"Uweek...uweek... uughh.. huweek..."
Suara itu memekak sekali, sampai-sampai aku yang terlelap di alam mimpi langsung terbangun dan secepat kilat melihat ke arah kamar mandi. Ruang di sebelahku yang biasanya terisi ustadz tampan, kini kosong.Aku rasa itu suaranya."Akang..." Buru-buru aku turun dari kasur dan menghampiri suamiku yang sedang berjongkok di kloset kamar mandi."Akang kenapa? Sakit?"Uweek.. ohok.. uwek.."Gak tau Ay, aku tiba-tiba mual dan isi perutku keluar semua." Tubuhnya lemas dan terduduk di lantai kamar mandi yang untungnya saja kering. Aku melihat saliva nya tersisa di sudut bibir dan kulap menggunakan tissue toilet. Maaf ya Akang, ini darurot. Kuambil yang terdekat saja."Akang ada makan apa hari ini? Masuk angin? Makan yang kadaluarsa?" Aku menerka-nerka dan mungkin dia salah makan."Saya tadi sih makan gado-gado Ay, jadi ini banyak yang keluar kacangnya," tutur suami berparas subhanallah itu."Berarti Akang lagi gak bisa makan kacang. Yaudah yuk ke kasur, aku balur pakek minyak angin ya."Dengan lemas, dengan sisa tenaga dan perjuangan, dia mengangkat tubuhnya untuk kembali ke atas kasur sementara aku membersihkan kloset dan menyiram sisa-sisa baunya. Sebelumnya Akang memang tidak masalah dengan kacang atau gado-gado, mungkin saja ada sayuran yang basi atau kacangnya kurang matang jadilah seperti ini.Kubaringakan tubuh kekar berlapis kaos hitam itu dan kubaluri dengan minyak telon si kembar. Katanya sih rada enakan, dan sepertinya keenakan."Gimana, agak baikan?" tanyaku seraya tangan memijat bagian ulu hati yang pasti sakit, namun anehnya kata Akang itu tidak terasa apa-apa."Kalau magh, pasti di sini sakit. Lalu ini kenapa ya?""Masuk angin paling, atau yaitu tadi salah makan."Dengan lincahnya tangan berminyak ini berkelana di atas perut Akang sampai ke daerah dada dan leher. Biasanya kalau si kembar sakit perut, suka aku ginikan. Semoga saja ini mempan untuk bayi besar aku.Hening, hanya terdengar suara detik jam dinding karena ini pukul satu malam. Aku pun menguap beberapa kali, namun mataku masih kupaksa untuk melek."Ay... ibadah yuk.." Tangannya menghentikan tanganku yang sedang memijat lembut perut kotak-kotaknya.Duh rasanya pengen ku jejeli pakek botol minyak telon ini deh. Barusan aja dia ngeluh lemes, sekarang apa katanya? Ibadah.Aku bukan anak kecil yang gak tau artinya. Setiap dia ngajak ibadah, ya artinya pasti 'itu'"Akang yakin? Emang masih kuat? Barusan habis ngapain coba Rey tanya?"Dia itu ustadz yang kurasa emang kelebihan hormon sejak dua bulannan yang lalu. Pengennya gitu terus sampai kadang aku kelelahan. Apa lagi fasenya, ya? Menolakpun tidak bisa karena itu dosa, jadi apakah aku harus menjawab iya sekarang?"Ay, itu justru obatnya. Daster kamu kesingkap tuh, saya langsung tegang."Cuph~Kagetnya aku ketika dia menjatuhkan kecupan di bibir tanpa aba-aba, mataku terbuka lebar memperoses apa yang barusan terjadi."Up to you lah Kang, Rey juga gak bisa nolak kan??" Yah padahal aku niatnya mau tidur cepat karena subuh nanti jadwal aku hafalan surah-surah sama Akang, tapi apa daya kalau gurunya ngajak ya semoga aja nanti dapat korting."Duh, makin cinta aja saya. Yuk wudhu dulu." Dia menggandeng tanganku, membawa tubuh kita berdua ke kamar mandi. Dia menyalakan air keran dan berwudhu terlebih dahulu.Setelahnya disusul aku yang melakukan hal sama, lalu ketika aku keluar kamar mandi, dia duduk menunggu aku di tepi kasur."Sini!"Dia menarik tubuhku dan sekejap aku duduk di pangkuannya, kakiku kubawa melingkar di pahanya. Ada sesuatu yang memang sudah menegang dan sangat mengganjal tempat dudukku."Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa. Istriku, aku ingin menunaikan hajatku padamu. Bersediakah engkau?"Pffftt.. mau ketawa tapi gak bisa. Dia itu selalu saja bisa membuat aku melayang hanya dengan kata-katanya. Bagaimana bisa nolak? Wajahnya yang tampan ini, membiarkan hormon tubuhku bekerja dua kali lipat."Dengan senang hati, daddy!""What's? Daddy?""Heeum, lalu apa? Uncle?""Rey, jangan minta berhenti. Desahkan nama saya ya. Kamu milik Allah yang lagi dititipkan pada saya."Service dimulai. Tangannya mulai berkelana di seluruh tubuh yang sudah tak berpakaian sejak beberapa menit yang lalu. Entah ke mana, dan di mana semua itu, aku tidak tahu. Ciumannya memabukkan, bisikannya membuat aku ingin terus dan terus dijamah olehnya.Dengan kalimat-kalimat cinta itu, aku melayang tanpa beban. Gerakan dan hentakannya, berhasil membuat aku tak berdaya. Sentuhannya membuat aku bahagia, bercinta dengan Akang, aku selalu mendambanya."Rey, istriku.. maaf kalau sakit, aku minta maaf. Gigit tanganku ini."Aku menahan tawa, "Sudah berulang kali dan sakitnya bisa.. ahhhhm... bisa aku tahan.."Matanya yang sayu dan bibirnya melengkungkan senyuman, aku sungguh menyukainya."Rey, cantikku..""App...apahh ... Akang??""Desahkan namaku, Rey!""Tapi nanti haf.. ahh.. hafalannyaahh.. eumhh... kuranginnh yaah..""Tidak! Pokoknya, eughh....hafalan tetapphh hafalan.. sssh.."(Udah mblo udah, jangan tegang..!)****Persiapan sekolah Zulfikar dan Zulaikha sudah hampir selesai. Tahun ini, mereka sudah masuk ke sekolah taman kanak-kanak karena usianya sudah 4 tahun. Aku juga tidak gegabah, aku masukan ke sekolah islami yang khusus anak-anak penghafal Alquran. Meski minim pengetahuan, aku denger bahwa kalau ingin anaknya penghafal Alquran, maka didiklah sejak usia dini, dan aku tertarik dengan metode itu.Dengan izin suamiku tentunya, aku mantap memasukkan kedua buah hatiku itu ke sana."Assalamualaikum Rey, ada apa?"Aku menelpon suamiku karena aku harus pergi ke suatu tempat karena urusan pendaftaran sekolah telah selesai."Waalaikumsalam. Pendaftaran si kembar udah selesai Akang, Aku sedang dalam perjalanan pulang tapi aku mau mampir ke apotek dulu karena persediaan obat telag habis dan lagipula aku takut kamu muntah-muntah seperti malam lagi.""Oh iya alhamdulilah, saya kira ada apa. Hati-hati ya, semoga Allah melindungi kamu sayang. Sambil nyetir, lantunkan ayat Alquran yah, biar semakin lancar. Tadi subuh kebalik kan ayat 29 dengan 30.""Hehe, itukan karena gak fokus! Habis ada yang merenggut kewarasan aku sih, pas malamnya.""Itu bukan alasan sayangku. Sudah, menyetir dengan aman. Kami tunggu di rumah.""Oke Suamiku, bye.. Assalamualaikum..""Waalaikumsalam. "Sedikit saran bagi yang ingin rumah tangganya harmonis, selalu kabari pasangan kalian setelah melakukan kegiatan. Terlihat sepele dan merepotkan sih, tapi itu mampu membuat pasangan kita merasa dihargai dan dibutuhkan. Itu yang selalu kami lakukan, dan terbukti hingga hari ini, kami baik-baik saja.Setelah bergumam tak jelas, mobilku berhenti di sebuah apotek dan langsung ku sebut obat yang aku butuhkan. Paracetamol, obat nyeri, obat lambung, obat mual, penurun demam anak, dan... aku mau itu juga satu mba." Tanganku menunjukkan satu benda lain, di dala etalase namun masih bisa terlihat.Kurasa aku sudah telat dua Minggu. Mengenai apa yang Akang bilang di mobil kemarin, kemungkinan saja itu terjadi.***"Assalamualaikum, Uma pulang.." Ketika sampai, yang pertama aku lihat adalah anak-anak yang sedang duduk di ruang televisi bersama Abinya. Terlihat juga toples dan tiga cangkir jus jambu di atas meja menemani kegiatan mereka itu. Gemas, alhamdulilah ya Allah, terima kasih sudah menghadirkan keluarga penuh cinta seperti ini."Waalaikumsalam, Umaa..." Dua-duanya berlarian menghampiri aku di depan pintu, memeluk kakiku dengan penuh rasa bahagia. Ditinggal sebentar aja, mungkin rasanya seperti ditinggal setahun. Beda banget kalau bapaknya, pergi seharian juga mereka bodo amat.Tapi enggak sih, Zulaikha pasti jadi anak yang paling risau kalau Abinya belum pulang. Dia itu paling dekat dengan ayahnya, paling tidak suka ayahnya pergi. Butuh waktu sekitar satu jam hanya untuk pamit pergi dakwah agar Zulaikha mengizinkannya. Berarti benar kata orang bahwa cinta pertama anak wanita adalah ayahnya, dan aku merasakannya sendiri."Uma, tadi Abi nakay, masa Upi di kasih sambel." Wajahnya ditekuk sambil menunjuk Abinya yang asyik mengunyah di sofa."Hah, sambel? Masa sih Abi begitu?" Aku berlutut mensejajarkan tinggi anakku."Bukan begitu, aku tadi sedang pegang sambel dan Zulfi minta di lap mulutnya, aku lupa mencuci tangan dan ya, jadinya kena pedes deh," papar Akang di sofa sambil memangku rujak dengan sambel."Oh.. Abi gak sengaja Zulfi, maafin yah.." Si mungil itu mengangguk lucu, kembali ke sofa."Uma, Uma, tadi Ula pintay. Ula gambay ucing wayna oyen, bagus deh.." Kini anak gadisku yang bercerita, mereka berlomba menarik perhatianku dengan wajah imutnya."Oh ya? Boleh Uma lihat gambarnya?""No.. no.. beyum jadi, nanti Ula kacih yiat ya..""Oke.." Usai berbincang Zulaikha kembali ke pangkuan Abinya.Penasaran dengan apa yang Akang makan, aku pun jalan ke sofa ruang tengah dan ya! Aku dibuat marah seketika."ASTAGHFIRULLAH!""Duh Gusti, apa sih Ay? Kaget?!""Akang ih, itu gak kepedesan? Itu apa, banyak banget cabenya. Gak inget tadi malam muntah-muntah?"Mataku terbelalak melihat rujak yang Akang makan seperti menghabiskan satu ons cabe."Gak pedes ih, beneran. Tadi saya liat cabe di kulkas kayaknya kok seger banget, dan saya liat timun jadi saya langsung bikin rujak deh."Aku menggeleng jengah, Suamiku ini udah mulai aneh deh. Jarang-jarang dia suka pedes apalagi sebanyak itu, tapi sekarang malah seperti lagi nyari penyakitnya sendiri."Awas aja kalau nanti malam muntah-muntah lagi, jangan harap minta aku buat-"Ups, aku hampir keceplosan. Dua anakku menolah spontan saat suaraku yang lantang tiba-tiba terhenti."Minta apaa Uma?"Lidahku kelu, tapi aku harus tetap menjelaskannya, "Hehe Abi gak minta apa-apa, cuma Abi tadi malam merepotkan aja. Sudah ya, Uma mau masak buat makan siang. Kalian nonton aja dulu, nanti Uma panggil kalau sudah matang. Oke?""Oke.." Ketiganya menjawab dengan serentak dan itu membuat hatiku senang. Aku tidak perlu apa-apa lagi, hanya ingin keluargaku selalu bahagia seperti ini. Jauhkan kami dari hal yang menyakitkan Ya Allah, hambamu ini lemah dan masih membutuhkan cinta dari ketiga manusia itu.Aku berjalan menuju dapur dan membawa kresek belanjaan tadi, yang isinya obat dan benda itu.Besok aku coba deh, apapun hasilnya di syukuri, karena itu yang terbaik dari Allah."Masak apa ya? Capyai udang sosis deh, kesukaan si kembar." Baiklah kita berperang dengan wajan.***Sebelum sholat subuh, saat aku buang air kecil, aku pun mencobanya. Mencelupkan benda itu dan menunggu kurang dari 5 menit, saat itu aku sudah tahu hasilnya."Alhamdulilah, hikss... Akang pasti bahagia."***Hari senin ini, aktivitas aku lebih sibuk dari biasanya karena hari ini hari pertama si kembar masuk sekolah. Sedari bangun tidur dan sholat subuh, aku masih berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Aku juga menyiapkan snack sebagai cemilan karena makan siang disediakan dari sekolahnya.Jujur akulah yang paling excited banget karena aku gak sabar lihat mereka berlarian di sekolahnya. Pasti lucu, dan aku bakal mengabadikan momen itu."Anak-anak udah gede ya Kang, kangen mereka yang masih merangkak, apalagi pas belajar jalan, Rey sampai nangis sangking bahagianya." Ketika terasa sebuah tangan melingkar di pinggangku, buru-buru kuajak bicara karena aku tahu itu pasti Akang. Ya iyalah siapa lagi yang berani memelukku selain dia? Masa Suga BTS, kan gak mungkin. Lagian dia lagi Tour kali di New York. Kok tahu? Iyalah, dia kan suami halu saya. Awokwowk."Kamu nangis? Sama saya juga, saya nangisnya itu karena dua hal. Pertama ya karena mereka sudah bisa jalan, yang kedua karena saya jauh, saya
Dunia itu luas.Tidak, dunia itu sempit.Dunia itu sempit!Tidak, kataku dunia itu luas. Sangking luasnya, aku sampai sekarang belum bisa ketemu sama Jimin BTS walaupun diannya pecicilan ke mana-mana. Tapi, di dunia yang seluas ini, kenapa aku harus bertemu dengan masa lalu yang sangat-sangat ingin aku lupakan.Reza!Bagaimana bisa dia di sini, di depanku dan menjadi guru di sekolah baru anakku?Seantero jagat raya, kenapa harus bertemu dia lagi?"Reynata, kamu kan ini? Aku.. aku gak nyangka kita bertemu lagi." Dia berdiri tegak menghadap ke arahku dengan kata-kata yang sedikit terputus-putus.Dan aku pun sama, mendadak beku ketika melihatnya. Eentah mau jawab apa aku benar-benar gak tau. Kaget iya, sungkan juga iya, gak enak sama Akang iya pakek banget. Aku jadi ngerasa bersalah masukin si kembar ke sini, harusnya aku cari tahu dulu guru-gurunya. Aku benar-benar bimbang, apa yang harus aku katakan sama Akang, kalau ternyata guru anaknya adalah mantan kekasih aku sendiri."Reza, iya
Nyam...nyamm.. eumhh.. nyamm..Tampaknya lelaki kelebihan hormon itu menikmati sekali kuah bakso yang dicampur dengan eskrim coklat sesuai keinginannya sambil cekikikan melihat video aku meracik bakso tadi. Matanya fokus dan sesekali hilang ketika tawanya semakin lebar. Dia seperti lagi makan makanan terenak di dunia padahal aku yang lihatnya aja sungguh eneg, tapi dia sepertinya ketagihan banget. Aku bahkan gak tertarik nanya gimana rasanya, yang pasti rasanya aneh."Enak ih beneran, pedes manis dingin gitu..""Benar enak? Ini aneh loh Akang, mana ada kuah bakso dikasih eskrim coklat.""Siapa bilang gak ada? Ini buktinya saya makan. Kamu cobain deh, rasanya langka."Dia menaikkan sendok dan menyodorkan bakso dengan kuah aneh itu ke mulutku, tapi secepat kilat aku menutupnya dan menolak mentah-mentah suapan itu."Akang ah, Rey gak mau. Akang makan aja sendiri ya, silakan dihabiskan sampai kenyang.""Ih sesuap aja Ay, please.""Gak mau.. Ayaaaahhh Akang jahat.""Kok malah panggil mert
"Hmm mau ngomong apa?"Sejujurnya ini salah, ajakan Reza saat ingin ngobrol denganku dan aku menyetujuinya, ini salah. Aku merasa masa lalu kelam terulang kembali dengan membohongi Akang. Harusnya aku menolak, tidak harusnya aku bilang ke Akang tentang ini. Aku justru menyembunyikannya dan malah menerima ajakan ngobrol ini. Aku pasti sudah gila. Aku pasti kehilangan akal warasku karena setuju duduk di bangku taman ini berdua dengan yang bukan suamiku. Kapan aku jujurnya? Kapan aku bisa bilang kalau ternyata Reza guru anak-anak kita, Akang? Cuma mampu membatin, gak bisa diungkapkan langsung."Sebentar aja, aku cuma mau bilang selamat katanya kamu lagi hamil lagi.""Hah?" Aku sedikit terkejut karena dia bisa tau itu dari mana? Bahkan ibu mertua dan anak aku aja baru tau tadi malam. "Hehe jangan terkejut, aku tahu dari anak-anak kamu Rey. Tadi pas mau masuk kelas dia cerita kalau mereka mau punya adik." Mendengar penjelasan dari Reza, akhirnya aku paham dia bisa tahu privasi itu dari
(Author POV)"Sarah?" Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya. "Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah." Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang d
Karena setelah setengah jam tidak ada perubahan, maka Husein putuskan untuk mengakhiri pertemuan 'tak sengaja' ini sekarang juga. Ia berpikir ingin segera sampai di rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada Reynata. Mungkin jika pada sesama wanita, Sarah akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya.Berhubung minimarket yang mereka datangi juga bersiap mau tutup, jadi alangkah baiknya kalau-"Ustadz.. boleh saya bicara?"Belum selesai Husein bermonolog dalam hatinya, rupanya Sarah membuka pembicaraan."Sebetulnya itu yang saya harapkan sejak tadi. Tiga puluh menit saya habiskan dengan sia-sia di sini, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Meminta kamu menceritakan masalahmu jujur itu bukan hak saya, tapi saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian. Bahkan jika itu bukan kamu Mba Sarah, saya akan melakukan hal serupa." kata Husein saat merasakan kelegaan dalam hatinya dan mengucurlah segala unek-unek yang dia tahan selama tiga puluh menit lamanya."Maafkan saya.. saya ha
"Ini apartemen kamu mba Sarah, ini kuncinya."Jangan tanya bagaimana kondisi ustadz Husein saat ini, jauh lebih kacau dari Sarah yang mengalami musibah. Apa yang dilakukannya mungkin terlihat jahat pada sang istri, tapi nyata dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.Beberapa saat lalu, Sarah menolak bantuan Husein dan bersikeras tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu. Biar saja untuk malam ini Sarah memilih tidur di sembarang tempat sebelum mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya. Bahkan Sarah sudah pergi dari hadapan Husein.Tapi, lelaki itu tidak bisa begitu saja membiarkan Sarah pergi sendiri. Ingatannya entah kenapa melompat pada peristiwa beberapa tahun lalu saat nama baiknya tercoreng sebagai pelaku pemerkosa dan pembuahan.Husein tak mungkin lupa jasa Sarah yang bersaksi di hadapan banyak orang ketika berjuang membersihkan namanya lagi, dan itu akan jadi hutang budi seumur hidup. Bahkan Husein sempat rela akan menikahi perempuan itu sebagai syar
Warning!!!!!!!!!!Ceritanya akan sering ganti-gantian sudut pandang, Soalnya di season kedua ini akan fokus ke Reynata dan juga ke ustadz Husein. Jadi kalau sedikit pusing harap maklum ya readerrsssss..*****Mobil yang dikendarai Husein telah sampai dengan selamat di depan kediamannya dan ketika melirik jam tangan, sekarang tepat pukul sepuluh malam.Jawaban apa yang akan diberikan Husein ketika istrinya bertanya dari mana dan apa yang dilakukannya sampai pukul sepuluh malam?Yaps, jawabannya berdakwah. Apa Husein berbohong? Tentu tidak, karena sepanjang koridor menuju pintu apartemen Sarah Husein tidak henti-hentinya memberikan ceramah atau nasihat-nasihat pada wanita itu, dalam artian berdakwah agar perempuan itu senantiasa mengingat Allah di kala diterpa musibah seperti ini.Walau hanya pada satu orang, tetap dikatakan berdakwah kan?"Assalamualaikum... Ay??" Tidak terdengar sahutan berarti Husein menganggap Reynata sudah tertidur pulas dengan dua buah hatinya. Ia berjalan ke ara
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada