12 jam perjalanan, yang sukses membuat pinggangku encok! Sampai juga aku di negeri orang, cita-cita naik pesawat mau ke Korea Selatan ke negeri ginseng eh malah ke negeri gersang.Sungguh kebalikannya ya, yeorobun!!Perjalanan dari Bandara ke Kairo sekitar satu jam, persis seperti yang Akang ceritakan saat itu. Dan dari Kairo ke Danhat, itu sekitar 20 menit. Kenapa Akang memilih penginapan di pinggiran begitu setelah pindah dari apartemen? Karena kalo pas di kota metropolitan nya, biaya hidup lebih besar, dia masih memikirkan aku dan anak-anak yang ada di Indonesia.Sebelum aku melahirkan, dia sengaja memilih apartemen untuk memudahkan perjalannya menuju bandara.Maka dari itu, aku diberikan alamat oleh suamiku, tempat dia menginap. Kebetulan dia dan pemiliknya juga sangat dekat, dan langsung aja aku berikan pada supir taksinya.Ongkosnya aja dari bandara ke tempat tujuan hampir sekitar lima ratus ribu.Pusing pala Barbie.Anak-anak aku lagi apa ya? Dia cariin Umanya gak? Baru seteng
Pada akhirnya karena madam mengenali aku, aku pun langsung diajak untuk makan malam bersama dengan Madam, di rumahnya.Beliau ini hanya tinggal sendiri dan mengurus penginapannya di masa tua, walaupun dari yang aku lihat di dinding, dia berfoto bersama suami dan ketiga anaknya.Begini ya dekorasi rumah-rumah di Timur Tengah itu, serba warna coklat dan mereka rata-rata memakai satu warna cat saja di rumahnya.Aturan yang harus kita patuhi di negara ini adalah, dilarang membantu tuan rumah saay menyajikan makanan sekalipun itu kenalan, atau keluarganya. Karena bagi mereka, selain ruang tamu, isi dalam rumah itu adalah privasi. Orang luar dilarang mengetahuinya.Walau Madam menyiapkan segala masakan sendirian, aku dilarang untuk membantunya. Alhasil, aku cuma duduk-duduk di ruang tamu sambil memandangi foto keluarga dari Madam.Mereka semua sudah sarjana, menjadi orang sukses semuanya. Madam pun selalu tersenyum bahagia jika bersama anak-anaknya. Tapi sekarang mereka ke mana?"Itu anak i
Sebagai orang yang selama kurang lebih dua tahun kenal sama Akang, Madam sangat percaya bahwa tuduhan itu tidak benar sama sekali. Madam cerita padaku bahwa selama ustadz Husein tinggal di penginapannya, dia yang selalu mimpin sholat fardhu, dia juga yang mengajar ngaji anak-anak di lingkungan sekitar, di hari minggu, Akang juga rutin kerja bakti sosial ke panti asuhan dan faqir miskin untuk membagikan makanan dari Majlis Rijal 'Aldiyn atau bahasa mudahnya MUI-nya Mesir."Jadi saya rasa, perbuatan itu tidak cocok untuk ustadz Husein. Karena biasanya perbuatan kita secara spontan itu adalah cerminan perilaku kita sehari-hari. Apalagi dia selalu saja membanggakan istrinya, menyebut bahwa kamu adalah perempuan yang paling berharga dalam hidupnya. Saya tidak percaya pada tuduhan itu!"Walaupun bahasa Inggrisnya kurang rapi, tapi aku mengerti maksudnya.Alhamdulilah, aku dan dia berkomunikasi dengan baik dan lancar sampai saat ini.Aku mengusap air mata, karena terlalu menghayati pembicar
"Kebetulan banget, tolongin aku! Sembunyikan aku!" katanya yang terus meronta-ronta meminta aku buat menyelamatkannya.Aku sendiri bingung mau ngapain, aku aja lagi kesusahan, ini malah suruh bantu."Kamu kenapa memangnya? Ada yang lagi ngejar kamu?""Iya, polisi yang lagi tertibkan jalan razia pengemis! Ayok, sembunyikan aku!"Tapi aku memutar ke segala arah dan gak ada tempat yang pas untuk bersembunyi. Apa aku tinggalin aja dia ya? Toh bukan urusan aku juga!Tapi, dari kejauhan aku gak sengaja melihat polisi yang memang lagi menyeret-nyeret para gelandangan itu untuk naik ke atas mobil patroli. Aku sih jadi gak tega liatnya, apalagi ini wanita!"Tolong aku please!" Beruntung, aku selalu bawa jilbab cadangan dalam tas dan langsung aku pakaikan ke perempuan itu. Tak lupa, bedak dan lipstik juga aku poles supaya wajahnya kelihatan lebih bersih."Jalan aja di samping aku, anggap kita sedang berteman dan bercengkrama," kataku menggandeng tangannya dan kita berjalan sambil bersenda gur
MasyaAllah, buat apa sejak tadi aku bimbang, mundar mandir kek setrikaan gak jelas begitu, kalau ujung-ujungnya tetap aja aku pergi ke tempat yang disebutkan sama perempuan tadi.Aku gak tahu ini keputusan yang tepat atau bukan, yang jelas ini keputusan yang bodoh menurut aku. Berdiri di depan gedung tinggi, di antara kerumunan orang-orang aku kelihatan sendirian, kayak anak ayak kehilangan induknya gitu.Dan di sini itu, mau malam, mau siang, sama aja panasnya. Gak berminat tuh keluar malam pakek jaket, yang ada gondolan kipas portabel ke mana-mana udah kayak manusia listrik."Hai Mba!!" Aku tersentak begitu ada seseorang yang menyapa aku dari belakang. Rupanya perempuan yang tadi. Tapi, iya bukan sih? Kok pakaiannya beda banget, dia lebih seksi, memakai riasan yang menor banget, dan jubah hitam yang cuma menutupi bagian belakangnya itu. "Kok bengong, pangling ya liat Sarah pakai baju begini?" "Nama kamu Sarah?""Eh iya, kita belum kenalan ya. Nama aku Sarah, umur aku baru 24 tahu
Tanpa berlama-lama lagi, aku dan perempuan ini segera menuju TKP agar dirinya bisa langsung menjelaskan secara rinci kejadian yang sebenarnya di hari itu.Aku dan dia sama-sama panik, karena tahu bahwa ada orang yang gak bersalah, terseret dalam masalah ini.Sarah tahu betul bahwa pelakunya bukan suamiku."Di sini! Ini lah tempat kita berdua sembunyi dari kejaran polisi malam-malam itu. Aku dan temanku itu panik banget dan akhirnya mencari tempat persembunyian terdekat, terus kita memilih di sini." Dia menunjuk tempat yang diberi garis polisi itu, sambil terus mengingat semua runtutan peristiwa malam itu."Coba Sarah, aku minta tolong untuk kamu ingat-ingat lagi, siapa pelakunya dan kenapa kamu yakin kalau itu orang asli kota Danhat," pintaku pada perempuan itu dengan sangat memohon."Sebentar ya!"Dia memejamkan matanya, berusaha memutar kembali memori malam itu."Aku dan teman gelandangan itu cuma berusaha melarikan diri dari kejaran polisi supaya tidak tertangkap, kita tidak begit
Berdzikir terus, supaya pikiran aku kembali dibersihkan. Aku gak mau su'udzon dulu, mungkin karena aku lagi sensitif maka pikiran aku jadi ke mana-mana. Padahal itu belum tentu benar!Berselisih paham dengan orang lain memang hal biasa kan, tapi kalau misal sampai memfitnahnya sekejam ini, bukan lagi soal berselisih. Tapi udah permusuhan!Aku berserah diri padamu, ya Allah.***Hari ini, agendaku dan Sarah untuk mencari tahu apakah ada kamera pengawas lain selain yang diberikan pihak kepolisian kota Danhat untuk kami. Tapi, berapapun kita memutar wilayah itu, tetap saja hanya ada satu kamera yang menghadap ke sana.Ini bukan Korea Selatan yang setiap jalan dan gang sempit ada kamera, jadi sangat susah sekali bagi kita menemukannya."Mba, sepertinya aku nyerah deh! Kita udahan aja yok!" pinta dia dengan napas yang ngos-ngosan. Aku gin sama, lelah dan banjir keringat di seluruh tubuh. Tapi ini semua gak sebanding dengan nama Akang yang tercoreng akibat tuduhan ini.Aku gak boleh nyerah
"Kok diam, ayok Sarah! Kita tinggal selangkah lagi untuk dapat kebenaran itu!" Aku kembali ke dekat tubuh Sarah dan menarik satu tangannya untuk ku ajak berdiri.Tapi dia masih terdiam dan menatap aku dengan sinis. "Kenapa aku harus capek-capek lakuin ini untuk bantu kamu?" tanya dia sangat mencekam.Deg!!! Kenapa tiba-tiba dia berkata itu, apa aku punya salah?"Kamu kenapa bicara begitu Sar? Aku punya salah pada kamu? Aku minta maaf karena bikin kamu lelah, tapi ini semua aku lakukan untuk....""Untuk kepentingan keluarga kamu aja kan? Setelah kebenaran terungkap, kamu senang, suami kamu bebas, dan kalian berkumpul untuk hidup bahagia lagi? Iya kan?"Tentu saja loh, ah! Untuk apalagi aku capek-capek seperti ini, ya jelas aku ingin keluarga aku bahagia. Memangnya salah?"Kamu kenapa Sarah? Iya ok, dari alasan yang kamu ucapkan semua benar. Memangnya apa salah aku kalau aku ingin bahagia lagi dengan keluarga aku?" Aku gak bisa kalau menyinggung tentang kebahagiaan, air mataku langsun