Dalam Al Quran Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 dikatakan bahwa: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."Bahkan sampai diulang dua kali, dengan alasan apa lagi sampai kita tidak percaya bahwa akan ada kebahagiaan setelah musibah?Ayat itu terjawab dengan tunai saat ini langsung di depan mataku.Semua keluargaku berkumpul, bercanda ria, tertawa dan bahagia dengan leluasa. Sepertinya sakit yang diberikan padaku ini, adalah jalan terjalinnya sebuah silaturahmi.Mungkin kalau aku berbohong dan tetap pergi ke Batam, semua tidak akan berakhir sebahagia ini.Kemungkinan terburuknya, aku enggan kembali ke Bandung, bahkan bisa jadi malah meminta cerai pada Akang, dan memilih hidup kembali dengan kedua orang tuaku seperti dulu.Soalnya buat apa aku kembali? Toh aku juga sudah bukan istri dan menantu yang sempurna bagi mereka, nantinya aku pasti insecure habis-habisan.Tapi ini enggak, setelah mereka mengetahui penyakitku, mereka jus
Akhirnya keluargaku semua benar-benar ninggalin kita berdua di rumah sakit, meskipun kata Ayah dia kangen banget sama anak perempuannya ini, tapi yang lebih berhak tinggal sama aku ya tetap aja Husein.Lagian setelah sembuh, aku dan ayah juga bisa ketemu nanti di pondok. Mereka juga berencana tinggal sementara di Bandung, sampai aku benar-benar pulih. Entah itu pulih secara fisik atau mental, karena gak mudah buat menerima semua ini."Saya mau sholat magrib dulu ya Ay, teman-teman kamu jadi ke sini?" Akang menaruh buah-buahan yang sudah dikupas di atas meja lipat yang tersimpan di ranjang pasien.Memang tadi tuh, aku dapat pesan dari si Clara sama si Nadine katanya mereka bakal ngunjungin aku hari ini. Tapi setelah mau magrib, mereka gak nongol juga, dan aku gak tahu jadi datang atau enggak."Kalau teman-teman kamu tidak datang, kirim pesan pada saya ya, nanti saya sehabis salat langsung naik ke atas.""Iya siap." Aku memakan potongan buahnya dan menatap Akang yang berjalan keluar dar
Duh, kalau udah diputusin pacar tanpa tahu alasan gitu, udah pasti memang membingungkan deh.Galau, nggak bisa makan, dan jadi kepikiran terus-terusan.Apalagi ketika kita spam chat ke dia, dan tetap nggak balasan pesan itu satu pun, jatuhnya malah jadi penyakit buat tubuh kita kan? Makan pun gak nafsu.Dan untuk kasus si Nadine ini, memang di luar kekuasaan aku, mau ngasih nasehat pun sungkan, karena kita nggak ada di posisi dia."Bingung kan kalian kalau jadi gue? Kerjaan gue banyak terbengkalai gara-gara cowok itu. Tapi sumpah, sifatnya memang baik banget! Dia nggak pernah kasar, dia selalu ada buat gue sesibuk apapun pekerjaannya dia jadi dokter. Dia juga gak pernah sehari pun, gak ngasih kabar ke gue. please seandainya dia ngasih gue satu alasan kenapa kita harus putus dan alasan itu masuk akal, gue juga nggak bakalan kayak gini Ra, Rey, percaya deh!""Iya gue paham, sini peluk dulu." Aku memeluk tubuh Nadine yang masih dalam keadaan galau itu."Duh sorry ya Rey, kita di sini ma
"Mau bicara di mana? Lebih baik di sini saja, karena ada dua orang saksi yang bisa menemani kita ngobrol. Aku takut, bisa saja aku kehilangan kontrol dan mengucap kata-kata yang bisa menyakiti kita berdua," papar Nadine pada kekasih, eh salah mantan kekasihnya itu."Ide bagus, apa yang diucapkan oleh Nadine," sahutku.Daripada membiarkan mereka ngobrol berdua, lebih baik aku korbankan ruangan ini menjadi tempat mediasi bagi mereka.Aku tetap duduk di atas ranjang pasien, sedangkan Clara duduk di kursi menghadap ke mereka berdua yang duduk bersebelahan di sofa.Karena kata si dokter itu udah bilang ke temennya untuk menggantikan jam keliling dia sore ini, maka dia sedikit memiliki waktu luang untuk saling sharing."Sekarang saya dan Reynata sebagai sahabat dari Nadine mau menanyakan beberapa pertanyaan kepada anda ya Pak dokter.Apa benar minggu lalu dokter meminta untuk menyudahi hubungan antara kalian berdua dengan alasan yang wow?? Terlalu mudah ya, ingin fokus bekerja sebagai dokte
