Pada akhirnya karena madam mengenali aku, aku pun langsung diajak untuk makan malam bersama dengan Madam, di rumahnya.Beliau ini hanya tinggal sendiri dan mengurus penginapannya di masa tua, walaupun dari yang aku lihat di dinding, dia berfoto bersama suami dan ketiga anaknya.Begini ya dekorasi rumah-rumah di Timur Tengah itu, serba warna coklat dan mereka rata-rata memakai satu warna cat saja di rumahnya.Aturan yang harus kita patuhi di negara ini adalah, dilarang membantu tuan rumah saay menyajikan makanan sekalipun itu kenalan, atau keluarganya. Karena bagi mereka, selain ruang tamu, isi dalam rumah itu adalah privasi. Orang luar dilarang mengetahuinya.Walau Madam menyiapkan segala masakan sendirian, aku dilarang untuk membantunya. Alhasil, aku cuma duduk-duduk di ruang tamu sambil memandangi foto keluarga dari Madam.Mereka semua sudah sarjana, menjadi orang sukses semuanya. Madam pun selalu tersenyum bahagia jika bersama anak-anaknya. Tapi sekarang mereka ke mana?"Itu anak i
Sebagai orang yang selama kurang lebih dua tahun kenal sama Akang, Madam sangat percaya bahwa tuduhan itu tidak benar sama sekali. Madam cerita padaku bahwa selama ustadz Husein tinggal di penginapannya, dia yang selalu mimpin sholat fardhu, dia juga yang mengajar ngaji anak-anak di lingkungan sekitar, di hari minggu, Akang juga rutin kerja bakti sosial ke panti asuhan dan faqir miskin untuk membagikan makanan dari Majlis Rijal 'Aldiyn atau bahasa mudahnya MUI-nya Mesir."Jadi saya rasa, perbuatan itu tidak cocok untuk ustadz Husein. Karena biasanya perbuatan kita secara spontan itu adalah cerminan perilaku kita sehari-hari. Apalagi dia selalu saja membanggakan istrinya, menyebut bahwa kamu adalah perempuan yang paling berharga dalam hidupnya. Saya tidak percaya pada tuduhan itu!"Walaupun bahasa Inggrisnya kurang rapi, tapi aku mengerti maksudnya.Alhamdulilah, aku dan dia berkomunikasi dengan baik dan lancar sampai saat ini.Aku mengusap air mata, karena terlalu menghayati pembicar
"Kebetulan banget, tolongin aku! Sembunyikan aku!" katanya yang terus meronta-ronta meminta aku buat menyelamatkannya.Aku sendiri bingung mau ngapain, aku aja lagi kesusahan, ini malah suruh bantu."Kamu kenapa memangnya? Ada yang lagi ngejar kamu?""Iya, polisi yang lagi tertibkan jalan razia pengemis! Ayok, sembunyikan aku!"Tapi aku memutar ke segala arah dan gak ada tempat yang pas untuk bersembunyi. Apa aku tinggalin aja dia ya? Toh bukan urusan aku juga!Tapi, dari kejauhan aku gak sengaja melihat polisi yang memang lagi menyeret-nyeret para gelandangan itu untuk naik ke atas mobil patroli. Aku sih jadi gak tega liatnya, apalagi ini wanita!"Tolong aku please!" Beruntung, aku selalu bawa jilbab cadangan dalam tas dan langsung aku pakaikan ke perempuan itu. Tak lupa, bedak dan lipstik juga aku poles supaya wajahnya kelihatan lebih bersih."Jalan aja di samping aku, anggap kita sedang berteman dan bercengkrama," kataku menggandeng tangannya dan kita berjalan sambil bersenda gur
MasyaAllah, buat apa sejak tadi aku bimbang, mundar mandir kek setrikaan gak jelas begitu, kalau ujung-ujungnya tetap aja aku pergi ke tempat yang disebutkan sama perempuan tadi.Aku gak tahu ini keputusan yang tepat atau bukan, yang jelas ini keputusan yang bodoh menurut aku. Berdiri di depan gedung tinggi, di antara kerumunan orang-orang aku kelihatan sendirian, kayak anak ayak kehilangan induknya gitu.Dan di sini itu, mau malam, mau siang, sama aja panasnya. Gak berminat tuh keluar malam pakek jaket, yang ada gondolan kipas portabel ke mana-mana udah kayak manusia listrik."Hai Mba!!" Aku tersentak begitu ada seseorang yang menyapa aku dari belakang. Rupanya perempuan yang tadi. Tapi, iya bukan sih? Kok pakaiannya beda banget, dia lebih seksi, memakai riasan yang menor banget, dan jubah hitam yang cuma menutupi bagian belakangnya itu. "Kok bengong, pangling ya liat Sarah pakai baju begini?" "Nama kamu Sarah?""Eh iya, kita belum kenalan ya. Nama aku Sarah, umur aku baru 24 tahu
