Lyla turun dari apartemen Hannah dan duduk di mobilnya. Dia membiarkan angin dingin menyapu wajahnya hingga terasa menusuk. Setelah terdiam cukup lama, Hannah bersiap-siap untuk menghidupkan mesin mobilnya dan pergi. Namun dari sudut matanya, dia melihat sebuah sosok yang familier.Robin baru saja keluar dari mobilnya sambil membawa beberapa barang. Sepertinya dia khawatir Hannah yang baru pulang tidak memiliki persediaan makanan di rumah. Lyla mencengkeram erat gagang pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk keluar, tetapi tiba-tiba dia mengurungkan niatnya.Bagi Robin, Hannah bukanlah orang ketiga. Dia adalah adik Robin yang selalu disayanginya. Lyla tahu bahwa dirinya tidak bisa menghentikan Robin menunjukkan kasih sayangnya kepada Hannah.Dengan tak berdaya, Lyla melepaskan cengkeraman tangannya. Dia merasa kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Akhirnya, dia memutuskan untuk menelepon Robin. Tak lama kemudian, Robin menjawab panggilan itu."Kamu di mana?" tanya Lyla."Aku baru t
Hanya saja, kenapa Lyla begitu khawatir Robin akan meninggalkannya?Grace tidak bisa menahan diri untuk menghiburnya, "Tenang saja, Dokter Robin nggak akan ninggalin kamu. Kalian sudah mau nikah, 'kan?""Ya ... kami sudah mau menikah ...," gumam Lyla. Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi kesadarannya mulai memudar.Pada saat ini, Grace baru bisa melepaskan diri dan pergi dari kamar Lyla. Dia melihat Harry yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi muram. Harry terus berdiri di tempat itu sedari tadi."Suasana hatimu lagi buruk ya? Mau kucium?" tanya Grace."Jangan bercanda. Aku benar-benar nggak bisa senyum sekarang.""Ya sudah, aku mau nonton drama dulu."Baru saja Grace hendak pergi, Harry telah menariknya ke dalam pelukannya. "Sebaiknya cium aku, deh."Grace tersenyum tipis mendengar ucapan itu dan menjinjitkan kakinya untuk mencium bibir Harry."Lagi, mau yang lebih banyak. Nggak mau cuma segitu." Harry mulai serakah.Grace memutar bola matanya. "Nggak mau, cepat k
"Oke, sesuai keinginanmu saja." Suasana hati Harry yang awalnya buruk, kini jadi membaik setelah mengobrol beberapa saat dengan Grace.Keesokan harinya, Lyla bangun dengan perasaan segar, seolah-olah tidak terjadi apa pun. Dia sama sekali tidak mengingat kejadian malam sebelumnya ketika dia menangis setelah minum terlalu banyak. Malahan, dia merasa Grace hanya bercanda. Sebagai putri keempat Keluarga Prayogo, mana mungkin Lyla menangis setelah mabuk?Lyla meminta Grace untuk tidak menceritakan hal itu kepada orang lain. Sebab, menurutnya itu adalah hal yang sangat memalukan. Grace tidak tahu apakah Lyla benar-benar tidak ingat atau hanya berpura-pura. Namun, dia setuju untuk merahasiakan hal itu karena Lyla tidak ingin orang lain tahu tentang situasi yang memalukan itu.Tak lama setelah itu, Harry memanggil Lyla ke ruang kerjanya untuk menanyakan tentang kejadian malam sebelumnya. Meskipun alasan Lyla bisa meyakinkan Grace, dia tidak bisa menipu Harry."Aku benar-benar lupa, Kak. Yang
Mendengar hal itu, Grace membelalakkan mata dengan takjub. "Kamu lagi bercanda ya? Meski nggak terlalu paham sama perhiasan, aku tahu berlian itu harus dilihat dari karatnya. Berlian sekecil ini mungkin cuma setengah karat, 'kan? Apa bisa beli semua perhiasan yang ada di sini?""Gimana kalau kubilang bisa?" tanya Lyla."Pulang saja, aku mau simpan di brankas. Aku takut dirampok orang ...," jawab Grace tanpa ragu-ragu.Lyla langsung menghentikannya. "Nggak perlu sampai berlebihan begitu. Aku cuma bercanda. Berlian sekecil ini nggak perlu sampai begitu, kok.""Serius? Kamu nggak bohong aku,'kan?""Untuk apa aku bohong? Kakakku cuma mau hadiahkan berlian terlebih dahulu untuk mengikatmu saja. Ke depannya, dia pasti bakal beliin berlian yang lebih besar untukmu!""Ya, benar katamu. Harry ini memang licik!""Ya, dia memang banyak ide."Lyla sebenarnya tidak serakah. Namun, saat melihat berlian merah muda yang menawan itu, dia juga merasa tergiur untuk mencurinya. Lyla memutuskan untuk tidak
Ibu itu menangis kencang, meminta agar dirinya juga dibunuh. Namun, penjahat sama sekali tidak peduli. Dia menodongkan pistolnya ke perut wanita hamil. Tembakan ini akan membunuh dua nyawa sekaligus."Sayang ... tolong aku ...." Wanita hamil itu ketakutan hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Matanya yang berkaca-kaca tertuju pada suaminya.Suaminya ingin bangkit, tetapi penjahat membentak, "Jongkok atau istrimu akan mati! Tutup pintu! Aku masih punya tujuh peluru. Di sini ada belasan orang. Aku akan membunuh dengan pelan!"Kali ini, tidak ada yang berani membantah lagi. Staf menutup pintu dengan ketakutan. Para polisi dan tentara bersenjata lengkap telah mengepung toko perhiasan, tetapi para sandera tidak merasa aman sedikit pun.Lyla melindungi Grace di belakangnya dan berbisik, "Dia sudah terbiasa membunuh orang. Dia sama sekali nggak ragu. Targetnya juga anak kecil dan wanita. Aku bisa bertarung sedikit, jadi kamu nggak usah cemas.""Kamu sembunyi saja di belakang kerumunan dan tunduk
"Tapi, yang kubilang tetap fakta. Asalkan kamu menyanderaku, kujamin kamu bisa keluar dengan selamat. Polisi nggak akan berani menyentuh orang Keluarga Prayogo," jelas Lyla."Oh ya?" Penjahat itu tiba-tiba menatap staf toko dan bertanya, "Kamu staf di sini, 'kan? Dia datang sendiri atau bersama orang lain?"Staf takut kepada penjahat, jadi memberitahunya tentang Grace. Grace sudah hampir sampai di belakang pilar. Tiba-tiba, dia merasakan tatapan tajam dan jahat, jadi tidak berani bergerak lagi.Setelah melihat Grace, penjahat itu pun tersenyum sambil berujar, "Rupanya kamu dan putri angkat Keluarga Adhitama berteman. Menyanderamu sangat berisiko. Lebih baik aku menyandera seorang mahasiswi.""Kamu ...." Wajah Lyla menjadi pucat. Dia panik hingga berkeringat, tetapi tidak berani bertindak gegabah."Kemari. Gantikan wanita hamil ini atau aku akan membunuhnya!" ancam penjahat itu kepada Grace."Jangan ... jangan bunuh aku!" pekik wanita hamil itu. Darah perlahan-lahan mengalir, membasahi
Penjahat memegang kemudi dengan satu tangan, memegang pistol dengan tangan yang satu lagi. Tatapannya melirik kaca spion tengah, memastikan tidak ada polisi yang membuntuti. Dia menghela napas lega, lalu menyerahkan ponsel kepada Grace dan berkata, "Telepon keluargamu. Aku butuh uang.""Ka ... kamu masih butuh uang?" tanya Grace."Tentu saja. Setelah aku sampai di Kota Jimba, akan ada kapal yang menjemputku. Aku butuh uang supaya bisa hidup enak. Bukannya kamu Nona Keluarga Lugiman dan Keluarga Adhitama? Orang tuamu seharusnya kaya. Telepon saja salah satunya. Cepat!" desak penjahat itu."Kamu butuh berapa?" tanya Grace dengan hati-hati."Dua puluh miliar. Kalau nggak, kamu kubunuh," jawab penjahat itu.Grace mengira penjahat ini hanya sendirian. Tanpa disangka, sudah ada yang menunggu mereka di Kota Jimba.Kota Jimba dekat dengan laut dan wilayahnya sangat rumit. Perairannya berbahaya dan terumbu karang padat. Hanya nelayan lokal yang sudah melaut lebih dari 10 tahun, yang bisa menget
Pria itu tidak bisa menahan diri untuk maju dan mengelus wajah Grace. Grace ingin menghindar, tetapi rambutnya dijambak. Saking sakitnya, mata Grace pun memerah dan berkaca-kaca. Dia tidak bisa terlepas dari tangan kotor itu.Pria itu mengelus wajah Grace sambil berkata dengan antusias, "Kulitmu halus dan putih sekali. Kak, apa aku boleh ....""Kita bicarakan lagi setelah dapat uangnya. Lagi pula, kita familier dengan tempat ini. Kita bisa bawa dia pergi setelah ambil uangnya. Terserah kamu mau gimana nanti. Kalian juga pasti lelah. Altan yang paling lelah dalam perjalanan kali ini. Dia hampir mati karena melindungi kita. Biar Altan duluan," timpal si pemimpin."Tapi, aku ...." Pria itu terlihat agak kesal. Akan tetapi, dia tidak berani berkata-kata setelah melihat sorot mata bosnya.Altan berterima kasih. Kemudian, dia membawa Grace ke kapal lain. Grace ketakutan hingga sekujur tubuhnya gemetaran.Altan fokus pada pelarian sehingga tidak sempat memperhatikan penampilan Grace. Setelah
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g