Mereka menyangka Harry tidak akan pulang begitu cepat. Para pelayan juga tidak akan masuk ke kamar di malam hari. Jadi, keduanya tidak mengunci pintu.Harry masuk ke kamar dan melihat mereka berdiri dengan kaku di depan ranjang. Wajah keduanya merah dan berkeringat, bola mata mereka juga bergerak-gerak gugup, tidak berani menatap matanya."Kalian kenapa?" tanya Harry."Nggak apa-apa," sahut Grace dengan suara bergetar."Kak Harry sudah pulang? Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu kalian. Aku ke kamarku dulu," ucap Lyla sebelum buru-buru kabur dari situ.Harry merasa sedikit curiga. Apa yang sebenarnya dilakukan kedua gadis itu?Setelah Lyla pergi, tidak lama kemudian Grace mendengar suara klakson mobil dari lantai bawah. Harry terheran-heran dan menghampiri balkon. Terlihat Lyla pergi dengan mengendarai mobil, bahkan tanpa mengganti piamanya.Lyla melambai pada Harry sambil berseru, "Kak, aku nggak mau mengganggu. Aku pulang ke kediaman utama saja. Setelah sampai nanti, aku akan kas
"Keluarlah dulu, kita bicarakan baik-baik," pinta Harry. Dia berusaha keras menahan amarah dan melembutkan suaranya.Grace merasa ragu. Dia bertanya dengan suara bergetar, "Be ... benaran?""Iya, ayo keluar. Kurasa ada kesalahpahaman yang harus kita bicarakan. Aku selalu memperlakukanmu dengan sabar. Mengajari seseorang nggak mesti pakai hukuman. Aku mau meyakinkanmu dengan cara-cara lembut. Keluarlah, kita bicarakan baik-baik," bujuk Harry.Mendengar suara Harry yang lembut seperti suara seorang guru, Grace baru merasa lega. Dia pun memberanikan diri membuka pintu dan keluar.Harry berdiri tidak jauh dari pintu, melambai sambil tersenyum ramah padanya. Dia berucap, "Duduklah, jangan merasa tertekan. Kamu sudah dewasa, normal saja menonton video ini. Kita obrolkan baik-baik, ya.""Kamu benaran nggak marah?" tanya Grace."Iya," sahut Harry."Baguslah, sebenarnya aku hanya penasaran. Aku penasaran bagaimana pria dan wanita bercinta. Lyla bilang dia punya film edukasi, jadi kami coba men
Grace tiba di Kediaman Lubis dan disambut Celine. Dia bisa melihat jelas bahwa wanita itu memaksakan senyumannya.Hannah sedang dirawat Robin di dalam kamar. Hanya saja, atmosfer di dalam kamar terasa sangat berat.Kakak beradik itu tidak bicara. Robin membantu Hannah minum obat dan memasangkan infus dalam diam.Saat melihat Grace, Robin juga hanya mengangguk pelan, lalu segera keluar. Setelah pria itu pergi, Grace menatap Hannah dengan raut cemas.Hannah berucap, "Aku pasti terlihat menyedihkan banget, ya? Aku sudah mencoba segalanya, tapi dia tetap nggak membalas cintaku.""Kamu membuatku sedih. Kalian bertiga seperti terjebak di komidi putar, saling mengejar tanpa ada akhirnya," kata Grace.Hati Hannah terasa sangat pedih. Kata-kata Grace menggambarkan situasi mereka bertiga dengan sangat tepat.Awalnya, Hannah dan Lyla berada di titik yang sama. Keduanya mengejar Robin dan ingin mendapatkannya. Namun, sekarang Lyla pergi dan giliran Robin yang mengejarnya.Sementara itu, Hannah ter
Lyla melelang semua barang yang berkaitan dengan pernikahannya. Dia bahkan mengusung tema "Batal Menikah" yang menarik perhatian banyak orang dan membuat barang-barangnya laris manis dengan harga tinggi.Lyla berpura-pura santai dan bergurau bahwa dia memang anggota Keluarga Prayogo yang sejati. Buktinya dia memiliki jiwa bisnis yang kuat.Semua uang hasil dagangan itu Lyla sumbangkan. Bisa dibilang, ini akhir yang sempurna dari kisah cintanya.Grace tidak tahu apakah Lyla masih sedih atau tidak. Sebab, gadis itu selalu menyunggingkan senyum cerah.Lyla berjalan-jalan, makan-makan, berbelanja, dan juga menghadiri janji kencan buta yang diatur Yuli. Seolah-olah dia sudah sepenuhnya lupa pada pesta pernikahan yang berantakan itu.Grace juga akan masuk kuliah lagi dalam waktu dekat. Semua yang dipelajarinya setahun belakangan sudah benar-benar dia lupakan. Jadi, dia harus segera belajar ulang.Terkadang, ketika Lyla mengajaknya minum kopi, Grace bahkan membawa buku matematika untuk belaja
"Oh, ya? Terus apa yang Kak Yuli masukkan ke minumanku waktu kencan buta itu? Apa kamu begitu takut aku nggak bisa menikah hingga langsung menyodorkanku pada pria mana pun yang mau?" balas Lyla dengan kesal.Tujuan Lyla pergi kencan buta sangat simpel, yakni untuk bersenang-senang. Dia ingin melupakan orang di hatinya dan bertemu pria lain.Lyla juga ingin membalas Yuli yang diam-diam menggosipkannya. Jadi, begitu bertemu pasangan kencan butanya, dia langsung mengkritiknya tanpa ampun.Belakangan setelah Lyla kembali dari toilet, dia mendengar pelayan berbisik-bisik bahwa minumannya telah dicampuri sesuatu. Untungnya, dia belum meminum apa pun. Lyla pun pergi setelah puas mengejek pria itu.Tadinya, Lyla pikir semuanya sudah selesai. Siapa sangka, masih ada masalah yang akan muncul. Berhubung Yuli menuduhnya, Lyla juga balik mempertanyakan tindakan wanita itu tempo hari.Yuli berkata bahwa Lyla tidak menghormatinya sebagai kakak ipar. Lantas apa wanita itu pernah menghargainya sebagai
Lyla tidak berani menunda-nunda dan segera menuntun Grace pergi.Yuli sedikit ketakutan saat mendengar ancaman itu dan melihat wajah Grace yang memerah karena terkena kopi panas. Bagaimanapun, Grace tidak bersalah.Yuli tidak tahu harus mengikuti mereka atau tidak. Pada akhirnya, dia hanya berdiri canggung di tempatnya.Setibanya di rumah sakit, Lyla mengobati Grace secara pribadi. Wajah Grace tidak terlalu parah, tetapi kopi itu mengalir turun ke bajunya. Berhubung bajunya cukup ketat, luka bakar di dadanya lebih banyak, bahkan muncul lepuh.Grace kesakitan hingga ingin menangis. Namun, luka bakarnya langsung tertarik saat wajahnya cemberut. Alhasil, dia hanya bisa menahan sakit tanpa ekspresi."Lyla, boleh tolong ambilkan cermin? Aku mau lihat seperti apa wajahku sekarang," pinta Grace.Grace mematut diri di depan cermin pemberian Lyla. Dia melihat wajahnya yang dilapisi salep kekuningan. Salep itu terasa dingin di kulitnya dan memiliki aroma herbal.Luka di pipi kiri Grace cukup ser
Berhubung tidak ada orang lain di ruangan, Grace langsung membuka kerah bajunya dan menyuruh Harry memeriksa lukanya. Bagian dadanya terluka paling parah. Ada banyak sekali luka lepuh kecil di sana. Salep pun tidak ada gunanya.Harry melirik sekilas kulit Grace, lalu segera mengalihkan pandangan. Dia bertanya, "Siapa yang membantumu mengoleskan salep?""Lyla," sahut Grace."Baguslah," gumam Harry."Apanya yang bagus?" tanya Grace tidak mengerti.Bertepatan dengan itu, Lyla berjalan masuk sambil membawa obat. Begitu melihat Harry, dia langsung meminta maaf. Bagaimanapun, Grace terluka karena dirinya.Setelah dijelaskan, Harry baru tahu bahwa Lyla pergi kencan buta. Dia mengernyit dalam, tetapi tidak meluapkan amarahnya."Aku akan menghukummu nanti," ucap Harry.Lyla menghela napas dan berkata, "Sudah kuduga aku akan dimarahi. Aku mau bantu Grace oles obat, tolong ambilkan air.""Biar aku yang oles, kamu ambil airnya," tolak Harry sambil mengambil obat salep dari tangan Lyla."Kak, aku i
Lyla berkata, "Aku memang difitnah, tapi pada akhirnya hal ini menguntungkan Kak Harry. Karena proyeknya batal, sekarang Kak Steven nggak bisa unjuk gigi dan posisinya masih seimbang dengan Kak Harry.""Aku rasa ada orang yang menggunakan namaku untuk diam-diam membantu Kak Harry. Jadi, aku juga hanya bisa menerima nasib menjadi orang yang disalahkan.""Kalaupun aku membuat kesalahan besar, aku tetapi anak bungsu Keluarga Prayogo. Sebenci apa pun Kak Steven padaku, dia nggak akan bisa berbuat banyak. Orang yang memfitnahku ini ... sepertinya tahu betul dan memanfaatkan hal ini dengan baik. Kak, ini aneh sekali, 'kan?" lanjut Lyla.Mendengar itu, Harry sontak mengernyit. Dia lantas berkata, "Serahkan masalah ini padaku. Jangan khawatir, aku akan selidiki semuanya.""Iya, memang itu yang aku mau. Masalah ini terlalu rumit, aku nggak bisa mendapatkan banyak informasi dengan kemampuanku yang terbatas. Aku serahkan sama Kak Harry saja," balas Lyla.Tak lama, Lyla bertanya lagi, "Kak Harry,
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k