Lyla tidak perlu terus merasa tertekan karena pasti akan ada seseorang yang jauh lebih baik dari Robin, bahkan ribuan kali lebih baik.Robin bukanlah orang yang tepat untuknya. Lyla harus menenangkan diri dan bersiap untuk mencari yang berikutnya."Kak, aku mau makan daging panggang!" ucap Lyla.Grace menimpali, "Aku juga! Daging yang dipadukan dengan selada, enak banget!""Gimana kalau lain kali kita bertiga makan sate?" tanya Lyla dengan penuh semangat."Boleh, aku juga mau makan ayam pot!" ujar Grace.Lyla membalas, "Bagus juga, lain kali kita coba ikan panggang!"Dua wanita itu makin bersemangat karena membicarakan makanan, sementara Harry terlihat bingung. Apa itu ayam pot?Setelah selesai makan, mereka pergi berbelanja bersama. Lyla terlihat seperti orang tanpa beban. Dia membeli banyak pakaian baru dan berkata bahwa pakaian lamanya akan dibuang.Gaun pengantin, cincin, serta hadiah yang belum sempat diberikan ... rencananya akan dibakar semua olehnya!Grace yang mendengar itu me
"Kamu punya ide?" tanya Grace."Tentu saja, aku ini Lyla yang serba bisa. Aku punya beberapa film edukasi yang bisa kita pelajari nanti. Tapi, jangan sampai kakakku tahu, ya. Bisa-bisa dia memukulku sampai mati nanti," ucap Lyla.Grace berucap takjub, "Film edukasi? Ada film edukasi tentang hal itu? Wow, nggak kusangka. Nanti kita nonton, ya!""Gampang! Kita sepemikiran!" balas Lyla sambil tertawa.Grace sedikit tertegun melihat Lyla tertawa. Mengapa rasanya ... tawa Lyla terdengar mesum?Ketika sedang melihat-lihat isi toko, mereka tiba-tiba mendengar suara familier di pintu masuk. Ternyata itu Yuli dan Greta.Mereka tengah melihat-lihat pakaian bayi di depan pintu, mungkin persiapan untuk Greta. Keduanya membahas tentang pernikahan kemarin."Konyol banget, 'kan? Pengantin prianya kabur di depan banyak tamu. Selain nggak bisa menahan pria itu, Lyla juga ditinggalkan di depan umum. Nggak masalah kalau dia sendiri yang dapat malu, tapi sekarang seluruh Keluarga Prayogo juga dipermalukan
Lyla mengucapkan semua itu dengan tenang. Begitu mendengarnya, Yuli langsung kegirangan. Jika Lyla benar-benar bersedia, semua akan berjalan lancar!Setelah Yuli mengatur waktu pertemuan, dia menyuruh Lyla menunggu kabar darinya. Kemudian, Yuli pun pergi bersama Greta dengan hati riang.Grace sedikit kebingungan. Bahkan jika Lyla sangat naif, rasanya tidak mungkin dia setuju untuk kencan buta setelah dihina habis-habisan tadi."Lyla, sebenarnya kamu mau ngapain?" tanya Grace.Lyla menyahut, "Kamu nggak dengar dia bilang apa barusan? Kak Steven butuh kerja sama dariku untuk melancarkan bisnisnya. Kalau aku menolak, bisnisnya akan terganggu. Padahal aku adik iparnya, tapi dia menggosipkanku dari belakang. Aku akan membuatnya merasakan akibat karena sudah berani memprovokasiku!""Aku menghormatinya sebagai kakak ipar, tapi dia menganggapku sebagai idiot. Kalau begitu, aku nggak akan segan-segan padanya!" tambah Lyla."Kamu nggak takut dia balas dendam nanti?" tanya Grace lagi."Nggak masa
Mereka menyangka Harry tidak akan pulang begitu cepat. Para pelayan juga tidak akan masuk ke kamar di malam hari. Jadi, keduanya tidak mengunci pintu.Harry masuk ke kamar dan melihat mereka berdiri dengan kaku di depan ranjang. Wajah keduanya merah dan berkeringat, bola mata mereka juga bergerak-gerak gugup, tidak berani menatap matanya."Kalian kenapa?" tanya Harry."Nggak apa-apa," sahut Grace dengan suara bergetar."Kak Harry sudah pulang? Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu kalian. Aku ke kamarku dulu," ucap Lyla sebelum buru-buru kabur dari situ.Harry merasa sedikit curiga. Apa yang sebenarnya dilakukan kedua gadis itu?Setelah Lyla pergi, tidak lama kemudian Grace mendengar suara klakson mobil dari lantai bawah. Harry terheran-heran dan menghampiri balkon. Terlihat Lyla pergi dengan mengendarai mobil, bahkan tanpa mengganti piamanya.Lyla melambai pada Harry sambil berseru, "Kak, aku nggak mau mengganggu. Aku pulang ke kediaman utama saja. Setelah sampai nanti, aku akan kas
"Keluarlah dulu, kita bicarakan baik-baik," pinta Harry. Dia berusaha keras menahan amarah dan melembutkan suaranya.Grace merasa ragu. Dia bertanya dengan suara bergetar, "Be ... benaran?""Iya, ayo keluar. Kurasa ada kesalahpahaman yang harus kita bicarakan. Aku selalu memperlakukanmu dengan sabar. Mengajari seseorang nggak mesti pakai hukuman. Aku mau meyakinkanmu dengan cara-cara lembut. Keluarlah, kita bicarakan baik-baik," bujuk Harry.Mendengar suara Harry yang lembut seperti suara seorang guru, Grace baru merasa lega. Dia pun memberanikan diri membuka pintu dan keluar.Harry berdiri tidak jauh dari pintu, melambai sambil tersenyum ramah padanya. Dia berucap, "Duduklah, jangan merasa tertekan. Kamu sudah dewasa, normal saja menonton video ini. Kita obrolkan baik-baik, ya.""Kamu benaran nggak marah?" tanya Grace."Iya," sahut Harry."Baguslah, sebenarnya aku hanya penasaran. Aku penasaran bagaimana pria dan wanita bercinta. Lyla bilang dia punya film edukasi, jadi kami coba men
Grace tiba di Kediaman Lubis dan disambut Celine. Dia bisa melihat jelas bahwa wanita itu memaksakan senyumannya.Hannah sedang dirawat Robin di dalam kamar. Hanya saja, atmosfer di dalam kamar terasa sangat berat.Kakak beradik itu tidak bicara. Robin membantu Hannah minum obat dan memasangkan infus dalam diam.Saat melihat Grace, Robin juga hanya mengangguk pelan, lalu segera keluar. Setelah pria itu pergi, Grace menatap Hannah dengan raut cemas.Hannah berucap, "Aku pasti terlihat menyedihkan banget, ya? Aku sudah mencoba segalanya, tapi dia tetap nggak membalas cintaku.""Kamu membuatku sedih. Kalian bertiga seperti terjebak di komidi putar, saling mengejar tanpa ada akhirnya," kata Grace.Hati Hannah terasa sangat pedih. Kata-kata Grace menggambarkan situasi mereka bertiga dengan sangat tepat.Awalnya, Hannah dan Lyla berada di titik yang sama. Keduanya mengejar Robin dan ingin mendapatkannya. Namun, sekarang Lyla pergi dan giliran Robin yang mengejarnya.Sementara itu, Hannah ter
Lyla melelang semua barang yang berkaitan dengan pernikahannya. Dia bahkan mengusung tema "Batal Menikah" yang menarik perhatian banyak orang dan membuat barang-barangnya laris manis dengan harga tinggi.Lyla berpura-pura santai dan bergurau bahwa dia memang anggota Keluarga Prayogo yang sejati. Buktinya dia memiliki jiwa bisnis yang kuat.Semua uang hasil dagangan itu Lyla sumbangkan. Bisa dibilang, ini akhir yang sempurna dari kisah cintanya.Grace tidak tahu apakah Lyla masih sedih atau tidak. Sebab, gadis itu selalu menyunggingkan senyum cerah.Lyla berjalan-jalan, makan-makan, berbelanja, dan juga menghadiri janji kencan buta yang diatur Yuli. Seolah-olah dia sudah sepenuhnya lupa pada pesta pernikahan yang berantakan itu.Grace juga akan masuk kuliah lagi dalam waktu dekat. Semua yang dipelajarinya setahun belakangan sudah benar-benar dia lupakan. Jadi, dia harus segera belajar ulang.Terkadang, ketika Lyla mengajaknya minum kopi, Grace bahkan membawa buku matematika untuk belaja
"Oh, ya? Terus apa yang Kak Yuli masukkan ke minumanku waktu kencan buta itu? Apa kamu begitu takut aku nggak bisa menikah hingga langsung menyodorkanku pada pria mana pun yang mau?" balas Lyla dengan kesal.Tujuan Lyla pergi kencan buta sangat simpel, yakni untuk bersenang-senang. Dia ingin melupakan orang di hatinya dan bertemu pria lain.Lyla juga ingin membalas Yuli yang diam-diam menggosipkannya. Jadi, begitu bertemu pasangan kencan butanya, dia langsung mengkritiknya tanpa ampun.Belakangan setelah Lyla kembali dari toilet, dia mendengar pelayan berbisik-bisik bahwa minumannya telah dicampuri sesuatu. Untungnya, dia belum meminum apa pun. Lyla pun pergi setelah puas mengejek pria itu.Tadinya, Lyla pikir semuanya sudah selesai. Siapa sangka, masih ada masalah yang akan muncul. Berhubung Yuli menuduhnya, Lyla juga balik mempertanyakan tindakan wanita itu tempo hari.Yuli berkata bahwa Lyla tidak menghormatinya sebagai kakak ipar. Lantas apa wanita itu pernah menghargainya sebagai
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa