"Nggak, kok. Aku belum cari Kakak, bukannya aku terus merawatmu? Besok aku pergi ke sana, besok!""Baguslah, entah dia masih mau temui aku atau nggak ....""Pasti mau, kok! Ibu jangan mikir sembarangan. Ayo dimakan, kalau nggak aku benar-benar akan marah." Miranda baru memakan apel itu setelah Barney bersusah payah membujuknya.Robin menyaksikan semua itu dari luar pintu dengan perasaan tidak nyaman. Hubungan ibu dan anak itu memang sangat baik.Saat membalikkan tubuhnya, Robin melihat Lyla yang sudah berdiri di sana entah sejak kapan. Dengan panik, Robin bertanya, "Kenapa kamu bisa di sini?"Lyla memegang tangannya dengan erat. "Hatimu pasti melunak, 'kan? Kalau kamu benar-benar nggak bisa merelakannya, masuk dan lihatlah dia. Hal paling menyakitkan di dunia ini adalah perpisahan antara hidup dan mati. Kalau lewatkan kesempatan ini, nggak ada lagi kesempatan lainnya.""Bukannya semalam kamu bilang ....""Yang kubilang semalam memang berbeda dengan hari ini. Mungkin semalam aku terlalu
Mendengar ucapan itu, wajah Miranda langsung memucat. Dia membuka mulutnya, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Jelas sekali, dia kesulitan menerima kenyataan ini.Setelah tertegun cukup lama, Miranda baru tersadar kembali dan menyeka matanya yang memerah. "Dokter Robin, aku sudah lama mendengar namamu. Kamu adalah dokter yang sangat hebat ....""Tubuhmu tinggi dan tegap, penampilanmu juga tampan. Memang didikan Keluarga Lubis semuanya sangat unggul. Barney, cuci beberapa buah untuk tamu. Apelnya manis sekali. Kalau kalian nggak keberatan, bisa cicipi sedikit.""Baik, terima kasih Bibi."Melihat penampilan Robin seperti ini, Lyla juga merasa sedih. Robin menggenggam tangannya dengan begitu erat, hingga buku-bukunya memutih dan urat-uratnya tampak menonjol. Lyla merasa iba, sehingga menyelipkan tangannya ke dalam genggaman Robin. Di telapak tangan Robin, terdapat beberapa bekas luka kecil karena dicengkeram terlalu erat oleh kukunya sendiri.Lyla mengusapnya dengan lembut, m
"Dalam setengah bulan ... apa nggak terlalu buru-buru?""Nggak, kok! Aku nggak peduli lagi sama semua ini. Kita pilih cincin saja, gaun pengantinnya juga sudah selesai. Aku akan ubah tanggal undangan. Berapa banyak pun tamu yang datang, itu nggak masalah. Bagaimana menurutmu?""Tapi, bukannya kamu akan dirugikan ....""Nggak kok, aku memang suka rela. Setujui permintaanku, ya? Kumohon. Aku ingin cepat menikahimu, nggak bisa nunggu sampai akhir tahun lagi," ujar Lyla sambil memandangnya dengan penuh berharap.Melihat tatapan Lyla yang lembut, hati Robin langsung melunak. Akhirnya, dia pun menyetujuinya. "Oke, sesuai keinginanmu saja. Kita adakan acaranya dulu, akhir tahun nanti kita bulan madu. Gimana menurutmu?""Oke, sepakat. Besok sudah akhir pekan, kantor catatan sipil nggak buka. Kita daftarkan pernikahan dan beli cincin hari Senin, ya?" tanya Lyla."Ya, kamu yang ambil keputusan saja." Robin mengelus kepala Lyla dengan lembut. Lyla menghela napas panjang. Akhirnya masalah ini tela
Pada akhirnya, Barney hanya bisa membawa jenazah ibunya pulang. Sementara itu, Lyla terus menemani Robin karena khawatir dia tidak akan mampu menahan semua beban emosional yang sedang dihadapinya.Robin berjalan sendirian menuju tangga darurat , lalu membuka pintu dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan. Lyla ingin mengikutinya, tetapi tangan Robin dari balik pintu menghentikannya."Jangan masuk, aku ingin sendiri sebentar," kata Robin dengan suara berat.Mendengar hal itu, Lyla menahan tangannya yang sudah siap untuk membuka pintu. Dia mengerti bahwa Robin butuh waktu untuk menenangkan diri, jadi dia memutuskan untuk menunggu di luar. Dia tidak bisa membiarkan Robin sendirian terlalu lama karena khawatir akan terjadi sesuatu padanya.Waktu terus berlalu dan Robin baru keluar setelah menyendiri untuk waktu yang cukup lama. Setelah itu, dia pergi ke rumah keluarga Barney.Suami Miranda tiba dengan tergesa-gesa. Dia adalah seorang pria berusia 60-an dengan wajah yang tampak kele
"Dasar pembohong. Kamu saja nggak pernah telepon aku. Sepertinya kamu sudah lupa diri setelah bersenang-senang di luar sana!" keluh Grace.Hannah hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun. Bukannya tidak ingin menghubungi Grace, Hannah hanya khawatir hatinya akan melunak dan menanyakan tentang Robin serta Lyla. Dia takut dirinya akan semakin terjerumus dan melakukan hal yang semakin tidak masuk akal.Hannah benar-benar takut dirinya akan menjadi semakin menyebalkan!"Sini kubantu bawakan kopernya. Kamu pasti sudah capek, 'kan? Ceritakan padaku kamu main ke mana saja? Fotomu kelihatan cantik semuanya!" tanya Grace."Aku juga sudah lihat komentarmu. Kamu bilang, mereka nikah setelah tahun baru ya?""Kamu lihat itu? Kukira kamu tutup komentarku.""Nggak, kok." Hannah tersenyum tipis. Memangnya kenapa kalau melihat komentar itu? Hannah merasa memang lebih baik jika tidak melihatnya. Dengan begitu, hatinya juga tidak akan terasa perih.Pernikahannya telah ditetapkan tanggal 8 Januari. Itu ad
Sebelum melangkah keluar dari pintu, Lyla menghentikannya, "Kamu mau ngapain?"Hannah baru menghentikan langkahnya dan teringat bahwa Lyla masih berada di sana. Dulu, Hannah merasa hubungannya dengan Robin adalah sesuatu yang tidak sepantasnya terjadi. Dia merasa telah kalah sejak awal dan tidak punya hak untuk bersaing dengan Lyla.Namun setelah mengetahui kebenarannya sekarang, Hannah tidak lagi merasa terbebani. Jika mencintai seseorang, dia harus berani mengejarnya. Dia tidak percaya bahwa posisinya dalam hati Robin akan kalah dari Lyla. Hannah mengepalkan tinjunya dan menghimpun seluruh keberaniannya.Setelah menarik napas dalam-dalam, dia berbalik menatap Lyla. Saat melihat tatapan di mata Hannah, Lyla tahu bahwa konflik antara mereka tak terhindarkan lagi."Lyla, dulu aku mengira aku salah. Hubunganku dan Robin nggak akan pernah bisa berhasil dan aku hanya akan menyakitinya. Tapi sekarang, kami bukan saudara kandung lagi. Aku bisa mencintainya dengan terang-terangan! Perasaanku
"Aku memang egois. Kalau begitu, aku mau tanya padamu, apa kamu benar-benar nggak sengaja membiarkan semuanya terjadi sesuai keinginanmu malam itu? Apanya yang sama-sama mabuk dan kehilangan akal sehat?""Dia memang nggak sadar lagi setelah mabuk. Tapi kalau kamu nggak berinisiatif menggodanya, mana mungkin dia melakukan hal seperti itu? Kamu yang bersalah padaku duluan, sekarang malah berbalik menyalahkanku?""Hannah, bukan aku yang memutuskan kalian itu saudara kandung. Aku cuma tahu, Robin itu pacarku dan kami sudah hampir menikah. Memangnya kenapa kalau kalian bukan saudara kandung? Kamu nggak bisa mengubah kenyataan.""Cuma kita berdua yang tahu kejadian malam itu, Robin nggak mungkin akan tahu. Aku sudah menduga kamu pasti bakal cari Robin sebelum memutuskan untuk beri tahu kamu hal ini. Kusarankan sebaiknya kamu jangan permalukan dirimu sendiri!"Suara Lyla terdengar dingin dan tegas. Wajah cantiknya kini tampak seperti tertutup lapisan es. Mendengar kata-kata itu, Hannah merasa
Lyla turun dari apartemen Hannah dan duduk di mobilnya. Dia membiarkan angin dingin menyapu wajahnya hingga terasa menusuk. Setelah terdiam cukup lama, Hannah bersiap-siap untuk menghidupkan mesin mobilnya dan pergi. Namun dari sudut matanya, dia melihat sebuah sosok yang familier.Robin baru saja keluar dari mobilnya sambil membawa beberapa barang. Sepertinya dia khawatir Hannah yang baru pulang tidak memiliki persediaan makanan di rumah. Lyla mencengkeram erat gagang pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk keluar, tetapi tiba-tiba dia mengurungkan niatnya.Bagi Robin, Hannah bukanlah orang ketiga. Dia adalah adik Robin yang selalu disayanginya. Lyla tahu bahwa dirinya tidak bisa menghentikan Robin menunjukkan kasih sayangnya kepada Hannah.Dengan tak berdaya, Lyla melepaskan cengkeraman tangannya. Dia merasa kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Akhirnya, dia memutuskan untuk menelepon Robin. Tak lama kemudian, Robin menjawab panggilan itu."Kamu di mana?" tanya Lyla."Aku baru t
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g