Setelah mendengarnya, Lyla menghela napas lega. Untungnya, Hannah memang terpaksa. Mereka adalah saudara, jadi ditakdirkan untuk tidak boleh bersama!Lyla sangat mementingkan pernikahannya. Bisa dilihat dari cara dia memilih barang. Sebenarnya setiap wanita sama saja. Mereka berharap punya pernikahan yang tak terlupakan.Setelah semuanya beres, waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Pada musim dingin, hari lebih cepat gelap. Meskipun baru pukul 5 sore, langit sudah gelap gulita. Angin dingin berembus, membuat orang tak kuasa bergidik.Ketika mereka hendak pulang, tiba-tiba ponsel Lyla berdering. Gaun pernikahan yang dirancang secara khusus untuknya sudah selesai dibuat. Staf toko bertanya kapan Lyla akan datang untuk melihatnya.Begitu mendengarnya, mata Lyla langsung berbinar-binar. Dia langsung membawa Grace ke butik. Dia sengaja memilih desainer supaya gaunnya sesuai dengan yang diinginkan."Bu, kamu mau coba gaunnya sekarang?""Ya, ya!"Lyla mengangguk dengan penuh semangat. Kemudia
Grace mengganti gaun pengantin dengan hati-hati. Kemudian, dia mendorong pintu dan keluar. Begitu melihatnya, mata Lyla langsung berbinar-binar. Dia mengira tubuh mungil Grace tidak bisa menopang gaun pengantin yang berat, tetapi ternyata dugaannya salah."Ambilkan sepatu hak tinggi untuknya," instruksi Lyla.Staf menuruti instruksinya. Grace memakai sepatu hak tinggi. Begitu memakainya, auranya menjadi makin terpancar. Grace kurus, tetapi tidak terlihat kerempeng dan tetap cantik.Lyla menarik Grace ke depan cermin, lalu berkata, "Kalau dirias, kamu akan makin cantik. Selera Kak Harry memang bagus. Dia mendapat pengantin cantik. Kelak anak kalian pasti rupawan!""Masa? Kamu cuma bercanda denganku, 'kan?""Kamu nggak bisa menilai sendiri. Kamu jauh lebih cantik dari Greta. Viktor memang buta. Masa dia ingin kaya dengan mengandalkan Greta? Seharusnya mengandalkanmu! Aku curiga kamu berutang pada Kak Harry di kehidupan lampau. Kalau nggak, kamu pasti bisa dapat yang lebih baik.""Kalau H
Grace berbalik dan hendak menuju ke ruang ganti. Begitu berbalik, Harry malah tiba-tiba meraih tangannya dan menariknya. Grace membentur dada Harry dan memeluknya."Nggak aneh kok. Cantik sekali. Aku cuma terpana tadi.""Hehe. Kakakku pasti terlalu bahagia sampai nggak bisa bereaksi. Kalian pelan-pelan ngobrol saja. Aku mau ganti baju dulu. Kutunggu di mobil. Aku akan memeras kakakku nanti. Kalau nggak ada aku, dia harus menunggu sampai 1,5 tahun untuk melihatmu pakai gaun pengantin."Lyla pun pergi, juga tidak lupa mengusir staf butik supaya Harry dan Grace bisa berduaan.Grace merasa malu karena dipeluk Harry. Dia berujar, "Aku ganti baju dulu. Lagian, bukan aku yang bakal nikah.""Aku belum puas melihatnya. Jangan diganti dulu." Harry segera menarik Grace dan mengamatinya dengan saksama. Dia tidak bisa menipu diri sendiri lagi, dengan mengatakan Grace masih belum dewasa dan orang lain belum tentu akan menyadari kecantikannya. Senyuman Grace jelas-jelas begitu bersinar."Cantik ya?"
Harry awalnya masih kesulitan menahan hasratnya. Namun, setelah mendengar ucapan Grace, hasratnya sontak sirna."Bisa dong. Tapi kalau terus ditahan, sepertinya aku bisa sakit. Rasanya nggak nyaman sekali. Gimana lagi? Kalau bersamamu, aku memang sulit mengontrol diri. Tapi, aku nggak bisa jauh darimu. Aku cuma bisa bersenang-senang di tengah penderitaan.""Eee ... aku mau tahu sesuatu yang sangat pribadi. Tapi, kamu nggak boleh menipuku ya!"Ekspresi Grace tampak sangat serius. Harry pun mengangguk, menunggu pertanyaan Grace.Dengan wajah memerah, Grace terbata-bata saat bertanya, "Waktu kamu nggak tahan, apa kamu bakal diam-diam memuaskan diri? Tapi, kamu terus bersamaku. Kapan kamu melakukannya? Kenapa aku nggak pernah menyadarinya?""Lyla bilang kalau di kamar mandi ada tisu yang mencurigakan, itu adalah bukti kamu melakukannya. Tapi, kenapa aku nggak pernah melihat tisu di kamar mandi? Harry, gimana caramu melakukannya?""Uhuk, uhuk ...." Wajah Harry memerah. Dia tersedak mendenga
Keterlaluan! Harry masih mencari orang untuk membantunya!Harry kembali ke butik. Grace sudah selesai mengganti pakaiannya. Ketika dia keluar, staf sedang membungkus barang-barangnya. Semua dibungkus dengan rapi dan indah."Harry, kamu belum menjawab pertanyaanku." Grace masih bersikeras bertahan.Harry berdeham sebelum menyahut, "Aku ... akan pelan-pelan memberitahumu nanti.""Kamu malu ya? Aku paham kok. Kamu boleh cerita padaku.""Hal seperti ini nggak bisa dibicarakan."Saat ini, Harry ingin sekali menyerbu keluar dan menghajar Lyla lagi. Bagaimana bisa dia memberitahu Grace tentang hal yang begitu privasi? Jika Grace dan Harry sudah menikah, mana mungkin Harry memuaskan diri sendiri?"Sudah sore, waktunya pulang dan makan." Harry mengalihkan topik pembicaraan.Karena Harry tidak ingin memberitahu apa pun, Grace pun kehilangan minatnya. "Ya sudah kalau nggak mau kasih tahu. Dasar pelit! Kamu kira aku ingin tahu banget?"Kemudian, Grace masuk ke mobil dengan kesal. Dia melihat Lyla
Setelah mengambil gaun pengantinnya, Lyla ingin memperlihatkannya kepada Robin. Dia datang ke rumah Keluarga Lubis dengan penuh semangat. Celine membuka pintu untuknya. Robin dan Sofyan sedang berada di ruang kerja."Lyla, sudah makan malam belum? Kami belum makan. Gimana kalau kamu makan bersama kami saja?" tanya Celine.Lyla sudah makan, tetapi tidak ingin melewatkan kesempatan untuk makan malam bersama Robin. Dia mengangguk untuk menyetujuinya.Ketika mendengar Lyla sudah mengambil gaun pengantinnya, Celine pun ingin melihatnya. Dia memuji, "Cantik sekali! Aku benar-benar tenang karena ada yang kamu mendampingi Robin.""Setelah menikah, kapan kalian akan punya anak? Aku bukan ingin mendesakmu. Aku cuma tanya untuk tahu rencana kalian.""Aku ikut Robin saja. Kalau dia ingin fokus dengan kariernya, mungkin 2 tahun lagi kita baru punya anak. Kalau dia suka anak kecil, kita nggak perlu menundanya. Aku bebas," timpal Lyla.Ketika melihat Lyla begitu penurut, Celine merasa sangat lega. "K
"Ba ... bagaimana mungkin?" Lyla juga merasa kaget."Hari ini Paman datang mencariku. Katanya, ibu kandungku sakit parah dan mau menemuiku untuk terakhir kalinya sebelum meninggal. Ternyata aku bukan anak Keluarga Lubis, melainkan anak yatim dari bawahan ayahku. Karena ibu kandungku nggak bisa menerima kepergian ayahku, jadi dia mencampakkanku.""Saat ayahku datang mengunjungi ibu kandungku, dia menemukanku dan membawaku pulang. Setelah itu, ayahku ... bukan, sekarang seharusnya aku memanggilnya ayah asuh. Saat ayah asuhku menemukan ibu kandungku, dia memberi ibuku sejumlah uang untuk menjamin kehidupannya.""Akan tetapi, ibu kandungku nggak mau menerimanya. Dia nggak menginginkanku lagi karena menganggapku sebagai beban dan menolak dengan kejam. Kemudian, aku dibesarkan oleh ayah dan ibu asuhku dan mereka nggak pernah lagi mengungkit masalah ini.""Sekarang ini, ibu kandungku mencari pamanku dengan harapan bisa menebus kesalahannya dulu dan memintaku memaafkannya. Menurutmu, aku harus
"Robin, Hannah begitu penting bagimu. Sekarang setelah tahu ternyata kalian bukan kakak beradik, apa perasaanmu akan berbeda padanya?"Mendengar perkataan ini, Robin tersentak. Dia tidak pernah memikirkan hal ini. Di saat Robin tertegun, Lyla tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk mencium bibir Robin. Robin terdiam sejenak sebelum bereaksi menanggapinya.Setelah sekian lama, Lyla baru melepaskan bibir tipisnya dari Robin dengan enggan, lalu berkata dengan suara serak, "Jangan dipikirkan, anggap saja aku nggak pernah nanya. Aku takut kalau kamu menemukan jawabannya, aku akan terluka.""Lyla, kamu paling paham sama aku. Kalaupun bukan saudara kandung, kami juga nggak mungkin bersama. Aku masih tetap anak Keluarga Lubis. Kalaupun nggak ada hubungan darah, bagi orang luar, kami ini tetap saudara."Semua yang dikatakannya itu adalah teori, lalu bagaimana dengan hatinya sendiri? Apakah Robin pernah memikirkannya?Lyla tidak berani bertanya lebih lanjut karena takut akan mendengar jawaban yan
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g