Pagi menjelang dengan lambat, sinar matahari memasuki kamar Vella melalui tirai yang setengah tertutup. Vella duduk di tepi tempat tidur, memandangi surat perjanjian yang baru saja ia tanda tangani semalam. Tanda tangan itu terasa seperti cap keabadian yang mengikatnya pada kehidupan yang tidak pernah ia inginkan.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan membawa sarapan dan menaruhnya di atas meja. Pelayan itu melirik Vella dengan tatapan penuh simpati sebelum bergegas keluar tanpa sepatah kata pun.
Vella menghela napas, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi hari ini. Dia tahu bahwa sejak menandatangani surat perjanjian itu, hidupnya akan berubah secara drastis. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus tetap kuat demi keluarganya.
Carlos duduk di ruang kerjanya, matanya terpaku pada surat perjanjian yang telah ditandatangani Vella. Senyum dingin tersungging di bibirnya. Dia merasa puas karena akhirnya bisa mengendalikan Vella sepenuhnya. Namun, dia juga tahu bahwa harus berhati-hati agar Vella tidak mencoba melarikan diri lagi.
Dia menekan tombol di interkom dan memanggil salah satu anak buahnya. "Pastikan Vella tidak mencoba apa pun yang bodoh. Awasi setiap gerakannya."
Anak buahnya mengangguk. "Baik, Tuan."
Setelah makan malam, Vella kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi tempat tidur, memandangi jendela yang menghadap ke luar. Malam yang tenang di luar mansion terasa begitu kontras dengan kekacauan yang terjadi dalam dirinya.
Dia berpikir tentang keluarganya, membayangkan wajah-wajah mereka dan merasakan kerinduan yang mendalam. Mereka tidak tahu apa yang terjadi padanya, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk memberitahu mereka.
Pagi itu, Vella terbangun dengan perasaan hampa. Matahari baru saja terbit, tetapi suasana hatinya tetap kelam. Perjanjian yang telah dia tanda tangani masih membayangi pikirannya, menambah beban berat di pundaknya. Hari ini, dia harus menerima kenyataan baru yang jauh dari impian dan harapannya.
Ketukan pintu yang keras mengagetkannya. Sebelum dia bisa menjawab, pintu terbuka dan seorang penjaga berdiri di ambang pintu.
"Bangun. Kau punya tugas baru," katanya dengan nada kasar.
Vella berdiri dengan enggan, merasakan ketakutan yang semakin mendalam. Penjaga itu memberinya pakaian pembantu yang sederhana dan memberitahunya bahwa mulai hari ini, dia akan bekerja sebagai pembantu di mansion. Tanpa pilihan lain, Vella menerima pakaian itu dan berganti pakaian.
Carlos duduk di ruang makannya, menikmati sarapan dengan tenang. Ketika Vella memasuki ruangan dengan seragam pembantu, dia hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya.
"Mulai hari ini, kau akan bekerja sebagai pembantu," kata Carlos tanpa ekspresi. "Kau akan membersihkan, melayani, dan melakukan apa pun yang diperintahkan. Jika kau menolak atau mencoba melawan, kau tahu apa yang akan terjadi."
Vella menelan ludah, merasakan ketakutan yang menjalar di seluruh tubuhnya. "Aku mengerti," jawabnya pelan.
Carlos tersenyum dingin. "Bagus. Sekarang mulai bekerja. Dapur butuh dibersihkan."
Vella mengangguk dan pergi ke dapur. Ketika dia melihat dapur yang luas dan penuh dengan peralatan yang berkilau, dia merasa bingung dan tertekan. Dia belum pernah bekerja sebagai pembantu sebelumnya, tetapi dia tahu bahwa dia harus belajar dengan cepat.
Sepanjang hari, Vella bekerja tanpa henti. Dia membersihkan, mencuci, dan menyiapkan makanan dengan tangan yang gemetar. Setiap kesalahan kecil dihukum dengan teguran kasar dari para penjaga atau pelayan senior yang tidak bersimpati padanya. Rasa lelah dan keputusasaan semakin mendalam, tetapi dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kelemahan.
Ketika malam tiba, Vella merasa tubuhnya benar-benar terkuras. Dia duduk di kamar kecil yang diberikan padanya, merasakan kelelahan yang luar biasa. Namun, sebelum dia bisa beristirahat, pintu kamarnya terbuka dan Carlos masuk dengan langkah cepat.
"Bangun," perintahnya dengan nada dingin. "Ada pekerjaan lain untukmu."
Vella berdiri dengan susah payah, matanya yang lelah menatap Carlos dengan ketakutan. "Apa lagi yang harus kulakukan?"
Carlos mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Vella. "Aku ingin kau membersihkan ruang kerjaku. Sekarang."
Vella mengangguk dan mengikuti Carlos ke ruang kerjanya. Ruangan itu penuh dengan dokumen dan peralatan mahal. Vella mulai membersihkan dengan hati-hati, takut membuat kesalahan. Carlos duduk di mejanya, memperhatikan setiap gerakan Vella dengan mata tajam.
Saat Vella sedang membersihkan rak buku, dia secara tidak sengaja menjatuhkan sebuah buku. Suara keras itu membuatnya gemetar ketakutan.
Carlos berdiri dan berjalan mendekat, menatap Vella dengan kemarahan yang jelas di wajahnya. "Apa yang kau lakukan?" bentaknya.
"Aku... aku tidak sengaja," jawab Vella dengan suara gemetar.
Carlos meraih lengan Vella dengan kasar, membuatnya meringis kesakitan. "Kau benar-benar tidak berguna," katanya dengan suara rendah tetapi penuh ancaman. "Jika kau terus membuat kesalahan, kau akan membayar harganya."
Vella menahan air mata yang hampir jatuh, merasa ketakutan dan putus asa. Carlos melepaskan cengkeramannya dan berbalik, membiarkan Vella melanjutkan pekerjaannya. Vella berusaha keras untuk menyelesaikan tugasnya tanpa membuat kesalahan lagi.
Malam itu, setelah selesai bekerja, Vella kembali ke kamarnya. Tubuhnya terasa sakit di mana-mana, dan jiwanya semakin hancur. Dia duduk di tepi tempat tidur, merasakan air mata yang akhirnya tidak bisa dia tahan lagi. Isak tangisnya terdengar di seluruh kamar, tetapi tidak ada yang peduli.
Dia merasa benar-benar sendirian, terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan ketakutan dan penderitaan. Namun, di dalam hatinya, dia masih menyimpan sedikit harapan. Harapan bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan cara untuk melarikan diri dari cengkeraman Carlos dan kembali ke kehidupan yang lebih baik.
Pagi itu, Vella terbangun lebih awal dari biasanya. Badannya masih terasa pegal dan lelah akibat pekerjaan seharian sebelumnya. Namun, dia tahu bahwa dia harus bangkit dan memulai hari yang baru. Ketika dia berpakaian, dia mendengar ketukan di pintu.Seorang pelayan berdiri di ambang pintu dengan nampan sarapan. "Tuan Carlos ingin nona vella sarapan sebelum mulai bekerja," katanya dengan nada datar.Vella mengangguk dan mengambil nampan itu, mengucapkan terima kasih dengan suara pelan. Setelah pelayan pergi, dia duduk di tepi tempat tidur, memandangi makanan yang ada di depannya. Rasa lapar mendorongnya untuk makan, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan.Setelah sarapan, Vella segera mulai bekerja. Dia membersihkan ruang tamu, menggosok lantai marmer hingga berkilau. Setiap sudut mansion yang mewah ini kini menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Meskipun dia tidak suka dengan pekerjaannya, dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain.Saat sedang membersihkan, dia melihat Carlos ber
Pagi itu, Vella terbangun dengan perasaan gelisah. Pikirannya terus dipenuhi dengan ancaman Carlos dan gelang pelacak di pergelangan tangannya. Dia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak pernah dia bayangkan. Ketika dia berpakaian dan keluar dari kamar, seorang pelayan menghampirinya."Tuan Carlos ingin kau bersiap-siap. Ada sesuatu yang penting hari ini," kata pelayan itu dengan nada tegas.Vella mengerutkan kening. "Apa yang terjadi?"Pelayan itu tidak menjawab, hanya menyerahkan pakaian formal yang terlihat mewah. "Pakailah ini dan turun ke ruang utama dalam satu jam."Dengan hati yang penuh pertanyaan dan kekhawatiran, Vella mengambil pakaian itu dan kembali ke kamarnya. Dia mengganti pakaian dengan hati-hati, merasa aneh mengenakan gaun mewah di situasi seperti ini. Ketika dia melihat dirinya di cermin, dia hampir tidak mengenali dirinya sendiri.Di ruang utama, Carlos sudah menunggu. Dia mengenakan setelan hitam yang rapi, tampak berwibawa dan mengintimidasi. Ketika Vella ma
Malam itu terasa sangat dingin dan suram. Ruangan di mansion yang besar dan megah ini seakan menjadi saksi bisu dari ketegangan dan rasa takut yang mengelilingi Vella. Dia duduk di tepi tempat tidurnya, tubuhnya bergetar, baik karena dingin maupun ketakutan yang mendalam.Saat pintu kamar terbuka, Carlos masuk dengan langkah yang mantap. Wajahnya yang dingin dan tak menunjukkan ekspresi apapun menambah ketegangan di udara. Dia menutup pintu di belakangnya dengan gerakan yang tegas, seolah memastikan bahwa tidak ada jalan keluar dari ruangan ini."Kau tahu apa yang harus kau lakukan vella," kata Carlos dengan suara rendah namun tegas.Vella menelan ludah dan mengangguk pelan. Dia tahu apa yang diharapkan darinya, tetapi hatinya masih menolak. Vella merasa jantungnya berdegup kencang saat Carlos mendekatinya. "Carlos, bisakah kita membicarakannya?" suaranya bergetar, berusaha keras untuk tetap tenang. "Aku... aku tidak siap."Carlos berhenti beberapa langkah darinya, menatapnya dengan t
Pagi itu terasa lebih suram dari biasanya. Langit mendung, seakan mencerminkan suasana hati Vella yang semakin berat. Setelah menjalani hari-hari penuh dengan pekerjaan fisik dan tekanan mental, tubuhnya semakin terasa lelah, dan pikirannya mulai dipenuhi kecemasan yang tak kunjung hilang. Di mansion ini, setiap detik terasa seperti penantian panjang yang penuh ketidakpastian.Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Vella bisa merasakan atmosfer di rumah itu sedikit berubah. Para pelayan tampak lebih sibuk dari biasanya, membersihkan dan menyiapkan ruang-ruang yang biasanya dibiarkan kosong. Mereka bergerak dengan tergesa-gesa, seakan ada sesuatu yang penting yang akan terjadi."Apakah ada tamu yang akan datang?" Vella bertanya kepada seorang pelayan wanita tua yang lewat di dekatnya sambil membawa vas bunga yang besar.Pelayan itu melirik Vella sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Ya, tamu istimewa," katanya pelan. "Carlos meminta kami untuk memastikan semuanya sempurna. Dia sangat
Ruangan di mansion mewah itu terasa sunyi, dengan hanya cahaya redup dari lampu di sudut ruangan yang berusaha menerangi kegelapan. Vella duduk di tepi ranjang, menggenggam ujung selimut dengan erat, tubuhnya terasa kaku. Dia masih mengenakan pakaian tidur sederhana berwarna putih, tetapi pikirannya penuh dengan ketakutan dan kecemasan yang tak bisa ia hilangkan. Setiap malam di mansion ini terasa seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.Vella tak tahu harus melakukan apa. Dia sudah berusaha melarikan diri, tapi setiap upayanya selalu gagal. Dan sekarang, ancaman Carlos terus menggema di pikirannya. Keluarganya... Carlos akan mencelakai mereka jika dia mencoba kabur lagi. Rasa bersalah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu membuatnya tak berdaya.Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan suara derit pelan, namun langkah kaki yang berat dan mantap terdengar jelas di ruangan itu. Vella tahu siapa yang datang bahkan tanpa harus menengok. Tubuhnya langsung tegang, seperti refleks alam
Carlos duduk di kursi rumah sakit, memandang Sofia yang terbaring di tempat tidur. Wajah Sofia tampak pucat, tetapi tetap memancarkan kecantikan yang dulu memikat hati Carlos. Sudah satu bulan sejak Sofia terbangun dari komanya, dan selama itu, Carlos hampir setiap hari menemani dan merawatnya. Tidak ada satu pun pekerjaan yang lebih penting daripada menjaga Sofia atau begitulah pikirnya.Setiap hari, Carlos datang ke rumah sakit dengan membawa bunga atau makanan kesukaan Sofia, mencoba menghiburnya dengan segala cara. Namun, di balik perhatian itu, Sofia menyembunyikan sesuatu yang besar sesuatu yang jika Carlos mengetahuinya, bisa menghancurkan segalanya.carlos belum memberitahu sofia jika anak yang dikandungnya tidak selamat . selama satu bulan ini carlos memberitahu pada sofia jika anak mereka sudah lahir dan selamat dari kecelakaan yang mereka alami. Carlos belum memberi tahu Sofia tentang ini. Bagaimana mungkin? Bagaimana ia bisa menghancurkan harapan satu-satunya yang ia milik
Hari-hari terasa semakin panjang di mansion, terutama setelah kedatangan Sofia. Carlos hampir tidak lagi memberikan perhatian padaku, bahkan lebih jarang menatap mataku. Meski aku tidak mengharapkan cinta darinya, ketidakpeduliannya sekarang membuat luka di hatiku semakin dalam. Namun, yang paling menakutkan adalah rahasia yang aku simpan di perutku. Perasaan mual yang semakin sering datang dan perubahan pada tubuhku menguatkan firasat bahwa aku mungkin sedang hamil. Tapi, bagaimana aku bisa mengatakannya kepada Carlos saat Sofia kembali dalam hidupnya? Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan di pintu."nona Vella, kau di dalam?" suara Maria terdengar lembut dari luar. Aku segera membuka pintu dan melihat wajah khawatirnya."nona Kau baik-baik saja?" pelayan bertanya, matanya menelisik tubuhku seolah ingin memastikan bahwa aku tidak sakit.Aku tersenyum tipis dan mengangguk. "Aku baik-baik saja. Hanya... lelah."pelayan masuk ke dalam, lalu berbisik. " nona Kau harus berhati-hati. Nona so
Pagi ini, suasana di mansion terasa lebih sunyi dari biasanya. Carlos sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku mengamati dari jauh saat dia mengenakan jas hitamnya yang sempurna, dengan ekspresi dingin yang biasa terpancar di wajahnya. Sudah lebih dari satu bulan sejak Sofia datang ke mansion, dan selama itu pula Carlos terus menjaga jarak dariku.Aku merasa tubuhku semakin lemah, dengan rasa mual yang sering muncul setiap pagi. Aku sudah menduga bahwa aku hamil, tapi belum ada waktu yang tepat untuk memberi tahu Carlos. Ditambah lagi, kehadiran Sofia membuat segalanya semakin rumit.Sejak Carlos membawa sofia ke mansion, Sofia seolah mengambil alih seluruh mansion ini. Dan yang lebih buruk, aku diperlakukan seperti seorang pembantu. Tidak ada hari tanpa Sofia mengerjaiku, membuatku melakukan pekerjaan yang bahkan seharusnya bukan tanggung jawabku."Vella, Cuci semua pakaian di kamar tamu, bersihkan seluruh lantai, dan pastikan dapur ini berkilau sebelum sore," katanya dengan nad
Pagi ini, suasana di mansion terasa lebih sunyi dari biasanya. Carlos sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku mengamati dari jauh saat dia mengenakan jas hitamnya yang sempurna, dengan ekspresi dingin yang biasa terpancar di wajahnya. Sudah lebih dari satu bulan sejak Sofia datang ke mansion, dan selama itu pula Carlos terus menjaga jarak dariku.Aku merasa tubuhku semakin lemah, dengan rasa mual yang sering muncul setiap pagi. Aku sudah menduga bahwa aku hamil, tapi belum ada waktu yang tepat untuk memberi tahu Carlos. Ditambah lagi, kehadiran Sofia membuat segalanya semakin rumit.Sejak Carlos membawa sofia ke mansion, Sofia seolah mengambil alih seluruh mansion ini. Dan yang lebih buruk, aku diperlakukan seperti seorang pembantu. Tidak ada hari tanpa Sofia mengerjaiku, membuatku melakukan pekerjaan yang bahkan seharusnya bukan tanggung jawabku."Vella, Cuci semua pakaian di kamar tamu, bersihkan seluruh lantai, dan pastikan dapur ini berkilau sebelum sore," katanya dengan nad
Hari-hari terasa semakin panjang di mansion, terutama setelah kedatangan Sofia. Carlos hampir tidak lagi memberikan perhatian padaku, bahkan lebih jarang menatap mataku. Meski aku tidak mengharapkan cinta darinya, ketidakpeduliannya sekarang membuat luka di hatiku semakin dalam. Namun, yang paling menakutkan adalah rahasia yang aku simpan di perutku. Perasaan mual yang semakin sering datang dan perubahan pada tubuhku menguatkan firasat bahwa aku mungkin sedang hamil. Tapi, bagaimana aku bisa mengatakannya kepada Carlos saat Sofia kembali dalam hidupnya? Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan di pintu."nona Vella, kau di dalam?" suara Maria terdengar lembut dari luar. Aku segera membuka pintu dan melihat wajah khawatirnya."nona Kau baik-baik saja?" pelayan bertanya, matanya menelisik tubuhku seolah ingin memastikan bahwa aku tidak sakit.Aku tersenyum tipis dan mengangguk. "Aku baik-baik saja. Hanya... lelah."pelayan masuk ke dalam, lalu berbisik. " nona Kau harus berhati-hati. Nona so
Carlos duduk di kursi rumah sakit, memandang Sofia yang terbaring di tempat tidur. Wajah Sofia tampak pucat, tetapi tetap memancarkan kecantikan yang dulu memikat hati Carlos. Sudah satu bulan sejak Sofia terbangun dari komanya, dan selama itu, Carlos hampir setiap hari menemani dan merawatnya. Tidak ada satu pun pekerjaan yang lebih penting daripada menjaga Sofia atau begitulah pikirnya.Setiap hari, Carlos datang ke rumah sakit dengan membawa bunga atau makanan kesukaan Sofia, mencoba menghiburnya dengan segala cara. Namun, di balik perhatian itu, Sofia menyembunyikan sesuatu yang besar sesuatu yang jika Carlos mengetahuinya, bisa menghancurkan segalanya.carlos belum memberitahu sofia jika anak yang dikandungnya tidak selamat . selama satu bulan ini carlos memberitahu pada sofia jika anak mereka sudah lahir dan selamat dari kecelakaan yang mereka alami. Carlos belum memberi tahu Sofia tentang ini. Bagaimana mungkin? Bagaimana ia bisa menghancurkan harapan satu-satunya yang ia milik
Ruangan di mansion mewah itu terasa sunyi, dengan hanya cahaya redup dari lampu di sudut ruangan yang berusaha menerangi kegelapan. Vella duduk di tepi ranjang, menggenggam ujung selimut dengan erat, tubuhnya terasa kaku. Dia masih mengenakan pakaian tidur sederhana berwarna putih, tetapi pikirannya penuh dengan ketakutan dan kecemasan yang tak bisa ia hilangkan. Setiap malam di mansion ini terasa seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.Vella tak tahu harus melakukan apa. Dia sudah berusaha melarikan diri, tapi setiap upayanya selalu gagal. Dan sekarang, ancaman Carlos terus menggema di pikirannya. Keluarganya... Carlos akan mencelakai mereka jika dia mencoba kabur lagi. Rasa bersalah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu membuatnya tak berdaya.Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan suara derit pelan, namun langkah kaki yang berat dan mantap terdengar jelas di ruangan itu. Vella tahu siapa yang datang bahkan tanpa harus menengok. Tubuhnya langsung tegang, seperti refleks alam
Pagi itu terasa lebih suram dari biasanya. Langit mendung, seakan mencerminkan suasana hati Vella yang semakin berat. Setelah menjalani hari-hari penuh dengan pekerjaan fisik dan tekanan mental, tubuhnya semakin terasa lelah, dan pikirannya mulai dipenuhi kecemasan yang tak kunjung hilang. Di mansion ini, setiap detik terasa seperti penantian panjang yang penuh ketidakpastian.Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Vella bisa merasakan atmosfer di rumah itu sedikit berubah. Para pelayan tampak lebih sibuk dari biasanya, membersihkan dan menyiapkan ruang-ruang yang biasanya dibiarkan kosong. Mereka bergerak dengan tergesa-gesa, seakan ada sesuatu yang penting yang akan terjadi."Apakah ada tamu yang akan datang?" Vella bertanya kepada seorang pelayan wanita tua yang lewat di dekatnya sambil membawa vas bunga yang besar.Pelayan itu melirik Vella sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Ya, tamu istimewa," katanya pelan. "Carlos meminta kami untuk memastikan semuanya sempurna. Dia sangat
