Selamat tahun baru hijriah Mohon maaf lahir batin Terima kasih kakak pembaca sudah berkenan membaca novel Thor dan memberikan support gem.. semoga Allah membalas kebaikan kalian, amin.
Sepulang Darren Dash dari perjalanan bisnisnya, Nuha meminta restu sang suami untuk bersua dengan sang ibu karena ia merasa sangat merindukannya kendati ia sering melakukan video call dengan ibu tercinta.“Mas, apa boleh aku pergi mengunjungi Ummi? Aku sangat merindukan beliau.” Nuha berbicara pelan sekali, nafasnya masih belum teratur. Ia tengah berada di bawah satu selimut bersama sang suami.Setelah berbagi kehangatan di atas ranjang-yang awalnya takkan mereka lakukan, mengingat usia kehamilan yang masih muda, Darren memeluk Nuha begitu posesif. Nuha tak kuasa menolak sentuhan suaminya yang memabukkan. Mereka pasangan yang tengah hangat-hangatnya hingga baru beberapa hari saja berpisah membuat mereka saling merindu dan melampiaskan rasa rindu kala bertemu.“Tentu boleh Sweety!” tukas Darren dengan suara seraknya. “Makasih, Mas,”Nuha tersenyum kemudian menoleh untuk berhadapan dengan sang suami. Tangannya bergerilya menyentuh wajah sang suami yang semakin hari semakin tampan menur
Suasana begitu tegang ketika ruangan presiden direktur begitu hening. Darren Dash memasang wajah dingin di hadapan seorang direktur Legal dan Perencanaan yang bertugas mengurus perencanaan dan pembelian lahan untuk proyek yang akan dibangun. Bagaimana ia tak murka, proyek pembangunan resort-yang sudah mencapai lima puluh persen harus dihentikan karena sang penggugat meminta ganti rugi lahan dengan harga yang tak masuk akal. Selain itu mereka langsung memilih jalur hukum dan tidak bersedia melakukan mediasi secara kekeluargaan. Perusahaan merugi miliaran rupiah. Namun itu tak seberapa jika dibanding reputasi perusahaan PT JD Group yang Darren jaga selama ini.Untuk persoalan tertentu Darren Dash bersikap tegas. Ia tak suka pegawai yang tak memiliki loyalitas dan sinergi pada perusahaan.“Maaf Pak, semua kekeliruan saya. Saya kurang hati-hati dalam membeli tanah. Saya tidak tahu menahu jika tanah yang saya beli adalah tanah sengketa dan …”Sang direktur kini mirip seperti seekor mangsa
Sebelum berangkat sekolah Salwa mencurahkan segala isi hatinya pada sang kakak usai sarapan pagi di ruang makan. Kekecewaannya pada sang ibu yang telah menyita ponselnya hanya karena aduan dari gurunya. Sebagai seorang kakak yang bijak, Nuha akan menjadi pendengar yang baik untuk adiknya dan meminta penjelasan pada sang ibu berkenaan apa alasan sang ibu menyita ponselnya.“Ummi menyita ponselku padahal aku tidak berlebihan menggunakan benda pintar itu!” keluh Salwa ketika tangannya dengan cekatan menumpukan piring-piring kotor bekas sarapan, masih di atas meja. Matanya menyorot sang kakak dengan penuh pengharapan. Tanpa kata, hanya dengan delikan mata yang mengisyaratkan agar sang kakak melakukan sesuatu untuk menolongnya.“Ummi takkan gegabah mengambil sebuah keputusan. Kau telah berbuat salah oleh karena itu Ummi menghukummu begitu?” Bukan mengiyakan keluh kesah sang adik, Nuha memilih berasumsi dengan pemikirannya sendiri. Belajar dari kisah lampau, sang ibu pun melakukan hal yan
Seorang bidan desa yang masih mengenakan setelan seragam batik bermotif mega mendung dibalut sweater terakota dengan tatanan rambut dicepol tengah mengusap-usap punggung seorang pasien, wanita hamil yang sebentar lagi akan melahirkan. Wanita berambut panjang kusut masai tersebut telah mengalami kontraksi intens, nyaris lima menit sekali dan pembukaan lengkap.Sore itu ia datang sendirian hanya diantar ojek pangkalan untuk melahirkan di sana. Suaminya kerja di kota dan ia hanya tinggal sendiri di rumahnya. Satu tangannya menenteng tas jinjing berisi perlengkapan bayi bergambar boneka teddy bear sedang tangannya yang satu lagi mengusap perutnya yang besar sembari merintih kesakitan.Begitu wanita hamil yang berusia kepala tiga tiba di sana, pasien lain yang ingin melahirkan juga tiba tak selang beberapa menit. Sarah Hanif istrinya Alwi juga akan melahirkan di sana. Berbeda dengan pasien sebelumnya Sarah Hanif diantar sang suami kemudian disusul rombongan keluarganya, Arunika, Salwa Sal
Malam semakin larut dan terdengar seekor burung hantu berdekut di belakang klinik bersalin yang ditumbuhi perdu dan semak. Terlihat rindang dan asri saat siang hari tetapi tidak saat malam hari karena terlihat angker dan dihuni penduduk lain. Suara burung dan embusan angin mengantarkan kelahiran bayi laki-laki berwajah tampan dengan berat badan tiga kilo gram dan panjang lima puluh centi meter. Semua orang terharu menyambut kehadiran anggota baru mereka. Akhirnya Alwi memiliki putra dari Sarah setelah ujian rumah tangganya di mana ia nyaris kembali pada mantan istri pertamanya. Karena kondisi ekonomi istri pertamanya meminta cerai dengannya. Alwi langsung mengadzani bayi lelaki nya dengan berlinangan air mata. Sarah tersenyum melihat sang suami yang menatap putra mereka penuh cinta. “Selamat Sarah, akhirnya kau sempurna menjadi seorang ibu.” Aruni mengusap pucuk kepala Sarah pengganti mama mertua untuknya. Ke dua orang tua Aruni dan Alwi telah berpulang pada sang pencipta. “Bagaim
Seorang pria tambun berkacamata hitam, memakai topi baseball dan masker terlihat sedang membuntuti sebuah mobil hitam metalik di jalan raya. Kecepatan mobil SUV tersebut tidak terlalu cepat maupun lamban. Cara si pengendara mobil mirip seekor elang yang terbang dengan waspada, berhati-hati ketika berada di jalan yang ramai. Benar-benar mulus dalam mengemudikan kendaraan mewahnya.Bahkan ketika seorang pejalan kaki yang sembrono lewat ia mampu mengerem dengan begitu baik. Bisa ditarik kesimpulan orang yang mengendarai mobil tersebut ialah semacam orang yang memiliki perhitungan yang tepat.Bagi pria tambun tersebut, sebuah pepatah mewakili isi kepalanya, pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak perlu repot mencari si pemilik kendaraan tersebut tepat ketika ia hendak melancarkan aksi busuknya karena dewi fortuna menyambutnya dengan baik. Lelaki yang ia cari tepat berada di jalan di depannya.Ekor matanya bergerak-gerak di balik kacamata berbentuk kotak persegi mengkilap berharga ratusan dolar.
Tubuh Nuha yang membengkak mirip ikan buntal berguling ke kanan dan ke kiri di atas ranjang megah. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Berharap menatap lamat-lamat lampu kristal yang menjuntai di langit-langit akan menepikan sejenak suasana hatinya yang buruk. Lampu itu terlihat kompleks dan indah. Kilauannya memantulkan kecantikan sebuah hasil karya seni kriya yang diciptakan oleh seorang pengrajin dengan penuh cinta. Namun di matanya keindahan lampu kristal sama sekali tak menarik kekagumannya.Dengan nafas sedikit terengah, tangannya menopang pada ranjang, meremat sprei untuk bangkit. Hanya untuk bangkit ia seolah membutuhkan tenaga Samson atau mungkin Hulk. Tujuh bulan sudah sepasang janin kembar menghuni rahimnya. Namun bentuk perutnya sudah seperti berusia sembilan bulan lamanya.Beberapa bagian tubuh Nuha ikut melebar. Wajah dan tubuhnya semakin besar seiring usia kehamilannya.Sebelah tangannya mengusap perutnya yang buncit dan sebelah tangannya yang lain menyibak tirai berbaha
Tenda berwarna biru telah terpasang sempurna di halaman rumah termasuk kursi lipat yang sudah dibungkus kain satin mengkilap berwarna hijau lengkap dengan pita di bagian badannya.Di bagian ruang tamu dan teras tak kalah riuh dengan pekerja yang tengah menggelar karpet sebagai alas untuk acara inti. Alwi kebagian menjadi koordinator teknis lapangan.Beberapa hidangan sudah tertata rapi di atas meja prasmanan termasuk para remaja cantik tengah memperoleh tugas menjaganya.Sebuah mikrofon beberapa kali bergaung diuji coba oleh sang empunya rumah.“Tes, halo, halo Bandung!” gumam Salwa mencoba mikrofon dengan hati-hati. Pilinan kabel ia rentangkan agar suara nya keluar. Satu per satu tamu undangan hadir dan memenuhi satu per satu posisi mereka pada sebuah kursi. Mereka datang berbondong-bondong lebih awal. “Teh Nuha masih di mana Ummi?”Salwa memencet tombol off dan menaruh kembali mikrofon ke tempat semula.“Tadi masih di rumah saat Ummi telepon.”Tangan Aruni terayun, mengarahkan para