"Ini ideku sendiri, Harry nggak tahu ...." Grace ingin menanggung semua ini sendirian, tapi malah telah disela oleh Harry, "Dua gaun ini kelihatan sama persis, aku nggak bisa bedakan mana yang asli dan mana yang palsu.""Pak Harry, apa kamu baru bisa puas kalau aku panggil ahlinya? Kalau sampai suasananya jadi canggung nanti, bukankah nggak bagus?" ujar Wony."Kalau begitu, suruh saja ahlinya untuk periksa," sahut Harry.Mendengar hal itu, Grace langsung tercengang. Apa-apaan ini? Bukankah semua langsung akan terbongkar jika sampai ada ahli yang memeriksanya? Grace berusaha menarik lengan baju Harry dengan panik.Namun, Harry justru tampak sangat tenang. Dia hanya berbalik dan menatap Grace untuk menenangkannya. Akan tetapi, mana mungkin Grace bisa merasa tenang? Dia sangat panik hingga dahinya dibasahi keringat. Adegan ini membuat Wony dan Greta tampak bangga melihatnya.Jika Harry tidak keberatan dipermalukan, tentu saja mereka juga tidak akan sungkan-sungkan lagi. Wony sengaja mengu
Akhirnya, kekacauan ini telah berakhir. Grace yang masih kebingungan, berbisik pada Harry, "Apa yang terjadi sebenarnya? Bukannya gaunku ini palsu?""Mungkin karena yang kubeli ini kualitasnya lebih bagus. Kualitas gaun yang dibelinya lebih buruk, jadi bisa langsung ketahuan.""Oh, ternyata begitu!" Grace menghela napas lega. Mana mungkin Harry bisa sanggup membeli gaun seharga miliaran untuknya? Bahkan barang palsu saja bisa menyerupai aslinya, hebat sekali! Kini Grace tidak merasa takut lagi. Dia berjalan dengan percaya diri sambil melihat wajah Greta yang murung.Greta ingin mempermalukan Grace, tapi sekarang malah jadi senjata makan tuan. Greta memang pantas menerima semua itu!Saking kesalnya, Greta menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjunya dengan erat. "Kalian di sini dulu, aku akan naik ke lantai atas untuk ganti pakaian. Maaf kalau ada yang kurang dari jamuan kali ini." Setelah berkata demikian, Greta buru-buru pergi karena takut malu.Grace berjalan menuju area makanan. Dia
Grace berjalan ke lantai atas. Sebelum menemukan toilet, dia telah mendengar suara langkah kaki dari belakang. Tiba-tiba, ada seseorang yang memeluknya dari belakang."Sayang, cantik sekali kamu hari ini! Aku hampir pangling melihatmu! Tahu nggak, aku terus mengikutimu naik ke lantai atas. Melihat bokongmu yang bergoyang-goyang, aku jadi tergoda!"Grace tersentak mendengar suara ini. Frandy! Dia kenal dengan suara ini."Lepaskan aku!" teriak Grace dengan panik.Frandy juga menyadari bahwa suara ini tidak mirip dengan Greta. Dia langsung membalikkan tubuh Grace seketika. Setelah melihat wajahnya dengan saksama, Frandy mengerutkan alisnya dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?"Pada saat ini, Greta kebetulan keluar dan melihat adegan mereka berpelukan. Ekspresinya langsung berubah drastis. "Apa yang kamu lakukan? Grace, kamu mau goda pacarku? Kamu ini tahu malu nggak?" Greta langsung maju dan menarik lengan Grace, lalu mendorongnya ke lantai.Meski lantai itu dialasi karpet, tubuh Grace tet
Grace menuruni tangga dan buru-buru masuk ke toilet. Dia sudah sesak pipis sejak tadi. Sesudah keluar dari toilet, dia mulai menceramahi Harry.Jadi orang harus rendah hati. Jika terlalu sombong, akan mudah memicu perselisihan. Posisi Harry pada dasarnya kurang baik di Keluarga Prayogo. Lantas, kenapa masih bersikap perhitungan dengan Frandy?"Harry, kamu harus menyayangi orang yang lebih muda darimu," ujar Grace."Ya, aku tahu," balas Harry."Kamu nggak boleh segalak itu. Wajahmu sudah begitu mengerikan. Kalau kamu marah, orang bisa terkena serangan jantung dibuatmu," ucap Grace."Ya, aku tahu," sahut Harry."Jadi, lain kali kamu harus bersikap lebih baik kepada Frandy ya?" tanya Grace."Nggak mau," balas Harry."Eh ...." Grace langsung memelototinya dengan kesal. "Harry, kamu ini memang nggak bisa berubah ya?""Aku sudah berubah banyak. Kamu nggak lihat aku yang sekarang begitu ramah dan baik hati?" sahut Harry."Kepalamu!" maki Grace dengan tidak berdaya.Pesta belum berakhir sehing
