Lyla melelang semua barang yang berkaitan dengan pernikahannya. Dia bahkan mengusung tema "Batal Menikah" yang menarik perhatian banyak orang dan membuat barang-barangnya laris manis dengan harga tinggi.Lyla berpura-pura santai dan bergurau bahwa dia memang anggota Keluarga Prayogo yang sejati. Buktinya dia memiliki jiwa bisnis yang kuat.Semua uang hasil dagangan itu Lyla sumbangkan. Bisa dibilang, ini akhir yang sempurna dari kisah cintanya.Grace tidak tahu apakah Lyla masih sedih atau tidak. Sebab, gadis itu selalu menyunggingkan senyum cerah.Lyla berjalan-jalan, makan-makan, berbelanja, dan juga menghadiri janji kencan buta yang diatur Yuli. Seolah-olah dia sudah sepenuhnya lupa pada pesta pernikahan yang berantakan itu.Grace juga akan masuk kuliah lagi dalam waktu dekat. Semua yang dipelajarinya setahun belakangan sudah benar-benar dia lupakan. Jadi, dia harus segera belajar ulang.Terkadang, ketika Lyla mengajaknya minum kopi, Grace bahkan membawa buku matematika untuk belaja
"Oh, ya? Terus apa yang Kak Yuli masukkan ke minumanku waktu kencan buta itu? Apa kamu begitu takut aku nggak bisa menikah hingga langsung menyodorkanku pada pria mana pun yang mau?" balas Lyla dengan kesal.Tujuan Lyla pergi kencan buta sangat simpel, yakni untuk bersenang-senang. Dia ingin melupakan orang di hatinya dan bertemu pria lain.Lyla juga ingin membalas Yuli yang diam-diam menggosipkannya. Jadi, begitu bertemu pasangan kencan butanya, dia langsung mengkritiknya tanpa ampun.Belakangan setelah Lyla kembali dari toilet, dia mendengar pelayan berbisik-bisik bahwa minumannya telah dicampuri sesuatu. Untungnya, dia belum meminum apa pun. Lyla pun pergi setelah puas mengejek pria itu.Tadinya, Lyla pikir semuanya sudah selesai. Siapa sangka, masih ada masalah yang akan muncul. Berhubung Yuli menuduhnya, Lyla juga balik mempertanyakan tindakan wanita itu tempo hari.Yuli berkata bahwa Lyla tidak menghormatinya sebagai kakak ipar. Lantas apa wanita itu pernah menghargainya sebagai
Lyla tidak berani menunda-nunda dan segera menuntun Grace pergi.Yuli sedikit ketakutan saat mendengar ancaman itu dan melihat wajah Grace yang memerah karena terkena kopi panas. Bagaimanapun, Grace tidak bersalah.Yuli tidak tahu harus mengikuti mereka atau tidak. Pada akhirnya, dia hanya berdiri canggung di tempatnya.Setibanya di rumah sakit, Lyla mengobati Grace secara pribadi. Wajah Grace tidak terlalu parah, tetapi kopi itu mengalir turun ke bajunya. Berhubung bajunya cukup ketat, luka bakar di dadanya lebih banyak, bahkan muncul lepuh.Grace kesakitan hingga ingin menangis. Namun, luka bakarnya langsung tertarik saat wajahnya cemberut. Alhasil, dia hanya bisa menahan sakit tanpa ekspresi."Lyla, boleh tolong ambilkan cermin? Aku mau lihat seperti apa wajahku sekarang," pinta Grace.Grace mematut diri di depan cermin pemberian Lyla. Dia melihat wajahnya yang dilapisi salep kekuningan. Salep itu terasa dingin di kulitnya dan memiliki aroma herbal.Luka di pipi kiri Grace cukup ser
Berhubung tidak ada orang lain di ruangan, Grace langsung membuka kerah bajunya dan menyuruh Harry memeriksa lukanya. Bagian dadanya terluka paling parah. Ada banyak sekali luka lepuh kecil di sana. Salep pun tidak ada gunanya.Harry melirik sekilas kulit Grace, lalu segera mengalihkan pandangan. Dia bertanya, "Siapa yang membantumu mengoleskan salep?""Lyla," sahut Grace."Baguslah," gumam Harry."Apanya yang bagus?" tanya Grace tidak mengerti.Bertepatan dengan itu, Lyla berjalan masuk sambil membawa obat. Begitu melihat Harry, dia langsung meminta maaf. Bagaimanapun, Grace terluka karena dirinya.Setelah dijelaskan, Harry baru tahu bahwa Lyla pergi kencan buta. Dia mengernyit dalam, tetapi tidak meluapkan amarahnya."Aku akan menghukummu nanti," ucap Harry.Lyla menghela napas dan berkata, "Sudah kuduga aku akan dimarahi. Aku mau bantu Grace oles obat, tolong ambilkan air.""Biar aku yang oles, kamu ambil airnya," tolak Harry sambil mengambil obat salep dari tangan Lyla."Kak, aku i
Lyla berkata, "Aku memang difitnah, tapi pada akhirnya hal ini menguntungkan Kak Harry. Karena proyeknya batal, sekarang Kak Steven nggak bisa unjuk gigi dan posisinya masih seimbang dengan Kak Harry.""Aku rasa ada orang yang menggunakan namaku untuk diam-diam membantu Kak Harry. Jadi, aku juga hanya bisa menerima nasib menjadi orang yang disalahkan.""Kalaupun aku membuat kesalahan besar, aku tetapi anak bungsu Keluarga Prayogo. Sebenci apa pun Kak Steven padaku, dia nggak akan bisa berbuat banyak. Orang yang memfitnahku ini ... sepertinya tahu betul dan memanfaatkan hal ini dengan baik. Kak, ini aneh sekali, 'kan?" lanjut Lyla.Mendengar itu, Harry sontak mengernyit. Dia lantas berkata, "Serahkan masalah ini padaku. Jangan khawatir, aku akan selidiki semuanya.""Iya, memang itu yang aku mau. Masalah ini terlalu rumit, aku nggak bisa mendapatkan banyak informasi dengan kemampuanku yang terbatas. Aku serahkan sama Kak Harry saja," balas Lyla.Tak lama, Lyla bertanya lagi, "Kak Harry,
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, Grace berjalan menuju kafetaria untuk sarapan gratis. Tidak disangka, dia melihat Greta dan Yuli. Keduanya sedang berjalan menuju departemen ginekologi dengan raut muram.Grace mengabaikan mereka. Dia masih kesal karena luka bakar di wajahnya belum sembuh benar.Juan harus segera kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaan. Jadi, dia tidak ikut Grace sarapan.Selesai sarapan, Grace melihat Greta keluar dari rumah sakit sambil menangis. Yuli terus mengoceh dengan ekspresi masam di sampingnya.Begitu menoleh dan melihat Grace, raut wajah Yuli bertambah muram. Dia menyalahkan Grace atas ulah Lyla yang menghancurkan barang-barang di rumahnya untuk membalaskan dendam gadis itu."Berhenti menangis! Jangan buat malu! Benar-benar sial. Cepat ikut aku!" hardik Yuli sambil menarik Greta pergi.Grace menyadari mata Greta yang merah dan digenangi air mata. Dia tidak ingin ikut campur. Lagi pula, itu urusan keluarga mereka.Harry pulang ke rumah setelah peker
"Nggak usah dibawa serius. Kamu akan tahu hasilnya setelah mencobanya," ucap Harry."Oke, aku coba," ujar Grace.Setelah Grace duduk, Harry mengedipkan matanya pada Rudi. Rudi pun diam-diam membuat gestur "oke" dengan jarinya.Harry sengaja menyuruh Rudi untuk meningkatkan nilai alat ini. Jika IQ Grace 100, alat ini akan menunjukkan 120.IQ rata-rata seseorang berada di 90 hingga 110. Orang yang memiliki IQ 120 sampai 140 dianggap genius. Harry tidak berharap Grace genius, tetapi setidaknya IQ-nya berada di kisaran normal. Dia ingin menggunakan alat ini untuk menyenangkan hati Grace dan meningkatkan kepercayaan diri gadis itu."Bisa kita mulai sekarang, Nona Grace?" tanya Rudi."Oke, mulai saja," sahut Grace."Silakan jawab pertanyaan yang muncul. Di sini juga ada sensor magnet untuk mendeteksi respons stres tubuh Nona," jelas Rudi.Grace sedikit takjub dengan kecanggihan alat itu.Sepuluh menit kemudian, tes selesai. Dia membaca tulisan yang muncul di layar kecil.[ IQ Anda sekitar 10
Raut wajah Harry menjadi masam. Memangnya kenapa jika dia sudah tua? Apa ada larangan untuk mencium wanitanya sendiri?Kali ini, Harry tidak pergi bersama Juan. Dia hanya meminta sekretarisnya itu untuk mengatur transportasinya. Dengan begini, dia bisa lebih leluasa.Tidak sampai setengah jam setelah Harry pergi, Grace menerima telepon dari Viktor. Sang ayah menyuruhnya pulang makan.Grace sedikit heran. Sejak kejadian tidak menyenangkan di pernikahan Greta, pria itu belum pernah menghubunginya.Viktor tidak menyuruhnya pulang waktu Tahun Baru. Grace juga tidak mengungkitnya. Lantas, mengapa dia tiba-tiba diminta pulang sekarang?"Ada acara apa?" tanya Grace."Hari ini Grup Lugiman akan go public, jadi kamu juga harus hadir. Jangan sampai orang luar melihat kita nggak akur. Kita akan makan bersama dan berakting harmonis. Setelah itu, kamu bisa pergi ke mana pun kamu suka. Aku nggak peduli," balas Viktor.Grace meremas ponselnya. Ternyata begitu. Viktor hanya mengingat Grace ketika memb
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa