Miranda masih mematung tidak percaya mendengar ucapan Henry di telepon, namun harga dirinya membuatnya langsung menutup telepon itu. Untuk sesaat Miranda pun merasakan emosi, bingung, hingga tubuhnya yang gemetar tidak jelas, namun tatapan dari manager dan para pelayan toko membuat Miranda segera t
Miranda melangkah masuk ke perusahaan Xander sambil menyembunyikan emosinya. Bagaimanapun ia adalah orang terkenal yang harus menjaga imagenya, walaupun Miranda akui kalau tadi ia kebablasan menunjukkan sifat aslinya di mall. Hati Miranda terasa begitu panas namun ia tetap melangkah sampai ke ruan
"Apa, Xander? Kau mengusirku dari rumahmu?" lirih Miranda tidak percaya. "Kalau kau mau menyebutnya diusir, silakan saja. Apa pun sebutannya, tapi aku mau kau segera pergi dari rumahku, Miranda. Kita tidak bisa tinggal bersama lagi." "Tidak, Xander! Itu juga rumahku.""Sejak awal rumah itu adalah
Sena menelan saliva mendengarnya dan ia menatap Xander tanpa menyahut apa pun. "Apa kau tidak bisa merasakan sikapku yang berubah padamu, Sena Apa kau tidak bisa merasakan kalau aku menginginkanmu, Sena?" ucap Xander lagi dengan suara yang lebih lembut. Debar jantung Sena makin memacu kencang. "Ak
"Kita harus pergi sekarang, Nona."Henry yang ditugaskan oleh Xander untuk mengurus Miranda akhirnya masuk ke kamar Miranda sore itu dan Miranda langsung menegang melihat Henry."Tidak, aku tidak enak badan, Henry. Jangan sekarang," sahut Miranda yang berpura-pura lemas dan sakit. "Uhuk! Uhuk!" Hen
"Kita sudah pernah membahasnya kan, Sena? Kalau kata-kata sudah tidak mempan lagi, kita harus bertindak, Sena." "Tapi tidak sekasar itu, Xander. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian tapi aku juga wanita, Xander. Aku juga tidak mau diperlakukan seperti itu ...." "Sena, apa yang a
Xander dan Sena masih menyantap makanannya malam itu dengan Sena yang tidak berhenti melirik Xander. "Kau mau apa lagi, Sena? Masih banyak yang harus kita habiskan," seru Xander sambil menatap aneka seafood di mejanya itu. "Hmm, aku sudah kenyang," sahut Sena pelan. "Kau makan sedikit sekali, Sen
"Kalau aku menyetir pulang untukmu, apa yang aku kau berikan padaku, Sena?" "Apa maksudmu? Kau kan juga mau pulang. Kita searah. Itu namanya bukan menyetir untukku." "Aku tidak mau pulang, kau yang mau. Berikan aku sesuatu!" "Dasar gila! Aku tidak punya apa-apa." "Kau punya, Sena!" bisik Xander
Rumah keluarga Moreno dan Ilona dihias begitu cantik hari itu. Mereka mengadakan sebuah pesta sederhana untuk merayakan satu bulannya bayi kembar mereka, Mateo dan Zanneta. Tentu saja sederhana untuk Moreno, tidak sederhana bagi Ilona karena Moreno mengundang semua warga kampung ke rumah, bahkan Mo
"Aakkhh, sakit sekali, Reno! Sakit sekali!" Ilona memekik kesakitan saat ia sudah berada di ruang bersalin malam itu. Beberapa bulan telah berlalu dan saat yang Ilona nantikan pun tiba yaitu saat di mana kedua bayi kembarnya akan segera lahir. Ilona sudah memutuskan untuk melahirkan secara nor
Saat Ilona masih begitu menikmati awal kehamilannya, Adrianna sendiri juga begitu menikmati akhir kehamilannya. Di umur kehamilan yang sudah masuk ke sembilan bulan, nafsu makan Adrianna pun makin bertambah sampai Tobias kewalahan mengikuti kemauan Adrianna yang sangat banyak. Tentu saja terkada
Moreno dan Ilona langsung pergi ke dokter keesokan harinya setelah melihat hasil tespek Ilona. Mereka belum berani memberitahukan kabar bahagia itu pada orang lain selain Sena sebelum melakukan USG untuk memastikan kehamilan itu benar adanya dan tanpa gangguan. Ilona pun menunggu dengan begitu t
Saat Tobias dan Adrianna masih begitu bahagia setelah pulang dari bulan madu, tidak begitu dengan Ilona yang sebenarnya juga sangat bahagia, tapi ia kelelahan dan sakit. Sena sampai mengunjungi rumah Moreno setiap hari untuk merawat menantunya yang lemas itu padahal Sena hanya masuk angin. "Teri
"Tobias, pelan-pelan!" Adrianna memekik tertahan saat akhirnya dirinya dan suaminya melewatkan malam pertama pernikahan dengan begitu menggebu. Tobias sendiri sama sekali tidak mau menunggu sedikit pun untuk memiliki istrinya lagi dan lagi. Dan Adrianna pun hanya bisa pasrah melayani suaminya
Tiga bulan setelah pernikahan Moreno dan Ilona, semua anggota keluarga pun bersiap berangkat ke Paris karena Tobias dan Adrianna akan menikah secara privat di Paris dan langsung berbulan madu di sana. Begitu juga dengan Moreno dan Ilona yang akan ikut berbulan madu keliling Eropa setelah menghadir
"Kau lelah, Sayang?" Moreno dan Ilona akhirnya kembali ke kamar hotel mereka setelah serangkaian acara pernikahan yang melelahkan namun membahagiakan itu. Mereka mengadakan dua kali pesta di pagi dan di malam hari dan Ilona pun memakai gaun pengantinnya sepanjang hari sampai rasanya begitu menye
Sejak awal Ilona melangkah, Moreno sudah menahan napasnya sejenak melihat pengantin wanita yang paling cantik yang pernah ia lihat. Gaun Ilona sama sekali tidak berlebihan, gaunnya sederhana tanpa banyak hiasan apa pun tapi terkesan mewah dan elegan. Ilona terlihat cantik luar biasa dengan danda