."Ya sudah Bu Munah kami mau pamit dulu. Kami mau setor arisan." Nah ini hal yang aku tunggu-tunggu kenapa nggak pergi saja sejak tadi."Oh ya, Bu, silakan," jawabku sambil memberikan gaya senyum yang paling ramah."Nanti kalau arisannya sudah habis, Bu Munah ikut sekalian saja. Lumayan loh uang dari arisan itu bisa buat tambahan modal." Bu Kasih menawariku arisan yang dibayar satu minggu sekali di hari rabu.Yang rumornya kalau dapat arisan itu bisa buat beli seekor kambing."Baik, Bu," jawabku abang-abang lambe (pemanis)."Kami pergi dulu, ya." Mereka pun pergi berjalan bersama beriringan terlihat sekali mereka sangat akur, ya kadang-kadang meski pernah bertengkar juga tapi persahabat
Pov Ibu MertuaRasanya dadaku seperti disayat-sayat namun tidak berdarah. Bisa-bisa pingsan aku dibuat begini oleh calon besanku."Jeng, Munah? Jeng Munah masih dengar suara saya, kan?"Untung saja calon besanku tidak mendengar perkataanku. Kalau tahu aku kaget bisa hancur harga diriku."Iya, Bu Besan. Saya dengar kok. Bahkan menyimak dengan baik. Tapi bisa dipastikan nanti hasilnya beneran bagus kan, Bu Besan?" tanyaku memastikan."Dijamin seribu persen Jeng Munah. Ini sudah saya pilihkan orang yang sangat terpercaya. Jeng Munah nggak usah khawatir pokoknya, terima beres saja.""Baik, Bu. Bagus kalau begitu," jawabku yang masih berasa seperti mimpi di siang bolong.Hatiku masih ketar-ketir takut jika nanti semakin lama permintaan calon besanku ini terus di turuti, membuat uang tabunganku habis."Jeng Munah, tapi ini baju yang saya pesan belum termasuk baju seragam Jeng Munah dan adik-adiknya Adit juga loh. Jadi baju yang saya pesan ini khusus buat Zaskia dan Adit. Kalau Jeng Munah ma
Pov Ibu MertuaMungkin dia marah karena aku tidak jadi kepincut dengan tawaran beliau. Tapi biarkanlah siapa tahu itu hanya akal-akalan dari mereka saja. Yang jelas sekarang uang aku aman.Jika aku kepincut lagi yang jelas aku akan kehilangan uang lebih banyak lagi. Bisa seratus juta nanti habisnya. Ini saja yang tambahan buat Adit saja sudah hampir lima puluh juta. Yang ada aku bakalan protes Adit. Yang paling aku takutkan malah bisa-bisa dia bakalan membatalkan perjodohannya dengan Zaskia.Harapanku satu-satunya yaitu dengan anak-anak gadisku. Aku yakin mereka bakalan kasih solusi atas masalah ini. Nanti akan aku suruh mereka untuk membelikan baju seragam di market place dengan harga yang miring. Ingat-ingat cari uang itu susah jadi harus lebih bijak lagi dalam penggunaannya.***"Oh, kalian sudah pulang?" tanyaku ketika anak dan calon mantuku turun dari mobil."Iya, Bu. Maaf ya, kami pulangnya sudah sore banget. Soalnya kami tadi juga sekalian mampir ke tempat designer langganan ma
Pov Ibu Mertua"Ah, nggak boleh begitu dong, Dit. Kamu jangan menyerah begitu, dong.""Kamu, jangan, loyo gitu dong. Ibu sangat yakin kalau nanti Zaskia sudah menikah dengan kamu, dan sudah berada di bawah pengawasan ibu, dia bakalan berubah menjadi lebih baik. Kamu nggak akan bilang dia labil-labil lagi. Pokoknya serahkan semuanya ke pada ibu."Saat asik berbincang dengan Adit, ada pesan masuk ke dalam aplikasi warna hijau.Dengan cepat aku membukanya siapa tahu dari orang penting.[Jeng Munah, jangan lupa uang lima belas jutanyaa segera ditransfer ke rekening saya, ya. Tadi waktu di designer untuk memesan bajunya Adit, masih pakai uang saya itu pun sebenarnya harganya lebih dari lima belas juta rupiah. Hitung-hitung sama mantu sendiri saya tidak akan terlalu perhitungan. Cukup dengan lima belas juta saja Jeng Munah ganti uang saya.]Setelah membaca pesan dari calon besanku membuatku dadaku sesak. Ada getar-getar ingin rasanya menolaknya tapi kalau ditolak apa nanti kesan mereka ke p
Pov Ibu Mertua"Lia! Pokoknya kamu cariin baju buat kita yang harganya murah. Ibu nggak mau kalau harus kehilangan uang lagi," kataku dengan penuh penekanan. Aku benar-benar dilanda gelisah.Untung saja malam ini Adit lembur. Kalau tidak, bisa panjang urusannya."Mau cari di mana sih, Bu? Kenapa nggak sekalian saja pesan bareng-bareng dengan keluarganya Mbak Zaskia, sih?" kata Lia yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya."Haduh, kamu ini! Kemarin bajunya Zaskia dan Adit saja sudah mau lima puluh juta. Masak mau nambah lagi?" kataku sambil mondar mandir memegangi kepalaku."Uang hampir lima puluh juta itu hanya untuk baju dua orang saja loh Lia, belum ibu, kamu dan adik kamu. Kalau sampai semua ikut pesan di sana, bisa-bisa nyampai seratus juta sendiri hanya untuk baju. Kamu nggak ingin kan, kalau ibu sampai mati berdiri karena tabungan ibu ludes? Ini saja belum biaya untuk pernikahan loh, Lia. Coba bayangkan bagaimana rasanya kepala ibu ini," aku terus saja berbicara mengeluarkan
Pov Adit"Kamu sudah siap, Mas?" tanya Lia ke padaku."Iya," jawabku sambil tersenyum."Wah, anak ibu kelihatan tampan sekali. Cocok sekali kamu pakai baju ini, Nak. Pantas saja harganya mahal, karena membuat kamu semakin kelihatan gagah. Tak sia-sia ibu kasih uang tambahan ke pada mamanya Zaskia.""Memangnya mamanya Zaskia minta uang lagi, Bu?" tanyaku heran. Mengingat yang aku tahu, mamanya Zaskia hanya minta uang senilai tiga puluh juta saja. Selebihnya belum ada info dari ibu."Eh, enggak. Bukan itu maksud ibu itu ....""Ini yang memilihkan Mbak Zaskia ya, Mas?" ibu belum selesai berbicara, tapi sudah terpotong oleh pertanyaan Lia ke padaku."Iya, Lia, ini yang memilihkan Zaskia.""Pantas bagus banget. Cocok loh, dipakai Mas Adit. Lia saja sampai pangling lihat Mas Adit. Apalagi nanti para tamu dan saudara.""Iya, memang calon istrimu itu sangat berbakat di dunia fashion, Dit. Dia itu sangat paham mana yang paling cocok untuk kamu."Dalam hati kecilku aku sangat berat untuk menjal
Pov AditPov AditBeberapa menit kemudian ponselku berdering ada pesan masuk daris seseorang yang sedang bahagia di seberang sana.Ku hela nafas dalam-dalam saat akan membuka pesan darinya..[Mas, aku cantik, kan?] Begitulah bunyinya pesan yang di atasnya ada poto dia yang selesai dirias."Kok masih sempat-sempatnya dia berkirim foto ke padaku,"batinku."Siapa itu, Dit?" tanya ibu yang diam-diam mengintip isi pesanku."Calon menantu Ibu," jawabku singkat."Mana?!" kata ibu sambil meraih ponselku karena penasaran melihat poto calon menantu kesayangannya."Ih, cantik sekali dia, Dit," ibu merasa takjub."Mana, Bu Munah? Aku juga mau lihat," kata Bu Sayuti juga ikut penasaran."Eh, iya. Mangklingi banget Zaskia," ucap Bu Sayuti"Cepetan dibalas, Dit! Jangan, lama-lama balasnya!" kata ibu kemudian setelah berhasil mengambil alih ponselku yang dibawa Bu Sayuti dan memberikannya ke padaku."Mau di balas apa, Bu?" kataku malas."Mas Adit ini gimana, sih? Ya bilang cantik gitu atau dipuji yan
Pov Adit"Kok ya Ampun, sih? Memangnya kamu nggak ingin jika uang kamu terkumpul?""Ya mau, Bu. Tapi ya nggak gitu juga caranya. Adit bisa malu dengan teman-teman, kalau setiap hari harus nebeng.""Ya sudahlah, terserah kamu," jawab beliau ketus.Ibu pun langsung pergi dari kamarku. Aku jadi heran kenapa ibu jadi semakin aneh begini.Ku miringkan badanku ke arah kanan dan kiri, sambil ku pejam-pejamkan mataku, namun tetap saja tak bisa tidur. Ku lihat jam di dinding masih menunjukkan jam dua belas, tengah malam.Masih teringat pembicaraan dengan Bu Sayuti kalau Rina sekarang menjadi kurusan aku pun berseluncur mencarinya di media sosial namun sia*lnya pencariannku tak membuahkan hasil. Kemungkinan besar Rina sudah memblokir semua media sosialku.Namun aku punya ide aku akan pergi ke sebuah rumah makan yang pernah aku kunjungi di mana aku bertemu dengan dia saat tragedi minuman es Siapa tahu aku bertemu lagi dengan Rina.***Pov Rina"Kenapa harus berakhir seperti ini, Tuhan? Kenapa?