Kita berdua udah ada di dalam mobil dan lagi menuju kembali ke pondok pesantren, tapi kayaknya pas di persimpangan tadi, Akang tidak belok ke arah kanan, melainkan terus lurus dan kupikir kita menuju jalan tol."Loh, kita mau ke mana ini?" Aku memperhatikan skema peta di dashboard dan di sana tertulis menuju kota Sumedang."Kita mau jalan-jalan dulu ya, saya mau ajak kamu ke suatu tempat yang sangat spesial," ujarnya singkat.Hah, ke suatu tempat? Mau ke mana ini? Apa jangan-jangan dia langsung pergi ngisi ceramah."Mau ke mana sih? Kasih tau aja clue nya apa." Aku maksa pokoknya."Ada deh, rahasia. Pokoknya ikut aja. Jangan banyak nanya, nanti saya marah Ay!" tukasnya nyengir kuda.Memang sih, sudah selayaknya kalau seorang istri itu nurut dan percaya sama suami, ke mana pun dia bawa kamu pergi. Karena suamiku sudah berhak penuh atas diriku.Tapi ya, namanya rasa penasaran itu manusiawi banget kan? Aku mulai perhatikan sekitar jalan melalui kaca mobil, dan kita masuk di tol Padalaran
Akang membantu aku turun dari mobil dan kita berdua jalan ke tempat tujuan suamiku itu."Oh, itu bangunan panti asuhan nya kali ya?" gumamku dalam hati, sambil dituntun berjalan ke arah sana.Dari yang aku lihat, bangunan di depanku itu bukan bangunan tua, catnya pun masih bersih, pintu dan segala macam furniture nya juga masih kokoh.Tapi, kenapa buat masuk ke sini, butuh perjalanan yang sangat jauh dulu?Apa gak bisa gitu, ditaruh di sisi jalan raya aja. Menakutkan kalau malam-malam ke sini, sendirian."Teman-teman, Bang Husein datang!" seru salah satu anak kecil yang mengejar bola dan kebetulan menggelinding ke arah kita berdua. Dia begitu terkejut melihat sosok Husein berdiri menahan bola itu.Setelah teriakan dari anak tadi, sontak anak-anak di sana bak sarang semut yang lagi dibasmi, mereka berlarian dari dalam bangunan itu, menghampiri Akang dengan semangat.Aku sampai tersentak dan hampir terjatuh, karena mereka berdesakan pengen bisa memeluk tubuh Akang."Lama gak jumpa Bang,
Saat Akang lagi khusyuk bermain futsal bersama anak panti yang laki-laki, aku bersama dua ibu pengurus panti sedang mengobrol sambil menikmati teh hangat yang mereka buat sendiri, dicampur dengan daun mint yang segar.Aku belum mendengar apa-apa dari mereka, karena masih melayani anak-anak yang bergantian minta dibuatkan pesawat-pesawatan dari kertas origami padaku.Tapi, aku cuma punya satu kesimpulan, mereka pasti orang-orang baik."Bagaimana, seru ya tinggal di sini? Banyak anak-anak yang beragam seki tingkahnya, di sini gak pernah sepi Neng," papar ibu yang paling tua itu, yang aku tahu namanya bu Ratih.Beliau, kemungkinan pendiri dan perintis panti asuhan pedalaman ini."Maaf ya Bu, kalau saya lancang. Tapi saya bener-bener sangat penasaran sekali bagaimana bisa Akang Husein mengenal tempat ini, dan kenapa katanya tempat ini spesial baginya. Mungkin ibu tahu sesuatu." Aku memperhatikan raut wajah mereka secara bergantian, berharap ada yang mau menjelaskannya padaku.Ibu Ratna t
Aku langsung menyeka air mata, begitu melihat Akang berjalan menghampiri kami. Keringatnya menetes pengen langsung aku lap, tapi enggak sekarang.Aku lagi butuh penjelasan lebih dari dia."MasyaAllah, anak-anak sudah semakin hebat main futsalnya. Kalah kekuatan saya sama mereka, Bu," celoteh Husein yang berjalan mendekati aku.Belum aja dia duduk di kursi, aku keburu berdiri dan memintanya untuk ikut bersamaku."Aku mau bicara sama Akang, sekarang juga!" kataku lalu berjalan duluan ke arah di mana mobil kami terparkir."Loh, kenapa Bu sama dia?""Ibu juga gak tahu, dari tadi masih baik-baik aja kok. Sudah, samperin sana!" perintah ibu Ratna yang panik.Terakhir, aku mendengar langkah kakinya yang berlari mengejar diriku. "Ay, ada apa? Kenapa kamu marah sama saya?"Dia menghentikan langkahku yang sebetulnya lebih lambat dari dia.Aku melipat kedua lengan di dada."Sekarang Akang jujur sama Rey, kenapa aku tidak tahu sama sekali tentang panti asuhan ini? Kita sudah menikah enam bulan l
Seiring waktu berlalu, panti asuhan yang tadinya untuk menampung anak-anak korban kebakaran itu, berubah menjadi panti asuhan seperti biasanya.Banyak para orang tua yang kurang mampu secara finansial dan lebih baik menitipkan anaknya di sini. Maka tak heran, jika ketemu anak yang baru berumur tiga tahun atau lima tahun.Tahun ini, panti asuhan As-Salam sudah menerima setidaknya empat anak kecil yang terlantar. Semoga menjadi ladang pahala bagi para pengasuh, terutama untuk suamiku."Sekarang kamu paham kan Ay, kenapa saya tidak cerita selama ini? Karena saya mau memiliki amal jariyah secara diam-diam, tanpa banyak yang tahu. Firman Allah SWT, dalam surah Al-Baqarah ayat 271 sampai 275 yang artinya, “Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu ke
Merasa ucapan Akang masih sekedar bercanda deh, soalnya di luar nalar banget.Mana ada suami yang semengerti itu sama istrinya, kecuali dia?Memang benar berarti, terjadi sesuatu dengan rahimku, dan sesuai dengan dugaanku.Jadi kalau aku sampai hamil di luar kandungan untuk kedua kalinya, maka rahimku akan diangkat.Akang fikir aku tidak paham sama sekali? Aku searching dan aku pelajari semua tentang ibu-ibu yang pernah hamil ektopik, dan hasilnya mereka rata-rata belum memiliki anak setelah operasi pengangkatan janin."Aku masih butuh alasan lain, kenapa Akang memilih jalan tengah seperti itu. Akang bukan lagi mau menjurus ke poligami kan?"Keningnya langsung mengernyit mengiringi kebingungan atas ucapanku barusan."Bisa-bisanya Ay, kamu berfikir sampai ke sana? Ingat yang pernah kita ucapkan dulu apa? Permintaan kamu, kalau seandainya kamu tidak bisa hamil Rey?"Iya, aku akan selalu ingat jawabanmu itu. Tapi, aku pikir itu cuma sekedar basa basi doang, dan sekalinya ucapannya memang
Gak nyangka banget anak-anak ternyata seantusias itu makan bersama bareng Akang, seperti ketemu lagi dengan anggota keluarga tercintanya yang selama ini terpisah dalam waktu lama.Saling berebut untuk bisa duduk dan bercengkrama dengan Akang, sampai saling memohon untuk ganti-gantian. Lucu deh!Aku yakin suatu saat nanti mereka akan menjadi orang sukses, yang bisa membahagiakan diri mereka bersama orang-orang tercintanya. Kelak, jika bersungguh-sungguh, mereka akan menjadi ahli surga karena telah berbakti kepada orang tua yang melahirkan, maupun yang merawat mereka sampai seperti ini.Adzan Dzuhur pun terdengar oleh salah satu anak yang mengumandangkannya secara terjadwal, maka setelah selesai makan siang bersama, semua yang ada di panti kecuali aku, menyegerakan untuk mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat Dzuhur secara berjamaah yang diimami oleh Husein Alfarizi.Untuk pendidikan umum di sini, namanya Pendidikan Terbuka, setiap hari kamis hingga sabtu, ada beberapa guru yang datan
Back to laptop. Alias kembali lagi ke kehidupan biasa aku sekarang, melupakan semua yang terjadi dua minggu terakhir ini, tentunya terkecuali panti asuhan yang meski harus dirahasiakan ke semua orang, tapi gak boleh dilupakan.Seperti biasa, aku mengurus keperluan Akang yang mau mengisi ceramah di salah satu tempat pengajian ibu-ibu, tapi kali ini lokasinya agak jauh.Akang diundang oleh salah satu artis ternama ibu kota, yaitu YouTubers Sheila Nathalia, untuk acara pengajian tasmiyah anak pertamanya.Katanya, youtubers itu sudah lama kenal sama Akang saat beberapa kali menonton konten dakwahnya yang di upload oleh salah satu jamaah, akhirnya konten itu viral dan banyak telepon masuk yang meminta Akang buat mengisi acara pengajian, di mana-mana. Dan yang dipilih Akang, pengajian saat ini."Ay, yakin gak mau ikut? Ayok, temani saya. Saya kalau lama, bagaimana?"Hari ini, Clara dan Nadine mau mendaftarkan dirinya ke pondok, untuk jadi santri pulang pergi, jadi aku lebih memilih di rumah
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G