Viktor duduk di kursi utama dengan Tashia di sebelah kanannya. Frandy dan Greta duduk di sebelah kiri, sementara Grace duduk di seberang.Grace merasa seperti pengganggu di dalam acara makan keluarga ini. Saat ini, dia hanya ingin makan secepatnya dan kabur dari situ.Ada hidangan bakso di meja yang terus dipandangi Grace. Dia ingin mengambilnya, tetapi piring bakso itu sangat jauh darinya.Grace sudah beberapa kali mencoba mengambilnya tanpa hasil. Dia juga tidak enak hati untuk berdiri.Pada akhirnya, Grace terpaksa mengurungkan niatnya. Dia hanya memakan hidangan jamur dan sayuran di depannya dalam diam.Sepertinya Tashia sengaja mengatur agar hidangan daging agak jauh dari Grace. Yang ditaruh di dekat gadis itu hanya hidangan sayur-sayuran. Huh! Kejam sekali! Apakah Tashia ingin menggunakan cara ini untuk membuat Grace mati kelaparan? Ya sudah kalau tidak boleh, Grace juga tidak butuh!Ketika Grace sedang mengutuk dalam hati, sebuah bakso tiba-tiba muncul di piringnya. Ternyata Fr
Jalan pikir Frandy cukup sederhana. Jika Grace menginap semalam, dia bisa memanjakan matanya lebih lama. Jadi, dia pun menimpali, "Iya, jalanan di malam hari nggak aman. Lebih baik menginap dulu di sini. Lagi pula, kita semua satu keluarga, nggak usah sungkan.""Tapi ...," ucap Grace dengan ragu."Nggak ada tapi-tapian. Aku dan Frandy sudah memintamu, jadi jangan menolak lagi. Aku akan bersihkan kamarmu," sela Greta.Grace tidak enak hati menolak. Pada akhirnya, dia mengangguk dengan enggan. Hanya saja, hatinya sangat resah. Seolah-olah ada sesuatu yang salah.Grace tidak memahami alasan kegelisahannya. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menelepon Juan dan meminta pria itu untuk menjemputnya besok. Dia akan menginap semalam di Kediaman Lugiman.Malam itu, Grace juga melakukan panggilan video dengan Harry. Dia bercerita bahwa saat ini dia berada di Kediaman Lugiman.Harry berpesan agar Grace berhati-hati dan menyuruhnya pulang seawalnya besok. Dia juga tidak memercayai orang-orang K
"Apa maksudmu?" tanya Grace balik.Greta mendekat dan mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat hingga Grace meringis kesakitan.Grace ingin melepaskan diri, tetapi dia tidak berani mengerahkan tenaga yang terlalu besar. Bagaimanapun, saat ini mereka sedang di atas tangga."Lepaskan, Greta. Kamu lagi hamil, aku nggak mau ribut denganmu!" ucap Grace.Greta membalas, "Kamu masih ingat kalau aku hamil? Yang berada dalam kandunganku ini cicit Keluarga Prayogo. Siapa pun yang mencelakainya akan berakhir mengenaskan.""Grace, kamu selalu sombong dan jadi pusat perhatian. Kamu punya Harry dan Keluarga Adhitama yang mendukungmu. Kamu bahkan muncul di luar negeri! Hebat, kamu hampir membuatku menjadi bayanganmu. Kamu pasti puas sekali sekarang, 'kan?" cibir Greta."Aku nggak begitu, tolong lepaskan aku ...," pinta Grace.Grace menggantungkan harapan terakhirnya pada hati nurani Greta. Seharusnya dia tidak akan membahayakan nyawa anaknya. Bagaimanapun, anak itu darah dagingnya sendiri."Gra
Grace tertegun saat memandangnya. Greta terduduk di lantai sambil memegangi perut. Darah mengalir deras dari tubuhnya dan berkumpul di lantai. Itu terlihat sangat mengerikan.Greta pun berteriak sekuat tenaga. Hal itu membuat Tashia dan Viktor terkejut. Mereka segera memanggilkan ambulans untuknya.Dengan tangan berlumuran darah, Greta memandang Grace dengan sedih. Dia menjerit pilu, "Dia ... dia yang mendorongku dari tangga. Anakku yang malang!"Tangis Greta begitu histeris hingga membuat Grace merasakan ketakutan yang mendalam. Saat Tashia hendak membawa Greta ke rumah sakit, dia menatap Grace dengan mata memerah.Tashia menegaskan, "Kalau sesuatu terjadi sama Greta dan anak dalam kandungannya, aku akan mengambil nyawamu." Kata-katanya begitu tajam dan dingin. Jantung Grace sontak berdebar ketakutan.Viktor tidak ikut pergi. Dengan penuh amarah, dia berbalik dan menampar Grace keras-keras. Wanita itu terjatuh ke lantai. Lututnya menghantam ubin dingin dan terasa sangat menyakitkan.V
"Apa sebenarnya yang kamu mau?" tanya Harry sambil menahan amarahnya dengan susah payah. Memikirkan Grace yang kini terjebak dalam bahaya, dia ingin sekali menghajar seseorang.Di ujung telepon, orang itu tertawa mendengar nada marahnya. Dia akhirnya berucap, "Aku cuma mau menahanmu semalam. Setelah itu, kamu akan mendapatkan hasil yang memuaskan."Harry bertanya, "Kau mau memanfaatkan Grace?"Jimmy menjawab, "Betul sekali. Aku nggak sangka menantu Steven ternyata begitu naif. Aku baru saja berpikir untuk menjatuhkannya. Nggak disangka, dia malah kasih aku kesempatan.""Tenang saja, aku jamin wanitamu nggak akan mati. Setelah malam ini, kamu akan dapat keuntungan dari semua ini!" tambah Jimmy.Harry menimpali, "Nggak akan mati, tapi pasti akan menderita. Aku tahu betul sifat Kak Steven dan Kak Yuli. Mereka nggak akan segan cari masalah sama Grace begitu ada kesempatan!""Seorang pria sejati nggak mempermasalahkan hal kecil seperti ini. Rasa sakitnya cuma sementara kok. Kalau rencana in
Sebelum lama terkurung di rumah Keluarga Lugiman, Yuli datang. Kalau bukan karena Leah yang menghalangi dengan sekuat tenaga, mungkin kuku Yuli sudah melukai wajah Grace.Yuli mencengkeram, memukul, dan mencubitnya hingga tubuhnya penuh lebam, bahkan Leah pun terkena pukulannya.Yuli bersikeras ingin membawa Grace ke rumahnya untuk dihukum, tetapi Leah terus-menerus mengadangnya."Bu Yuli, kalau memang Nona bersalah, biarkan Tuan Viktor yang menanganinya. Kamu nggak bisa membawa Nona dan menghukumnya semena-mena!" seru Leah.Yuli memaki, "Kamu ini sudah pikun ya? Yang dia sakiti itu menantuku! Kenapa aku nggak punya hak? Masih mending aku menghukumnya. Dia mendorong menantuku dari tangga loh!""Menantuku sudah hamil sebulan lebih! Dasar nggak punya hati! Bisa-bisanya kamu membunuh calon cucu Keluarga Prayogo!" seru Yuli.Di hatinya, Yuli masih menyimpan dendam pada Lyla. Sekarang, Lyla tak ada di ibu kota sehingga Grace pun menjadi sasaran kemarahannya. Menurutnya, mereka pasti komplot
Meski Tania tak begitu menyukai Grace, dia biasanya tidak memperlakukannya terlalu buruk dan sering kali hanya diam.Grace sebenarnya tidak punya hubungan dekat dengannya, jadi tidak heran Tania berpihak pada orang lain sekarang.Semua ini hanya karena Keluarga Lugiman memang tidak menerima dirinya. Ayahnya sendiri tidak pernah memercayainya. Bagi Viktor, Grace adalah aib.Grace hanya bisa berharap Harry segera pulang. Kalau tidak, dirinya benar-benar akan dihancurkan orang lain.Viktor berucap, "Bu Yuli, ini salahku yang melahirkan anak durhaka seperti dia sampai-sampai Greta jadi korban. Greta sekarang sudah menjadi bagian Keluarga Prayogo, jadi segala hal tentangnya adalah urusan Keluarga Prayogo.""Aku nggak akan membela anak durhaka ini. Terserah kalian mau gimana menghukumnya. Bahkan sampai dia mati sekalipun, aku nggak akan keberatan!" seru Viktor.Sampai Grace mati pun, dia tidak akan keberatan .... Apakah seorang ayah kandung seharusnya berkata seperti itu?Mendengar itu, Grac
Ketika Yuli sedang melampiaskan amarahnya, tidak disangka Frandy tiba-tiba pulang. Begitu melihat Grace meringkuk di lantai, Frandy segera maju untuk menghentikannya."Apa yang Ibu lakukan?" tanya Frandy.Yuli juga sudah lelah, kebetulan dia bisa berhenti untuk istirahat. Dia bertanya, "Kamu sudah kembali dari rumah sakit? Apa kondisi Greta baik-baik saja?""Dia masih hidup. Apa yang Ibu lakukan sekarang? Kenapa Ibu pukul dia sampai seperti ini?" balas Frandy.Frandy tidak peduli dengan keadaan Greta dan anak di dalam kandungannya. Lagi pula, ada banyak wanita di dunia ini yang mau melahirkan anak untuk Frandy. Jika anak ini tidak bisa dipertahankan, Greta bisa hamil lagi.Frandy justru sangat kasihan pada Grace. Tubuhnya yang kurus dipukul sampai mengenaskan. Frandy segera membantu Grace bangkit dari lantai. Kesadaran Grace sudah sedikit kabur. Dia bersandar di dalam pelukan Frandy dan mengira Harry sudah datang.Grace bergumam, "Ak ... akhirnya kamu datang. Aku tahu ... kamu pasti ak
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa