Hapunten telat ....
Suasana ruang kelas terasa hening siang itu. Bahkan andaikata ada seekor nyamuk yang tengah menyasar cuping telinga, membuat suara berisik mengiang di sana maka bunyi yang sampai ke gendang telinga akan menjelma seperti suara penyanyi cempreng bak kaleng rombeng.Selain mata pelajaran Sejarah, mata pelajaran lain yang bikin mengantuk ialah mata pelajaran BK. Tak seperti sebelumnya, saat guru pelajaran BK masih berjalan di lorong kelas, berjalan berlenggak lenggok bak model Citayam Fashion Week meski usianya tak lagi muda, namun karena guru itu memiliki sifat flamboyan dan mudah tersenyum, sehingga dengan mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi para murid untuk ikut bekerjasama dalam proses belajar mengajar dengannya. Para murid menanti kedatangannya.Termasuk gadis bertahi lalat seringkali menjadi murid langganan yang dipanggil olehnya karena gadis itu meskipun cerdas secara intelektual tetapi diam-diam seringkali membuat kericuhan dengan murid lainnya. Salwa hanya diajar olehnya saa
“Mas, yakin tidak mau mengaktifkan ponsel?”Riko, sang pengawal pribadi berbisik lirih pada tuan muda yang selalu ia jaga. Ia mengatakan demikian karena beberapa kali ia memperoleh pesan dari gadis pujaan hatinya. Gadis itu ingin mengetahui kabarnya. “Tidak usah! Katakan saja pada Mommy dan Daddy aku baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat. Bukankah kau sudah tahu kondisiku ketika drop. Jadi jangan banyak bicara katakan pada mereka, aku hanya ingin istirahat dari gawai.”Daniel menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan agar sesak di dadanya sedikit longgar. Ia tak ingin ketergantungan dengan nasal kanul, selang oksigen yang ia pakai setiap hari.Daniel mengira jika orang yang menghubunginya ialah ke dua orang tuanya. Rupanya ia keliru. Gadis bertahi lalat ialah salah satu orang yang sering menanyakan kabar padanya selain Violeta melalui nomor telepon Riko.Karena pengobatan sebelumnya tidak teratur maka dengan begitu cepat sel-sel kanker menyerang bagian organ lain tub
Dream catcher-pemberian Daniel Dash berbuai-buai terhempas dersik angin dari luar jendela. Mata Salwa bergerak-gerak melihat kemana arah dream catcher yang tergantung di dekat jendela, bergoyang diikuti gelengan kepala. Benda unik tersebut konon katanya bisa menjauhkan seseorang dari mimpi buruk. Benang yang terjalin membentuk jaring-jaring laba-laba di dalamnya bisa menolak, penyaring mimpi buruk. Namun pemikiran tersebut tidak berlaku pada gadis itu. Ia justru merasa saat ini ia sedang bermimpi buruk. Tak pernah ia mengkhawatirkan seseorang seperti saat ini. Baginya kekhawatiran adalah mimpi buruk. “Mister, kenapa ponselmu tidak aktif? Apa kau istirahat ataukah kau menghindariku? Setelah kau mengungkapkan perasaanmu lalu kau begitu mudah mengabaikanku?” Salwa berdiri dan mengangsurkan tangannya menyentuh bulu-bulu halus yang menggantung pada ring dream catcher. Bulu-bulu unggas berwarna campuran putih-tortilla dan putih gading-cinnamon begitu lembut menyentuh jemari tangannya yan
“Sayang, Mas, bangun!” seru Nuha dengan suara serak khas bangun tidur. Nuha mengusap punggung suaminya yang telanjang dan menimpa tubuhnya. Ia tertidur memeluk tubuh Nuha hingga Nuha kesulitan bernafas. Hembusan nafasnya terasa panas membangkitkan gelenyar tak asing pada tubuhnya. Membangkitkan sisa-sisa kegiatan panas suami istri yang beberapa jam lalu mereka lewati.“Masih ngantuk,” tukas Darren dengan suara yang berat.Nuha mendesah pelan kala suaminya semakin mengeratkan pelukannya, bukan melepasnya. “Mas, geli!” Nuha merengek kala Darren semakin mengusel kepalanya di ceruk leher Nuha sembari memberikan gigitan-gigitan kecil di sana. Katanya mengantuk namun ia terus menggodanya.“Mas, kebiasaan! Mas gak ngantuk! Masa orang ngantuk nyosor terus?” Nuha mengomel sembari berupaya menggerakan torso dari tangan kekar suaminya yang mengunci tubuhnya.“I love this,” ucap Darren dengan kekehan berat. “I love to smell your scent.”“Berat, Mas! Aku mau … mau ke kamar mandi!”“Bohong! Kau m
Malam itu Kinan duduk termangu mendengar penjelasan Michelle soal gadis yang ditaksir oleh Daniel Dash, putra kesayangannya. Sempat ia menulikan pendengarannya, beralasan untuk tidak mendengarkan hal-hal yang menurutnya tak penting itu. Mungkin Daniel hanya sekedar suka dan penasaran dengan gadis berpenampilan agamis.Namun karena Michelle yang bersikap dewasa membujuknya untuk sekedar mendengar secuil kisah anak lelakinya yang baru pertama kali merasakan apa itu artinya jatuh hati pada seorang gadis, alhasil Kinan dengan keterpaksaan bersedia mendengarkannya.“Jadi, kesimpulannya, kenapa Daniel tidak terbuka pada Tante soal perasaannya?” Michelle meraih ke dua telapak tangan tantenya. Menatapnya dalam. Ia tahu jika Kinan berhati baik dan ibu yang penyayang. Hanya ego yang menutupi dirinya.Kinan menggeleng pelan. “Itu karena Tante tak memberinya kesempatan padanya untuk jujur pada perasaannya. Selama ini maaf … mungkin sewaktu Daniel yang dulu bisa terjerumus pada kehidupan bebas i
Bab 38.Salwa mematut di depan cermin. Ia tampak gagah dalam balutan pakaian pangsi silat berwarna hitam dengan emblem nama kebanggaan padepokan dan nama sekolah di mana ia belajar. Hari ini Salwa akan mengikuti pertandingan pencak silat antar sekolah di mana ia mewakili murid puteri dalam kategori tunggal.Pagi buta Aruni sudah berdandan rapi karena akan mengantar putri tercinta untuk mengikuti ajang yang sudah dinanti sebelumnya. Aruni tak pernah mengira jika Salwa akan ikut kejuaraan lagi setelah kecelakaan yang menimpanya. Ia pun sempat meragukan kemampuan silat putrinya yang menurun.Namun ketika Maesarah Basri sebagai guru silatnya, mengabarinya bahwa Salwa akan mengikuti ajang pertandingan mewakili sekolah di mana ia belajar, barulah Aruni percaya.“Maaf ya, Wa. Ummi gak bisa nonton. Ummi kira jadwal manasik besok. Tahunya hari ini. Gak apa-apa ya? Jangan ngambek ya?”Aruni mengusap pucuk kepala putrinya sebelum melepasnya memasuki arena pertandingan. Kemudian ia mengecup kenin
“Nah, lo, chattingan sama siapa?”Neng Mas mengagetkan Salwa dari belakang. “Minum!” Ia menyodorkan sebotol air mineral pada Salwa. Salwa pun meraihnya, membuka tutup botol dan meminumnya perlahan setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas ranselnya.“Tumben, baik banget! Sampe bawain minum!” cibir Salwa menatap Neng Mas.“Ini, semua buatmu!”Neng Mas menaruh sekantong plastik bergambar lebah berisi makanan ringan dan minuman di atas pangkuan Salwa.“Hem, aku mencium aroma hujan salju di kota Bogor! Ah tunggu, badai tornado sepertinya akan terjadi sebentar lagi!”Jari jemari Salwa membuka isi kantong dan mengintip makanan dan minuman apa saja yang berada di dalamnya.“Ya kali, aku punya kekuatan super!”Neng Mas mengambil sebatang coklat dari dalam kantong kresek tersebut, merobek bungkusnya dan langsung melahapnya. Masih mengunyah, ia memperhatikan bungkus coklat yang berwarna mocca bercampur merah muda. “What? Coklat bergambar hati? Hem,”“Makasih, Neng. Aku emang gak bawa bekal! Cum
Seorang wanita paruh baya berambut bergelombang berwarna brunette turun dari mobil mercy berwarna hitam metalic dengan menenteng tas mahalnya penuh kehati-hatian. Tertegun sejenak, ia menapaki tanah yang berdebu, khawatir mengotori sepatu pump shoes bermerk pula.Tatapannya beredar menyisir seluruh sudut rumah setengah permanen bergaya rustic di hadapannya. Ia terperangah kala melihat pemandangan yang di luar ekspektasinya.Bayangan yang melintas di kepalanya ialah rumah yang akan ia kunjungi sebuah rumah semi permanen berdinding tembok kayu atau anyaman bambu yang membentuk bilik bermotif. Semua imajinasinya terpatahkan ketika di hadapannya sebuah rumah berdesain semi permanen, perpaduan tembok, batu bata merah dan kayu bergaya rustic tampil begitu indah memanjakan mata.Warna-warna natural, wooden mendominasi keseluruhan tampilan rumah tersebut. Hangat ialah kesan pertama ketika bertamu ke sana.Karena tak percaya, wanita yang masih cantik di usia kepala empat tersebut menoleh kemud