Lyla tidak berani menunda-nunda dan segera menuntun Grace pergi.Yuli sedikit ketakutan saat mendengar ancaman itu dan melihat wajah Grace yang memerah karena terkena kopi panas. Bagaimanapun, Grace tidak bersalah.Yuli tidak tahu harus mengikuti mereka atau tidak. Pada akhirnya, dia hanya berdiri canggung di tempatnya.Setibanya di rumah sakit, Lyla mengobati Grace secara pribadi. Wajah Grace tidak terlalu parah, tetapi kopi itu mengalir turun ke bajunya. Berhubung bajunya cukup ketat, luka bakar di dadanya lebih banyak, bahkan muncul lepuh.Grace kesakitan hingga ingin menangis. Namun, luka bakarnya langsung tertarik saat wajahnya cemberut. Alhasil, dia hanya bisa menahan sakit tanpa ekspresi."Lyla, boleh tolong ambilkan cermin? Aku mau lihat seperti apa wajahku sekarang," pinta Grace.Grace mematut diri di depan cermin pemberian Lyla. Dia melihat wajahnya yang dilapisi salep kekuningan. Salep itu terasa dingin di kulitnya dan memiliki aroma herbal.Luka di pipi kiri Grace cukup ser
Berhubung tidak ada orang lain di ruangan, Grace langsung membuka kerah bajunya dan menyuruh Harry memeriksa lukanya. Bagian dadanya terluka paling parah. Ada banyak sekali luka lepuh kecil di sana. Salep pun tidak ada gunanya.Harry melirik sekilas kulit Grace, lalu segera mengalihkan pandangan. Dia bertanya, "Siapa yang membantumu mengoleskan salep?""Lyla," sahut Grace."Baguslah," gumam Harry."Apanya yang bagus?" tanya Grace tidak mengerti.Bertepatan dengan itu, Lyla berjalan masuk sambil membawa obat. Begitu melihat Harry, dia langsung meminta maaf. Bagaimanapun, Grace terluka karena dirinya.Setelah dijelaskan, Harry baru tahu bahwa Lyla pergi kencan buta. Dia mengernyit dalam, tetapi tidak meluapkan amarahnya."Aku akan menghukummu nanti," ucap Harry.Lyla menghela napas dan berkata, "Sudah kuduga aku akan dimarahi. Aku mau bantu Grace oles obat, tolong ambilkan air.""Biar aku yang oles, kamu ambil airnya," tolak Harry sambil mengambil obat salep dari tangan Lyla."Kak, aku i
Lyla berkata, "Aku memang difitnah, tapi pada akhirnya hal ini menguntungkan Kak Harry. Karena proyeknya batal, sekarang Kak Steven nggak bisa unjuk gigi dan posisinya masih seimbang dengan Kak Harry.""Aku rasa ada orang yang menggunakan namaku untuk diam-diam membantu Kak Harry. Jadi, aku juga hanya bisa menerima nasib menjadi orang yang disalahkan.""Kalaupun aku membuat kesalahan besar, aku tetapi anak bungsu Keluarga Prayogo. Sebenci apa pun Kak Steven padaku, dia nggak akan bisa berbuat banyak. Orang yang memfitnahku ini ... sepertinya tahu betul dan memanfaatkan hal ini dengan baik. Kak, ini aneh sekali, 'kan?" lanjut Lyla.Mendengar itu, Harry sontak mengernyit. Dia lantas berkata, "Serahkan masalah ini padaku. Jangan khawatir, aku akan selidiki semuanya.""Iya, memang itu yang aku mau. Masalah ini terlalu rumit, aku nggak bisa mendapatkan banyak informasi dengan kemampuanku yang terbatas. Aku serahkan sama Kak Harry saja," balas Lyla.Tak lama, Lyla bertanya lagi, "Kak Harry,
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, Grace berjalan menuju kafetaria untuk sarapan gratis. Tidak disangka, dia melihat Greta dan Yuli. Keduanya sedang berjalan menuju departemen ginekologi dengan raut muram.Grace mengabaikan mereka. Dia masih kesal karena luka bakar di wajahnya belum sembuh benar.Juan harus segera kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaan. Jadi, dia tidak ikut Grace sarapan.Selesai sarapan, Grace melihat Greta keluar dari rumah sakit sambil menangis. Yuli terus mengoceh dengan ekspresi masam di sampingnya.Begitu menoleh dan melihat Grace, raut wajah Yuli bertambah muram. Dia menyalahkan Grace atas ulah Lyla yang menghancurkan barang-barang di rumahnya untuk membalaskan dendam gadis itu."Berhenti menangis! Jangan buat malu! Benar-benar sial. Cepat ikut aku!" hardik Yuli sambil menarik Greta pergi.Grace menyadari mata Greta yang merah dan digenangi air mata. Dia tidak ingin ikut campur. Lagi pula, itu urusan keluarga mereka.Harry pulang ke rumah setelah peker