"Nggak mirip kok. Kamu begitu langsing dan cantik. Kalaupun kamu seekor babi, kamu pasti babi yang paling menggemaskan. Nggak ada wanita yang bisa dibandingkan denganmu," sahut Harry.Grace ingin sekali tertawa mendengarnya. Harry mengatakan semua wanita di sini tidak bisa dibandingkan dengan babi.Grace jelas-jelas mengajarinya untuk bersikap rendah hati, tetapi Harry lagi-lagi bertingkah begitu mencolok. Benar-benar susah dididik!Harry merangkul lengan Grace, lalu membantunya mengambil banyak sekali makanan lezat. Setelah kembali ke pojok, Harry mencubit hidung Grace dan berkata, "Lain kali, jangan peduli pada omongan orang. Kamu boleh makan dan lakukan apa pun yang kamu mau. Jadi dirimu sendiri, sisanya biar kuurus.""Tapi, gimana kalau aku benar-benar menjadi babi karena makan kebanyakan?" tanya Grace."Aku akan memeliharamu," timpal Harry sambil tersenyum.Dalam sekejap, hati Grace dipenuhi kehangatan. Ketika Grace asyik makan, ponsel Harry berdering. Juan yang meneleponnya. Itu
Sorot mata Frandy yang terang-terangan membuat Grace merasa sangat tidak nyaman. Pria ini seperti ingin melucuti seluruh pakaiannya dan melahap dirinya.Grace tanpa sadar berbalik untuk menghindari tatapannya. Frandy masih ingin mengelus tangan mungil itu, tetapi Grace mengempaskannya sekuat tenaga. Frandy yang mulai kesal pun bertanya, "Kamu masih nggak bisa menilai situasi?""Tolong jaga jarakmu denganku. Aku calon istri pamanmu!" jelas Grace dengan tegas."Kenapa memangnya? Memangnya dia sanggup memuaskanmu? Semua orang tahu dia impoten, makanya jomblo bertahun-tahun. Kamu pasti merasa sangat kesepian, 'kan? Aku bisa membantumu kok," ujar Frandy yang hendak maju.Grace buru-buru menghardik, "Frandy, kamu mau masalah ini sampai ke telinga kakekmu ya?"Frandy mengernyit. Dia berbaring di ranjang rumah sakit selama sebulan. Sekarang kondisinya baru membaik. Kalau sampai Aryan tahu, dia mungkin akan dipukuli habis-habisan lagi. Harry memang biadab!Frandy yang merasa agak takut pun tida
Setelah mengakhiri panggilan, Harry memicingkan mata. Berani sekali Frandy berbicara buruk tentangnya di hadapan Grace! Pria ini benar-benar sudah bosan hidup!'Berengsek! Mana ada junior yang berani merebut calon istri seniornya!' batin Harry sambil menarik dasinya dengan gusar.Harry kembali ke aula. Grace yang biasanya tidak menyentuh alkohol tiba-tiba mengambil segelas koktail dan meneguknya hingga habis.Grace sedang merasa gelisah. Dia meminum koktail ini untuk melampiaskan emosinya. Tangan yang memegang gelas koktail itu bahkan tampak bergetar.Harry merasa tidak tega melihatnya. Grace pasti sangat menderita sejak bersamanya. Grace memang terlihat kuat selama ini. Dia tidak pernah mengeluhkan apa pun kepada Harry karena khawatir menambah bebannya.Namun, sekarang Grace malah terlihat seperti anak kecil yang panik dan tidak berdaya. Harry maju dengan perlahan. Ketika melihat Harry, Grace segera meletakkan gelasnya.Harry bertanya, "Kenapa tiba-tiba minum koktail?""Aku ingin menc
Grace tidak makan terlalu banyak. Dia mulai merasa kantuk sehingga berbaring dan meringkuk di ranjang.Grace memeluk Harry sambil menatap setengah wajahnya yang terluka parah itu. Tangannya yang dingin tak kuasa menyentuh wajah Harry dengan hati-hati.Harry tiba-tiba menahan tangan Grace, lalu memeluknya dan bertanya, "Kamu ingin lihat wajahku sebelum terluka?""Sebelum terluka?" Grace tampak kebingungan seperti tidak memahami maksud Harry."Ya, wajah tanpa luka ini. Kamu mau lihat nggak?" tanya Harry dengan suara serak.Grace merasa kepalanya sangat pusing sehingga tidak bisa berpikir dengan baik. Dia mengangguk secara naluriah. Dia ingin melihat seperti apa tampang Harry dulu.Namun, Harry tidak punya foto masa lalu. Bagaimana Grace bisa melihat penampilannya yang keren dan gagah itu? Bagian wajah Harry yang tidak terluka sangat tampan. Tanpa luka itu, Harry pasti pria tertampan di dunia ini. Hanya saja, apa Grace masih bisa melihatnya?"Tutup matamu." Suara Harry yang seksi seolah-o
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa