Tinggal menunggu hitungan menit, operasi itu segera dilakukan dan dari yang aku dengar tadi, dokter sudah menyarankan aku buat puasa satu jam dari sekarang karena tepat pukul dua siang nanti, aku sudah harus masuk ke ruang operasi.Tadi, Akang, ibu dan bapak pamit untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah dan memanjatkan doa buat kelancaran dan keberhasilan operasi sesarku. Mereka semua pasrah, sambil terus berharap kesembuhan dari yang maha kuasa.Sedangkan aku, masih nunggu panggilan masuk ruang operasi, di ruang IGD."Permisi Pak, ini baju untuk operasi ibu Reynata, nanti tolong diganti ya. Tidak boleh ada barang atau perhiasan yang ikut ke ruang operasi," kata salah satu perawat yang ngasih baju ke Husein untuk kukenakan."Iya suster, terima kasih banyak," sahut Akang menerima baju berwarna hijau itu berbarengan ketika dia tiba lagi di ruang IGD."Ya sudah, kalau begitu ibu keluar dulu ya. Rey, Ibu sama Bapak nunggu di luar saja."Aku mengangguk lemah, menatap kepergian ibu dan b
"Bismillah ya sayang, kami semua menunggu kamu di sini." Mataku dan mata Akang saling bertatapan sendu, sebelum akhirnya pintu general operation itu menutup rapat seakan memisahkan duniaku dan dunianya. Aku ketakutan....Aku merasa dingin dan membeku di sekujur tubuh saat sendirian di tempat yang gak aku sangka, akan aku datangi."Saya kasih anastesi dulu ya Bu. Tolong pejam secara perlahan, dan tidur saja dengan tenang, Bu."Ahli anastesi itu memasukan obat bius yang membuat aku sedikit-sedikit menutup kelopak mata dan akhirnya gak ingat apa-apa lagi.*****Selanjutnya, Cerita Akan Mengalir Dari Sudut Pandang Ketiga. Saksikan Terus ya Ketegangan Ini!Awalnya semua baik-baik saja, operasi berjalan lancar dan dokter kandungan berhasil mengeluarkan janin kecil itu. Tapi di tengah jalannya operasi, hal buruk terjadi.Di layar, terdengar bunyi yang memberitahu tingkat saturasi oksigen rendah lalu menurun secara drastis. Salah satu perawat memberitahu bahwa Reynata mengalami pendarahan
Dokter yang berada di atas tubuh Reynata sedang berusaha memancing detak jantungnya dengan CPR, tetapi garis itu tetap lurus beriringan dengan bunyi yang sama sejak tadi."Bagaimana ini Dok? Kami juga belum mendapatkan donor darah pasien, apa yang harus kami lakukan?" tanya asisten dokter yang sepertinya tak memiliki jalan lain saat memperhatikan monitor Reynata.Dokter hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan dengan segala kekuatan. Jika dia sudah berusaha semaksimal mungkin namun Allah berkehendak lain, maka apa boleh buat? Mungkin sudah jalannya pasien meninggal di meja operasi."Beritahu keluarga untuk pasrah, tekanan jantung pasien tidak kembali lagi."Garis lurus pada layar, menunjukkan bahwa Reynata telah mengalami henti jantung.**Saat para dokter berusaha menyembuhkan penyakit dengan medis, maka Husein mencoba membantunya dengan lantunan ayat suci Alquran yang ia baca sejak tadi di dalam ponselnya, karena dalam Quran surah Yunus ayat 57, pelipur lara bagi seseorang yang memiliki
Untuk sementara, karena baru saja keluar dari ruang operasi, maka Reynata masih disimpan di ruang ICU untuk mengontrol setiap perkembangan yang terjadi pada tubuh perempuan itu.Tidak boleh dijenguk, dan tidak boleh ada satupun keluarga yang diizinkan masuk selama masa observasi terjadi, karena virus dari luar bisa saja terkontaminasi dan akan berakibat sepsis pada pasien.Mereka hanya bisa melihat tubuh Reynata yang terbaring menggunakan selang oksigen dari balik kaca bening, agar keluarga masih bisa ikut memantau meski berada di luar ruangan."Bapak pamit pulang dulu ya, sebab tidak ada yang mengimami sholat di pondok. Nanti, kami akan gelar doa bersama supaya Reynata segera diberikan kabar baik."Rupanya, setelah semalaman berada di rumah sakit, keputusan yang terbaik adalah tidak menimbulkan korban lain lagi, artinya salah satu dari mereka harus beristirahat agar bisa bergantian jaga. Lagi pula, sesuai peraturan rumah sakit bahwa penunggu pasien tidak boleh lebih dari dua. "Baik