Pembicaraan ini tidak akan pernah selesai, meskipun sampai tahun depan. Karena kedua-duanya punya argumen yang kuat, Nadine yang mencintai kekasihnya dengan tulus karena dia tidak mau bermain-main lagi dalam sebuah hubungan, apalagi saat umurnya juga sudah bertambah tua.Sedangkan aku lihat Dokter Ilham juga sepertinya serius sama si Nadine, tapi karena permintaan orang tuanya dokter Ilham, dia jadi tidak bisa menolak karena takut menyakiti hati kedua orang tuanya.Beda dengan aku dulu, kalau aku adalah seorang wanita yang harus nurut dengan walinya sampai aku menikah, dan orang tuaku berhak mencarikan aku jodoh yang terbaik karena seorang perempuan masih harus ikut walinya.Sedangkan dokter Ilham??Hah, aku nemu jawabannya!!"Oke!!" Aku menggebrak meja sampai tiga orang di depan aku tersentak semuanya."Ngagetin aja lo, Rey! Kalau gue jantungan gimana? Mau lo bayarin konsul dokternya?" rengek Clara dengan sangat lebay, kataku."Sorry gue cuman terlalu semangat aja!' jawab aku cenge
Firman Allah SWT dalam Quran surat Al-A'raf:178 yang berbunyi:"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)".Perkara Nadine udah selesai, nggak cuman sahabatku yang punya konten horor itu aja, ternyata Clara juga memutuskan untuk ikut memperbaiki dirinya bersama kita, di pesantren.Horeee!!Clara sampai membeli 1 unit rumah yang dekat dengan tempat tinggalku supaya memudahkan mereka berdua untuk menuntut ilmu. Memang sahabat aku itu gak kaleng-kaleng, kalau sudah berurusan dengan sesuatu, mereka pasti bakal bersungguh-sungguh.Alhamdulillah yang kedua adalah untuk kondisiku sekarang, aku berangsur-angsur membaik dan itu semua berkat doa dan kesabaran Akang beserta keluarga semua yang luar biasa, dalam menjagaku.Karena ini operasi besar pertamaku, aku gak punya pengalaman dalam hal penyembuhan, aku gak tau cara
"Kenapa Ay, kamu kok kaget begitu?"Ada rahasia apa ya di pondok, kenapa sampai mereka gak mau Akang tahu bapak pingsan lalu dilarikan ke klinik."I-ini, ibu ketemu teman lamanya dan gak jadi ke rumah sakit." Lagi-lagi aku terpaksa berbohong sama Akang gara-gara keadaan. Kapan taubatnya diriku?"Oh, ya sudah. Kalau ada halangan jangan dipaksa ke sini. Kan ada saya juga!" sahut Akang, kemudian dia kembali muroja'ah kitabnya.Hampir aja!Apa jangan-jangan, ada hubungannya dengan sakit kepala yang sering dirasa sama bapak akhir-akhir ini?Aku jadi ingat ibu sampai memberikan alarm khusus supaya bapak gak telat minum obat. Pastinya ada alasan kuat dibalik itu. Aku berdoa supaya bapak selalu sehat, dan gak terjadi sesuatu yang serius Amiin.Lagian ibu juga aneh-aneh aja deh, pakek harus merahasiakannya segala.And this day!!!Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Aku bahagia banget pas tadi sama dokter dibilangin udah boleh pulang.Para suster yang udah nyabut selang infusan aku
Kita berdua udah ada di dalam mobil dan lagi menuju kembali ke pondok pesantren, tapi kayaknya pas di persimpangan tadi, Akang tidak belok ke arah kanan, melainkan terus lurus dan kupikir kita menuju jalan tol."Loh, kita mau ke mana ini?" Aku memperhatikan skema peta di dashboard dan di sana tertulis menuju kota Sumedang."Kita mau jalan-jalan dulu ya, saya mau ajak kamu ke suatu tempat yang sangat spesial," ujarnya singkat.Hah, ke suatu tempat? Mau ke mana ini? Apa jangan-jangan dia langsung pergi ngisi ceramah."Mau ke mana sih? Kasih tau aja clue nya apa." Aku maksa pokoknya."Ada deh, rahasia. Pokoknya ikut aja. Jangan banyak nanya, nanti saya marah Ay!" tukasnya nyengir kuda.Memang sih, sudah selayaknya kalau seorang istri itu nurut dan percaya sama suami, ke mana pun dia bawa kamu pergi. Karena suamiku sudah berhak penuh atas diriku.Tapi ya, namanya rasa penasaran itu manusiawi banget kan? Aku mulai perhatikan sekitar jalan melalui kaca mobil, dan kita masuk di tol Padalaran
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G