"Nggak usah dibawa serius. Kamu akan tahu hasilnya setelah mencobanya," ucap Harry."Oke, aku coba," ujar Grace.Setelah Grace duduk, Harry mengedipkan matanya pada Rudi. Rudi pun diam-diam membuat gestur "oke" dengan jarinya.Harry sengaja menyuruh Rudi untuk meningkatkan nilai alat ini. Jika IQ Grace 100, alat ini akan menunjukkan 120.IQ rata-rata seseorang berada di 90 hingga 110. Orang yang memiliki IQ 120 sampai 140 dianggap genius. Harry tidak berharap Grace genius, tetapi setidaknya IQ-nya berada di kisaran normal. Dia ingin menggunakan alat ini untuk menyenangkan hati Grace dan meningkatkan kepercayaan diri gadis itu."Bisa kita mulai sekarang, Nona Grace?" tanya Rudi."Oke, mulai saja," sahut Grace."Silakan jawab pertanyaan yang muncul. Di sini juga ada sensor magnet untuk mendeteksi respons stres tubuh Nona," jelas Rudi.Grace sedikit takjub dengan kecanggihan alat itu.Sepuluh menit kemudian, tes selesai. Dia membaca tulisan yang muncul di layar kecil.[ IQ Anda sekitar 10
Raut wajah Harry menjadi masam. Memangnya kenapa jika dia sudah tua? Apa ada larangan untuk mencium wanitanya sendiri?Kali ini, Harry tidak pergi bersama Juan. Dia hanya meminta sekretarisnya itu untuk mengatur transportasinya. Dengan begini, dia bisa lebih leluasa.Tidak sampai setengah jam setelah Harry pergi, Grace menerima telepon dari Viktor. Sang ayah menyuruhnya pulang makan.Grace sedikit heran. Sejak kejadian tidak menyenangkan di pernikahan Greta, pria itu belum pernah menghubunginya.Viktor tidak menyuruhnya pulang waktu Tahun Baru. Grace juga tidak mengungkitnya. Lantas, mengapa dia tiba-tiba diminta pulang sekarang?"Ada acara apa?" tanya Grace."Hari ini Grup Lugiman akan go public, jadi kamu juga harus hadir. Jangan sampai orang luar melihat kita nggak akur. Kita akan makan bersama dan berakting harmonis. Setelah itu, kamu bisa pergi ke mana pun kamu suka. Aku nggak peduli," balas Viktor.Grace meremas ponselnya. Ternyata begitu. Viktor hanya mengingat Grace ketika memb
Viktor duduk di kursi utama dengan Tashia di sebelah kanannya. Frandy dan Greta duduk di sebelah kiri, sementara Grace duduk di seberang.Grace merasa seperti pengganggu di dalam acara makan keluarga ini. Saat ini, dia hanya ingin makan secepatnya dan kabur dari situ.Ada hidangan bakso di meja yang terus dipandangi Grace. Dia ingin mengambilnya, tetapi piring bakso itu sangat jauh darinya.Grace sudah beberapa kali mencoba mengambilnya tanpa hasil. Dia juga tidak enak hati untuk berdiri.Pada akhirnya, Grace terpaksa mengurungkan niatnya. Dia hanya memakan hidangan jamur dan sayuran di depannya dalam diam.Sepertinya Tashia sengaja mengatur agar hidangan daging agak jauh dari Grace. Yang ditaruh di dekat gadis itu hanya hidangan sayur-sayuran. Huh! Kejam sekali! Apakah Tashia ingin menggunakan cara ini untuk membuat Grace mati kelaparan? Ya sudah kalau tidak boleh, Grace juga tidak butuh!Ketika Grace sedang mengutuk dalam hati, sebuah bakso tiba-tiba muncul di piringnya. Ternyata Fr
Jalan pikir Frandy cukup sederhana. Jika Grace menginap semalam, dia bisa memanjakan matanya lebih lama. Jadi, dia pun menimpali, "Iya, jalanan di malam hari nggak aman. Lebih baik menginap dulu di sini. Lagi pula, kita semua satu keluarga, nggak usah sungkan.""Tapi ...," ucap Grace dengan ragu."Nggak ada tapi-tapian. Aku dan Frandy sudah memintamu, jadi jangan menolak lagi. Aku akan bersihkan kamarmu," sela Greta.Grace tidak enak hati menolak. Pada akhirnya, dia mengangguk dengan enggan. Hanya saja, hatinya sangat resah. Seolah-olah ada sesuatu yang salah.Grace tidak memahami alasan kegelisahannya. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menelepon Juan dan meminta pria itu untuk menjemputnya besok. Dia akan menginap semalam di Kediaman Lugiman.Malam itu, Grace juga melakukan panggilan video dengan Harry. Dia bercerita bahwa saat ini dia berada di Kediaman Lugiman.Harry berpesan agar Grace berhati-hati dan menyuruhnya pulang seawalnya besok. Dia juga tidak memercayai orang-orang K
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k