"Karena rahimnya yang bermasalah, maka sepertinya istri ustadz tidak bisa memiliki anak. Jika kali kedua janin menempel kembali di luar kandungan, maka terpaksa rahim kami angkat."Innalilahi wainnailaihi roji'un.. Seketika Husein ingat Hadist Ulama' yang satu ini.“Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari). Jelas ini cobaan untuk rumah tangga dirinya, sampai manakah hamba Allah ini beriman dan bertakwa pada Allah."Kalau saya tidak masalah Dok, saya tahu ini ujian. Namun saya tidak siap ketika istri saya nanti tahu, sebab hal yang menjadi ketakutan dia selama ini sedang terjadi," papar ustadz muda itu seraya menitikkan air matanya."Ustadz, antum adalah orang baik. Maka cobaannya pun pasti berat, namun yakinlah Allah pasti akan mengangkat derajat antum lebih tinggi dari kami. Ingsyallah, keaj
Point of view kembali pada Reynata Adizti selaku tokoh utama dalam cerita ini.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Padahal kelopak mata adalah bagian tubuh yang paling ringan dan yang paling sering bergerak, tapi gak tau kenapa, saat ini justru kelopak mata aku kerasa berat banget, kek dilem tembak gitu deh!Aku sampai kerahkan semua tenaga cuma buat membuka dua kelopak mata ini, tapi susahnya minta ampun. Belum lagi, bicara dan gerakan jari-jari tangan lainnya, banyak banget beban orang habis nelen anastesi ini, huftt.Coba ya, 1,2,3! Belum berhasil kebuka, aku cuma dengar suara-suara alat mesin dan suster yang teriak manggil-manggil dokter.Oke, kita coba lagi.1...2..3.. Yes, aku mulai melihat sedikit cahaya.Alhamdulillah. Setelah sekian abad, yang tadinya gelap gulita, akhirnya aku bisa juga melihat cahaya yang terang dengan kedua retina mataku."Ibu Reynata, apa ibu mendengar ucapan saya?" Aku mengangguk pelan."Kalau dengar, coba Ibu ikut gerakan senter ini." Dokter pun menggerakkan
Udahan nangisnya, kalau diterusin kasian suster-suster yang jomblo nanti, bukannya kerja malah minta nikah.Itulah alasannya kenapa orang bilang kalau nikah itu 10% aja enak, 90% sisanya enak banget. Dalam pernikahan ada seseorang yang nunggu kamu ketika kamu sedang diambang kematian, ada seseorang yang menangis karena belum siap kehilangan kamu, dan ada seseorang yang selalu berharap kamu akan kembali di sisinya. So sweet kan, makanya nikah mblo!"Ibu Reynata kita pindahkan dulu ke ruang perawatan ya Pak, kalau di sini terus nanti tidak bisa dijenguk sanak saudara."Akang dan aku nyengir karena dapat sindiran halus dari para suster yang sejak tadi jadi penonton teater dadakan dari kita.Semua alat yang menempel di tubuhku sudah di lepas, dan aku tidak perlu pakai selang apa-apa lagi.Kata suster, saturasi oksigen aku berangsur-angsur baik, dan kembali ke angka normal."Sebelum dokter menyatakan luka operasi Ibu Reynata membaik, maka belum diperkenankan pulang ya Pak, Bu. Sebaiknya p
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, pertemuan antara aku dan ayah yang sudah di tahan dari enam bulan yang lalu. Ketika ayah mau ke Jakarta, selalu saja ada hambatannya. Dan kemarin, padahal aku sudah pesan tiket untuk ke Batam, eh malah berakhir di ruang operasi ini.Pada akhirnya, Allah membuat ayah yang datang ke Jakarta, walaupun harus diisi dengan nangis-nangisan. "Ayah kok lama ya Kang, jauh ya hotel sama rumah sakitnya?" tanyaku yang kelihatan gusar banget menanti ayah dan ibu. Sebetulnya, kita berdua memang udah sering bercerita tentang apapun lewat sambungan telepon kecuali perihal kandunganku kemarin, tapi tetap aja rasanya pasti beda kalau bertemu secara langsung."Sabar Ay, kan mereka juga perlu siap-siap kah atau apa dulu, sholat dulu mungkin. Sabar ya!" Akang selalu berhasil menenangkan dan menjauhkan pikiran negatif ku itu."Bantu aku duduk bisa?""Suah kuat duduk memangnya?""Kuat lah, istrinya siapa dulu!" godaku padanya, dan Husein membantu aku duduk te
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G