Malam itu terasa sangat dingin dan suram. Ruangan di mansion yang besar dan megah ini seakan menjadi saksi bisu dari ketegangan dan rasa takut yang mengelilingi Vella. Dia duduk di tepi tempat tidurnya, tubuhnya bergetar, baik karena dingin maupun ketakutan yang mendalam.Saat pintu kamar terbuka, Carlos masuk dengan langkah yang mantap. Wajahnya yang dingin dan tak menunjukkan ekspresi apapun menambah ketegangan di udara. Dia menutup pintu di belakangnya dengan gerakan yang tegas, seolah memastikan bahwa tidak ada jalan keluar dari ruangan ini."Kau tahu apa yang harus kau lakukan vella," kata Carlos dengan suara rendah namun tegas.Vella menelan ludah dan mengangguk pelan. Dia tahu apa yang diharapkan darinya, tetapi hatinya masih menolak. Vella merasa jantungnya berdegup kencang saat Carlos mendekatinya. "Carlos, bisakah kita membicarakannya?" suaranya bergetar, berusaha keras untuk tetap tenang. "Aku... aku tidak siap."Carlos berhenti beberapa langkah darinya, menatapnya dengan t
Pagi itu, Vella terbangun dengan perasaan gelisah. Pikirannya terus dipenuhi dengan ancaman Carlos dan gelang pelacak di pergelangan tangannya. Dia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak pernah dia bayangkan. Ketika dia berpakaian dan keluar dari kamar, seorang pelayan menghampirinya."Tuan Carlos ingin kau bersiap-siap. Ada sesuatu yang penting hari ini," kata pelayan itu dengan nada tegas.Vella mengerutkan kening. "Apa yang terjadi?"Pelayan itu tidak menjawab, hanya menyerahkan pakaian formal yang terlihat mewah. "Pakailah ini dan turun ke ruang utama dalam satu jam."Dengan hati yang penuh pertanyaan dan kekhawatiran, Vella mengambil pakaian itu dan kembali ke kamarnya. Dia mengganti pakaian dengan hati-hati, merasa aneh mengenakan gaun mewah di situasi seperti ini. Ketika dia melihat dirinya di cermin, dia hampir tidak mengenali dirinya sendiri.Di ruang utama, Carlos sudah menunggu. Dia mengenakan setelan hitam yang rapi, tampak berwibawa dan mengintimidasi. Ketika Vella ma
Pagi itu, Vella terbangun lebih awal dari biasanya. Badannya masih terasa pegal dan lelah akibat pekerjaan seharian sebelumnya. Namun, dia tahu bahwa dia harus bangkit dan memulai hari yang baru. Ketika dia berpakaian, dia mendengar ketukan di pintu.Seorang pelayan berdiri di ambang pintu dengan nampan sarapan. "Tuan Carlos ingin nona vella sarapan sebelum mulai bekerja," katanya dengan nada datar.Vella mengangguk dan mengambil nampan itu, mengucapkan terima kasih dengan suara pelan. Setelah pelayan pergi, dia duduk di tepi tempat tidur, memandangi makanan yang ada di depannya. Rasa lapar mendorongnya untuk makan, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan.Setelah sarapan, Vella segera mulai bekerja. Dia membersihkan ruang tamu, menggosok lantai marmer hingga berkilau. Setiap sudut mansion yang mewah ini kini menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Meskipun dia tidak suka dengan pekerjaannya, dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain.Saat sedang membersihkan, dia melihat Carlos ber
Pagi menjelang dengan lambat, sinar matahari memasuki kamar Vella melalui tirai yang setengah tertutup. Vella duduk di tepi tempat tidur, memandangi surat perjanjian yang baru saja ia tanda tangani semalam. Tanda tangan itu terasa seperti cap keabadian yang mengikatnya pada kehidupan yang tidak pernah ia inginkan.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan membawa sarapan dan menaruhnya di atas meja. Pelayan itu melirik Vella dengan tatapan penuh simpati sebelum bergegas keluar tanpa sepatah kata pun.Vella menghela napas, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi hari ini. Dia tahu bahwa sejak menandatangani surat perjanjian itu, hidupnya akan berubah secara drastis. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus tetap kuat demi keluarganya.Carlos duduk di ruang kerjanya, matanya terpaku pada surat perjanjian yang telah ditandatangani Vella. Senyum dingin tersungging di bibirnya. Dia merasa puas karena akhirnya bisa mengendalikan Vella sepenuhnya. Namun, dia