Dia terdiam sambil menantikan aku akan berkata apa.Duh Mau jujur kenapa susah banget sih."Mas, sebenarnya dia...""Oh iya, ini handphone kamu. Sudah saya perbaiki layarnya." Husein memotong pembicaraan aku dan tiba-tiba menyerahkan ponselku dengan keadaan yang lebih bagus. Karena setahuku, sebelum pindah tangan, handphone ini memang layarnya dalam keadaan yang retak karena pernah ku banting saat pertama kali dengar mau dijodohkan oleh ayah. Jadi, Husein menyita ponselku waktu itu ternyata untuk dia perbaiki layarnya? Ya ampun, aku udah terlalu banyak buruk sangka sama kamu Mas. Ku pikir karena kamu bener-bener lagi ngasih hukuman aja sama aku."Mas... kamu perbaiki layarnya yah?""Iya dong, kan retak. Ponsel itu adalah barang milik pribadi, jadi gak boleh rusak. Sebetulnya harusnya udah selesai dari kemarin lusa, cuma Lcd pesanan saya baru sampai kemarin sore, jadi hari inilah baru saya dihubungi oleh pihak counter untuk ambil barangnya. Alhamdulillah udah lebih rapi, enak dipandan
Percakapan kita beralih ke sofa kamar. Karena kata Husein barusan, obrolan suami istri yang menjurus pada hal-hal intim, sebaiknya di bahas di dalam kamar, dan cukup hanya keduanya lah yang tahu. Kalau kita masih ada di ruang tamu, dikhawatirkan akan banyak telinga yang mendengar. Sedangkan aib rumah tangga hendaknya ditutup rapat-rapat dari semua orang.Kita duduk saling bersebelahan. "Rey, saya mau nanya. Serius kah ucapan kamu tadi pagi?"Aku sempat bingung apa yang dia maksud, tapi sedetik kemudian aku langsung paham. Semua ini tentang aku yang membolehkan dia mencium ku."Memangnya kedengaran kayak bercanda ya Mas?""Mau dijawab jujur atau bohong nih?""Jujur dong! Bohong kan dosa," selaku lagi."Iya. Ucapan itu kedengarannya hanya sebagai rasa kasihan kamu terhadap saya Rey." Aku masih mencerna ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Husein, karena aku gak paham bagian mananya ucapan ku dinilai sebagai rasa kasihan."Maksud Mas apa ya? Kok bisa Mas nilai seperti itu?""Iy
Mana tinggal besok hari lagi. Aku gak tau kenapa rasanya kecewa banget baru dikasih tau H-1 begini. Pasti kalau seminar kayak gitu rata-rata dikasih tahunya seminggu sebelum berangkat kan? Apalagi aku lihat jadwal ceramahnya sangat padat dalam satu minggu ke depan. Kenapa dia gitu sih? Aku kan jadi sedih."Oh, sendiri?""Berdua sama Mba Aisyah. Tapi kita berangkat beda kendaraan," tambahnya lagi sambil menegaskan hal yang mungkin akan aku pertanyakan.Aneh, kalau dulu aku berharap bisa lepas jauh atau berpisah sementara waktu sama Husein, tapi sekarang kenapa ada rasa gak rela kayk gini ya? Apalagi saat aku dengar dia akan pergi sama si Aisyah. Walau gak bakal satu mobil dan satu kamar, tapi kan meresahkan banget buat diingat-ingat."Kok diam?" tanyanya kembali memecah lamunanku."Kok harus sama dia, guru yang lain gak ada?" Aku masih berusaha buat berpikir wajar, meskipun dalam hati udah dongkol banget."Karena yang alumni Al-Azhar kita berdua Rey, jadi kami yang diundang. Nanti kam
Aku pulang dari kobong dengan jalan yang tergesa-gesa sambil dibarengi dengan terngiang-ngiang nya cerita dari anak-anak tadi yang membuat aku seperti kebakaran jenggot. Panas terik di siang hari aja kalah sama panasnya hati aku akibat ulah mereka yang entah cerita itu benar atau hanya dilebih-lebihkan.Apalagi ditambah kenyataan bahwa Husein akan tugas bersama Aisyah nanti! Bener-bener bikin aku makin murka.Sholat ashar baru saja selesai, dan mungkin saja Husein udah kembali ada di kamarnya lagi. Jadi aku udah mempersiapkan diri kalau nanti ditanyain habis dari mana aja. Yah, entar seklian aja aku bakal jujur, kalau habis dapat asupan gas tiga kilo gram dan bensin. Entar lagi bakal meledak gitu, biar dia kebingungan."Salamulekom!" Sangkingnya kesal, ucapan salam ku hampir terdengar seperti menyimpang dari lafadz sebenarnya.Aku berjalan ke arah kamar dan menemukan Husein yang udah ada di sana."Dari mana Rey ba'da ashar baru datang?" tanyanya menghampiri aku di depan pintu."Kan
Setelah aku selesai mandi dengan imajinasinya yang luar biasa, aku pun segera kembali menuju ke kamar dan gak sengaja melihat Husein lagi menyimpun barang yang akan dia bawa ke Jakarta besok."Sini biar aku aja!" kataku yang langsung menggeser tubuhnya dan meraih baju yang dia pegang."Gak usah, biar saja Rey." Sempat dia meraih kembali pakaiannya itu tapi dengan cepat aku merebutnya lagi."Aku aja! Aku pilihkan outfit untuk dipakai sama Mas dalam satu minggu ke depan pas lagi ngisi seminar nya, nanti difoto tiap lagi pakek bajunya," paparku dengan ketus."Tapi kok ngambek sih ngasih tahunya? Saya ada salah lagi ya Rey? Jujur saja!" kata dia menghentikan pergerakan aku. Sial! Baru dipegang tangannya aja aku udah nervous banget nih!"Kalau gak ikhlas jangan dilanjutkan ya Rey, biar saya sendiri aja yang tata!"Aku pun dengan kesal sedikit melempar baju itu ke dalam koper. "Aku bukannya gak ikhlas Mas, tapi aku kesel.""Ya kesel nya kenapa? Coba cerita, kalau marah-marah begini gimana m
Aku sengaja mengatur alarm lebih pagi meski lagi libur sholat, alasannya ya karena aku harus menyiapkan segala keperluan dia yang kemarin sore tertunda akibat perdebatan yang yang mendadak terjadi. Alhasil, pagi-pagi seperti inilah saatnya aku mengemasi baju, kitab-kitab nya, makanan cemilan, minuman buat di perjalanan dan embel-embel nya lagi.Pokoknya, ya bagi para istri-istri yang lain pasti udah paham lah, harus ngapain. But for me, this a first time banget.."Eh udah bangun," sapanya ketika dia udah tiba di kamar setelah selesai sholat subuh berjamaah di masjid."Iya lah, kan harus siapin baju."Tapi kelihatannya ekpresi Husein seperti lagi kaget begitu deh."Bentar Rey, itu baju aku banyak banget!! Kan di sana pasti ada laundry gitu, kenapa harus sebanyak itu?" Dia kaget banget begitu melihat pemandangan tujuh setel baju koko dan tujuh setel baju santai yang aku siapkan di atas kasur. "Enggak banyak, cuma tujuh kok!""Astaghfirullah, itu banyak sayang. Gak perlu sebanyak itu,
Setelah semua selesai, aku mengantar kepergian Husein sampai ke depan pintu mobilnya. Di belakang kami juga udah ada bapak dan ibu mertua yang turut mengantarkan keberangkatan Husein."Sudah gak ada yang ketinggalan lagi? Nanti bapak nyusul di penutupan acaranya yah," kata bapak mertuaku."Iya Pak, doakan perjalanan Husein selamat ya." Ku lihat dia mencium punggung lengan bapaknya.Sedangkan aku masih berdiri di sebelah pintu penumpang dan sengaja berdiri jauh dari mereka."Itu Aisyah."Kita semua menoleh ke sosok yang dimaksud oleh ibu mertuaku. Siapa lagi sih manusia yang matanya selalu berbinar kalau ketemu Aisyah? Ya dia doang. Berasa kayak ketemu bidadari kayangan! Beda kalau ketemunya sama aku, berasa liat rentenir kali langsung kabur gitu aja. Derita gak disukai sama mertua sendiri ya gitu, dibeda-bedakan."Kenapa gak bareng Husein aja sih, kan kalian satu arah satu tujuan?" Kala ibunya berkata seperti itu, Husein menoleh ke arahku dan memeriksa ekpresiku."Bu, kita bukan mu
Dua hari dari kepergian Husein membuat rasa kesepian yang luar biasa. Gak ada lagi ceramah-ceramah menjengkelkan yang menemani aku setiap harinya, yang tadinya aku selalu ilfeel, tapi lama kelamaan aku kangen ocehannya dia. Dan tahukah kalian apa yang lebih menyebalkan dari itu? Husein jarang sekali kasih kabar sama aku. Setelah satu teleponnya yang mengabari bahwa dia udah sampai di Jakarta, udah itu hening aja ke sananya.Kadang kalau aku nanya lagi apa, udah makan atau belum di pagi hari dia bisa balasnya sore, atau malem.So, kenapa slow respon seperti itu ke istrinya sendiri? Katanya nyuruh aku gak usah khawatir, tapi kalau begini siapa yang gak merengek terus coba. Bahkan telepon dari aku juga sering gak diangkat dan gak pernah ditelepon balik. Jengkel sih, tapi gengsi kalau mau jujur! Cuma ngobrol sama anak-anak aja yang bantu bikin waktu aku gak terasa lebih lama. Tapi, mereka juga ada jadwalnya tersendiri. Kalau waktunya mengaji atau ekstrakulikuler, aku harus pulang dan g
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G