Tanpa berlama-lama lagi, aku dan perempuan ini segera menuju TKP agar dirinya bisa langsung menjelaskan secara rinci kejadian yang sebenarnya di hari itu.Aku dan dia sama-sama panik, karena tahu bahwa ada orang yang gak bersalah, terseret dalam masalah ini.Sarah tahu betul bahwa pelakunya bukan suamiku."Di sini! Ini lah tempat kita berdua sembunyi dari kejaran polisi malam-malam itu. Aku dan temanku itu panik banget dan akhirnya mencari tempat persembunyian terdekat, terus kita memilih di sini." Dia menunjuk tempat yang diberi garis polisi itu, sambil terus mengingat semua runtutan peristiwa malam itu."Coba Sarah, aku minta tolong untuk kamu ingat-ingat lagi, siapa pelakunya dan kenapa kamu yakin kalau itu orang asli kota Danhat," pintaku pada perempuan itu dengan sangat memohon."Sebentar ya!"Dia memejamkan matanya, berusaha memutar kembali memori malam itu."Aku dan teman gelandangan itu cuma berusaha melarikan diri dari kejaran polisi supaya tidak tertangkap, kita tidak begit
Berdzikir terus, supaya pikiran aku kembali dibersihkan. Aku gak mau su'udzon dulu, mungkin karena aku lagi sensitif maka pikiran aku jadi ke mana-mana. Padahal itu belum tentu benar!Berselisih paham dengan orang lain memang hal biasa kan, tapi kalau misal sampai memfitnahnya sekejam ini, bukan lagi soal berselisih. Tapi udah permusuhan!Aku berserah diri padamu, ya Allah.***Hari ini, agendaku dan Sarah untuk mencari tahu apakah ada kamera pengawas lain selain yang diberikan pihak kepolisian kota Danhat untuk kami. Tapi, berapapun kita memutar wilayah itu, tetap saja hanya ada satu kamera yang menghadap ke sana.Ini bukan Korea Selatan yang setiap jalan dan gang sempit ada kamera, jadi sangat susah sekali bagi kita menemukannya."Mba, sepertinya aku nyerah deh! Kita udahan aja yok!" pinta dia dengan napas yang ngos-ngosan. Aku gin sama, lelah dan banjir keringat di seluruh tubuh. Tapi ini semua gak sebanding dengan nama Akang yang tercoreng akibat tuduhan ini.Aku gak boleh nyerah
"Kok diam, ayok Sarah! Kita tinggal selangkah lagi untuk dapat kebenaran itu!" Aku kembali ke dekat tubuh Sarah dan menarik satu tangannya untuk ku ajak berdiri.Tapi dia masih terdiam dan menatap aku dengan sinis. "Kenapa aku harus capek-capek lakuin ini untuk bantu kamu?" tanya dia sangat mencekam.Deg!!! Kenapa tiba-tiba dia berkata itu, apa aku punya salah?"Kamu kenapa bicara begitu Sar? Aku punya salah pada kamu? Aku minta maaf karena bikin kamu lelah, tapi ini semua aku lakukan untuk....""Untuk kepentingan keluarga kamu aja kan? Setelah kebenaran terungkap, kamu senang, suami kamu bebas, dan kalian berkumpul untuk hidup bahagia lagi? Iya kan?"Tentu saja loh, ah! Untuk apalagi aku capek-capek seperti ini, ya jelas aku ingin keluarga aku bahagia. Memangnya salah?"Kamu kenapa Sarah? Iya ok, dari alasan yang kamu ucapkan semua benar. Memangnya apa salah aku kalau aku ingin bahagia lagi dengan keluarga aku?" Aku gak bisa kalau menyinggung tentang kebahagiaan, air mataku langsun
Hikkss...hikkss.. Mewek banget aku hari ini, patah hati terbesar sebagai seorang istri. Tidak bisa berpikir normal kalau disuruh yang namanya berbagi suami.Ya iya lah, siapa yang mau? Tiba-tiba aku pulang ke Indonesia terus bawain calon istri baru buat Akang? Lebih baik....Tidak ada yang lebih baik juga, aku pun gak mau Akang selamanya ada di penjara atau memiliki gelar mantan narapidana yang tidak terhormat. Membayangkannya aja membuat aku sesak!Ini sudah mau mendekati sidang, tinggal tiga hari lagi. Aku sudah hampir saja berhasil, tapi perempuan itu??Aarrggghhh!!!!! Aku memukuli bantal berkali-kali seakan itu adalah wajah si perempuan itu! Jahat, kamu jahat banget sih, Sarah!Aku sama sekali gak kepikiran kalau kamu sampai mau menikah sama suami aku! Masih jutaan laki-laki yang jomblo, kenapa milih suami orang?Aku gak habis pikir! Sekarang pilihannya antara setuju suamiku menikah lagi atau membiarkan dia mendekam di penjara dan anak-anak aku akan menanggung rasa malu nantinya
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G