Nyam...nyamm.. eumhh.. nyamm..
Tampaknya lelaki kelebihan hormon itu menikmati sekali kuah bakso yang dicampur dengan eskrim coklat sesuai keinginannya sambil cekikikan melihat video aku meracik bakso tadi. Matanya fokus dan sesekali hilang ketika tawanya semakin lebar. Dia seperti lagi makan makanan terenak di dunia padahal aku yang lihatnya aja sungguh eneg, tapi dia sepertinya ketagihan banget.Aku bahkan gak tertarik nanya gimana rasanya, yang pasti rasanya aneh."Enak ih beneran, pedes manis dingin gitu..""Benar enak? Ini aneh loh Akang, mana ada kuah bakso dikasih eskrim coklat.""Siapa bilang gak ada? Ini buktinya saya makan. Kamu cobain deh, rasanya langka."Dia menaikkan sendok dan menyodorkan bakso dengan kuah aneh itu ke mulutku, tapi secepat kilat aku menutupnya dan menolak mentah-mentah suapan itu."Akang ah, Rey gak mau. Akang makan aja sendiri ya, silakan dihabiskan sampai kenyang.""Ih sesuap aja Ay, please.""Gak mau.. Ayaaaahhh Akang jahat.""Kok malah panggil mertua sih, jauh gak bakal denger."Kalau bukan karena keinginannya, aku dari tadi sudah selesai bersih-bersih dan masuk kelas komputer buat ngajar. Tapi Akang menahanku dan katanya ingin ditemani sampai selesai makan. Jadinya aku tertahan di ruang televisi sampai hampir menjelang sholat Dzuhur.Soal pulang sekolah anak-anak? Tenang saja, ada bus sekolah pengantar pulang sampai ke rumah masing-masing. Tak heran uang SPP sekolah si kembar menyentuh angka 1,5 juta perbulannya.Makin lieur..."Besok kita chek kandungan ya Ay, kita lihat keadaan baby untuk memastikan segalanya baik-baik saja. Saya harap dia tumbuh dengan baik dan mengizinkan aku untuk memanjakan Umanya..""Siap.. oh iya, apa kita akan ke dokter Syakira lagi?""Iya lah, dokternya wanita yang saya percayai.""Sehat-sehat ya anak Abi di dalam sana, jangan minta yang aneh-aneh lagi, kasian Abi sama Uma ya nak.."Cuphh~ Lagi-lagi hatiku menghangat saat Akang mencium perut rataku. Kasih sayangnya terasa sampai perutku sedikit tergelitik."Ingysallah Abi, doakan saja.." Aku menjawabnya dengan tiruan nada anak kecil.Btw anak-anak aku belum tahu kalau mereka akan punya adik, aku masih merahasiakannya sampai punya waktu yang pas untuk kasih taunya. Bagaimana pun mereka masih kecil, butuh diberi pengertian ektra supaya mereka menerima adik bayi dengan lapang dada. Oh iya, Reza!!"Hmm Akang..."Allahuakbar, Allahuakbar..."Udah adzan Ay, saya ke masjid dulu ya. Kalau mau ngobrol, setelah sholat saja."Padahal baru saja aku punya keberanian buat bilang kalau Reza mengajar di sekolah si kembar, eh malah keburu ditinggal. Hufft, harus bagaimana aku ini, kapan aku bisa ngomong dengan sejujurnya?****"Lihat, itu kantong embrionya ya. Dia di dalam kandungan dan kini.. perkiraan usianya 7 Minggu, sesuai hari pertama haid terakhir. Vitamin dan kapsul penambah darahnya di minum ya, supaya janin sehat dan terhindar dari permasalahan."Aku dan Akang fokus memperhatikan layar hitam putih di atas sana yang memperlihatkan kehidupan alam kandungan. MasyaAllah, dzat maha kuasa yang tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata, menciptakan suatu alam di mana ruh ditiupkan. Air mata Akang menetes, tak hentinya mengucap syukur karena benihnya telah tumbuh menjadi calon bakal manusia yang akan beribadah pada Allah."Jangan nangis ustadz, malu sama Rey," goda dokter Syakira menahan tawanya."MasyaAllah, saya hanya bahagia Dokter, alhamdulilah masih diberi kepercayaan sama Allah untuk menjaga amanahnya.""Rey, kamu ada mual-mual?"Selesai perutku di periksa, kini aku berpindah ke tempat duduk di samping Akang untuk ditanya-tanya."Mual sih gak ada, bahkan awalnya yang muntah-muntah itu Akang Husein Dok, yang banyak ngidam aneh-aneh ya dia juga." Aku gak bohong kan? Bodo amat dia malu juga, yang penting itu kenyatannya."Haha, memang ada pasangan yang sebagian begitu, yang mual dan ngidam itu suaminya. Adil ya ustadz, biar gak semua Rey yang merasakan. Nanti pas trimester ke tiga, yang pegal-pegal pasti Reynata."Aku ketawa, sedangkan Akang meringis membayangkan bagaimana ia akan mual dan muntah di pagi setiap harinya. Apalagi dengan segala keinginan anehnya yang memusingkan banyak orang, untung saja dia sabar. Untung kita juga sabar."Kalau gitu, tebus obat di depan ya. Susu hamil harus diminum dan ingat, jangan stress jangan kecapekan. Dan untuk hubungan badan, sebaiknya dilakukan setelah trimester kedua. Masih banyak media selain itu kan, ustadz?"Paham, kite paham arah pembicaraan dokter Syakira dan untungnya kami diberi penjelasan sedetail mungkin tentang dampak terlalu sering dan terlalu jarang berhubungan badan saat hamil.Ilmu bermanfaat itu akan kita simpan baik-baik."Baik dokter, terima kasih atas bantuannya. Semoga tidak lelah menjadi dokternya Rey ke depan.""Sama-sama ustadz, semoga sehat selalu ibu dan bayinya."Aku juga akang pamit keluar ruangan lalu duduk di depan apotek menunggu resep obat selesai."Habis ini mau ke mana? Makan atau jalan-jalan? Saya mumpung free." Ucapan Akang memecahkan lamunanku di dalam mobil."Hmm, pengen itu ke saung nikmat, pengen terapi ikan di kaki, boleh kan?""Boleh dong, yuk kita ke sana. Tapi sebelumnya kita mampir dulu ke tukang nangka ya..""Buat apa?" Jelas aku syok karena Akang tau kalau aku sangat benci sama buah satu itu. Jangankan baunya, pohonnya aja aku gak suka. Tapi ini? Buat apa dia mampir ke sana coba?"Saya pengen bolu nangka, nanti buatin ya.""Tapi Rey kan gak suka nangka, baunya aja gak enak.""Tapi saya pengen bolu nangka Ay, ayoklah..""Ibu aja yang buatin.""Enggak mau, pokoknya harus kamu. Please ya Ay, demi baby."Oh Tuhan, kenapa ini? Curiga jangan-jangan dia juga lagi hamil.. kenapa lebih manja dari gua... huuwaaa.. bundaa...****"Hmm mau ngomong apa?"Sejujurnya ini salah, ajakan Reza saat ingin ngobrol denganku dan aku menyetujuinya, ini salah. Aku merasa masa lalu kelam terulang kembali dengan membohongi Akang. Harusnya aku menolak, tidak harusnya aku bilang ke Akang tentang ini. Aku justru menyembunyikannya dan malah menerima ajakan ngobrol ini. Aku pasti sudah gila. Aku pasti kehilangan akal warasku karena setuju duduk di bangku taman ini berdua dengan yang bukan suamiku. Kapan aku jujurnya? Kapan aku bisa bilang kalau ternyata Reza guru anak-anak kita, Akang? Cuma mampu membatin, gak bisa diungkapkan langsung."Sebentar aja, aku cuma mau bilang selamat katanya kamu lagi hamil lagi.""Hah?" Aku sedikit terkejut karena dia bisa tau itu dari mana? Bahkan ibu mertua dan anak aku aja baru tau tadi malam. "Hehe jangan terkejut, aku tahu dari anak-anak kamu Rey. Tadi pas mau masuk kelas dia cerita kalau mereka mau punya adik." Mendengar penjelasan dari Reza, akhirnya aku paham dia bisa tahu privasi itu dari
(Author POV)"Sarah?" Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya. "Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah." Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang d
Karena setelah setengah jam tidak ada perubahan, maka Husein putuskan untuk mengakhiri pertemuan 'tak sengaja' ini sekarang juga. Ia berpikir ingin segera sampai di rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada Reynata. Mungkin jika pada sesama wanita, Sarah akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya.Berhubung minimarket yang mereka datangi juga bersiap mau tutup, jadi alangkah baiknya kalau-"Ustadz.. boleh saya bicara?"Belum selesai Husein bermonolog dalam hatinya, rupanya Sarah membuka pembicaraan."Sebetulnya itu yang saya harapkan sejak tadi. Tiga puluh menit saya habiskan dengan sia-sia di sini, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Meminta kamu menceritakan masalahmu jujur itu bukan hak saya, tapi saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian. Bahkan jika itu bukan kamu Mba Sarah, saya akan melakukan hal serupa." kata Husein saat merasakan kelegaan dalam hatinya dan mengucurlah segala unek-unek yang dia tahan selama tiga puluh menit lamanya."Maafkan saya.. saya ha
"Ini apartemen kamu mba Sarah, ini kuncinya."Jangan tanya bagaimana kondisi ustadz Husein saat ini, jauh lebih kacau dari Sarah yang mengalami musibah. Apa yang dilakukannya mungkin terlihat jahat pada sang istri, tapi nyata dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.Beberapa saat lalu, Sarah menolak bantuan Husein dan bersikeras tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu. Biar saja untuk malam ini Sarah memilih tidur di sembarang tempat sebelum mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya. Bahkan Sarah sudah pergi dari hadapan Husein.Tapi, lelaki itu tidak bisa begitu saja membiarkan Sarah pergi sendiri. Ingatannya entah kenapa melompat pada peristiwa beberapa tahun lalu saat nama baiknya tercoreng sebagai pelaku pemerkosa dan pembuahan.Husein tak mungkin lupa jasa Sarah yang bersaksi di hadapan banyak orang ketika berjuang membersihkan namanya lagi, dan itu akan jadi hutang budi seumur hidup. Bahkan Husein sempat rela akan menikahi perempuan itu sebagai syar
Warning!!!!!!!!!!Ceritanya akan sering ganti-gantian sudut pandang, Soalnya di season kedua ini akan fokus ke Reynata dan juga ke ustadz Husein. Jadi kalau sedikit pusing harap maklum ya readerrsssss..*****Mobil yang dikendarai Husein telah sampai dengan selamat di depan kediamannya dan ketika melirik jam tangan, sekarang tepat pukul sepuluh malam.Jawaban apa yang akan diberikan Husein ketika istrinya bertanya dari mana dan apa yang dilakukannya sampai pukul sepuluh malam?Yaps, jawabannya berdakwah. Apa Husein berbohong? Tentu tidak, karena sepanjang koridor menuju pintu apartemen Sarah Husein tidak henti-hentinya memberikan ceramah atau nasihat-nasihat pada wanita itu, dalam artian berdakwah agar perempuan itu senantiasa mengingat Allah di kala diterpa musibah seperti ini.Walau hanya pada satu orang, tetap dikatakan berdakwah kan?"Assalamualaikum... Ay??" Tidak terdengar sahutan berarti Husein menganggap Reynata sudah tertidur pulas dengan dua buah hatinya. Ia berjalan ke ara
"Ay, mau makan apa?" Saat ini Husein dan Rey duduk di sofa ruang tengah, atau ruang keluarga dan apa yang Rey lakukan adalah sedang mengeringkan rambut gondrong suaminya yang basah karena habis keramas. Rutinitas baru aku akhir-akhir ini yang sering dia lakukan adalah manjain Akang Husein lebih dari biasanya. Bahkan, untuk pakai baju aja Rey pengen dia sendiri yang pilihkan untuk suaminya.Gak jauh beda sih, dari dulu juga begitu tapi itu berlaku buat baju Koko, gamis, atau setelan jas untuk dakwah. Hanya yang sekarang, baju sehari-hari pun harus Rey yang pilih."Terserah deh. Akang bisanya masak apa?" Katanya, kali ini Husein yang mau berinisiatif menyiapkan makan siang kami juga untuk anak-anak.Reynata tidak menyuruhnya, yang semangat perang sama talenan dan pisau ya dia sendiri. Katanya, mau jadi suami idaman."Gimana kalau ayam BBQ pedas?""Gak lah, Rey mau mie sama jus aja."'Tadi katanya terserah' batin Husein."Saya agak kurang setuju ya, karena mie kurang baik buat kamu dan
Padahal baru saja Reynata selesai mengurus sang suami yang terkapar akibat mualnya, kini Rey harus menerima kenyataan kalau ustadz Husein harus pergi sebentar.Setelah menerima pesan masuk, Husein berkata kalau dia harus segera pergi."Mau ke mana sih?" "Saya ada urusan sebentar.""Ke mana, sama siapa? Lama enggak? Kira-kira pulangnya jam berapa?"Aneh, tidak biasanya Rey banyak tanya seperti itu. Dulu-dulu ketika Husein mau pergi keluar, ke mana pun Rey tidak pernah bertanya apa tujuannya, dia hanya bilang iya dan satu atau dua jam kemudian sang suami yang amat dicintainya itu sudah kembali pulang.Tapi sekarang saat Husein menyimpan rahasianya sendiri justru rasa takut itu muncul dan tak nyaman dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan istrinya. Husein hanya tidak mau banyak membungkus jawabannya, mencari perlindungan yang membuat dia perlu berbohong karena itu semua, dosa."Saya ada urusan sebentar, saya akan cepat kembali. Saya mau ajak kamu tapi lihat, sebentar lagi anak-anak
"Ini kunci kamar apartemen Pak Husein yang baru." ucap pegawai lelaki yang datang menghampiri kedua orang itu di meja bundar lobi.Jika kalian berpikir kalau kunci apartemen itu berupa kunci besi, kalian salah besar. Kunci mereka itu terbuat dari kartu yang harus di scene ulang dan memasukkan sidik jari ulang. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga-jaga siapa tahu ada yang menemukan kartu yang hilang dan membuka pintu apartemen dengan maksud jahat.Jadi jika semua diatur ulang seperti awalnya, maka kartu yang hilang tidak akan berfungsi. Mau tidak mau, Husein harus ikut ke atas untuk mendaftarkan ulang sidik jarinya dan password kamar.Selagi lift berjalan naik ke lantai empat, sepanjang itulah Husein menghadapi situasi yang cukup mengguncang. Ia menutup mulutnya dengan kuat karena ia tak tahan dengan bau jus buah alpukat milik salah satu penghuni apartemen lain. Ingat beberapa saat lalu Husein mabuk karena buah alpukat di rumahnya kan?Maka sekarang, ia harus merasakan mual lagi selagi ia
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada