Robin mengeluarkan sepasang sarung tangan medis sekali pakai dari sakunya. Di bawah tatapan heran dari karyawan toko, dia menyerahkan seekor ayam."Hannah, malam ini kita makan ayam ini. Ayam ini mati kurang dari 48 jam yang lalu dan waktu pembekuannya cuma 12 jam. Masih cukup segar.""Besok pagi aku akan pergi ke pasar. Di sana ada ayam segar yang masih hidup. Belakangan ini flu sedang merebak, jadi aku akan membantumu memilih yang terbaik."Mendengar kata-kata itu, Hannah merasa merinding. Apakah semua orang yang belajar kedokteran sampai sedetail ini? Bagi Hannah, semua ayam itu tampak sama saja!"Aku mau makan daging sapi.""Oke, akan kupilihkan untukmu." Kemudian, Robin menuju lapak daging dan memilih sepotong daging sapi yang segar. Saat karyawan toko hendak membantunya memotong, Robin bersikeras untuk melakukannya sendiri.Merasakan berat pisau pemotong daging itu, Robin berkata, "Pisau ini jauh lebih tumpul dibandingkan pisau bedah.""Hm ...." Hannah kehabisan kata-kata."Dagin
"Obat gosok ini ampuh sekali, bisa menyembuhkan cedera otot dan tulang, serta melancarkan peredaran darah. Biar kubantu oleskan sekarang. Nanti aku bakal sibuk masak dan mungkin nggak bisa mengurusmu.""Aku boleh nolak?" tanya Hannah."Coba saja?" kata Robin sambil mengangkat alisnya. Hannah hanya menghela napas berat. Dia mengulurkan tangan, lalu meringis kesakitan saat melepas koyo yang menempel.Robin merasa kasihan dan meniup tangannya. Sebenarnya, tiupan itu sama sekali tidak ada gunanya. Sebagai ahli medis, tentu saja dia tahu akan hal ini. Namun, seperti itulah yang mereka lakukan sejak masih kecil.Setiap kali Hannah terjatuh atau lecet karena berkelahi dengan orang, Robin selalu merawatnya dengan cara seperti ini. Saat itu, Hannah merasa cukup bahagia hanya dengan seperti itu. Setiap kali, dia selalu mencari kesempatan untuk mengganggu dan berkelahi dengan anak-anak nakal lainnya.Pada akhirnya, beberapa anak nakal itu tidak lagi menampakkan diri. Hannah mengira mereka telah j
Hannah mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku tangannya menancap di telapak tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Setelah sekian lama, dia mengembuskan napas dan berkata pada Robin yang berada di dapur."Kalau sudah ketemu calon yang cocok, tunjukkan padaku biar aku bisa bantu menilainya. Kalau nggak cukup bagus, aku nggak akan biarkan dia menikahimu.""Iya, aku tahu." Setelah itu, suasana rumah menjadi hening. Robin hanya menanggapinya dengan singkat. Berhubung Robin sudah berkata demikian, apakah dia akan membawa wanita itu untuk menemui Hannah dalam waktu dekat?Hati Hannah terasa sangat tertekan hingga kesulitan untuk bernapas. Mencintai seseorang itu melelahkan. Mencintai orang yang tidak seharusnya dicintai itu lebih melelahkan lagi.....Saat Robin keluar dari dapur, dia melihat Hannah sedang bermain gim. "Arah jam enam ada orang, aktifkan bidikan empat kali lipat."Mendengar ucapannya, Hannah secara refleks memutar arah dan langsung mengaktifkan bidikan empat kali lip
"Ya, aku akan persiapkan dengan baik. Kalau aku sudah berubah, apa kamu nggak akan menolak aku lagi?" tanya Robin."Tergantung penampilanmu."Mendengar ucapan ini, sudut bibir Robin menyunggingkan senyuman. Ini berarti dia masih punya kesempatan. "Ayo makan, nanti lauknya keburu dingin," pinta Robin."Aku ingin minum alkohol.""Karena suasana hatiku sedang baik, kitab oleh minum sedikit," balas Robin.Setelah itu, kedua kakak beradik itu pun duduk di meja makan bersama. Semua hidangan yang tersaji di meja makan adalah kesukaan Hannah. Meski sudah lama tidak tinggal bersama, Robin masih tetap mengingat kesukaannya.Bahkan, rasanya juga masih sama seperti dulu. Alangkah indahnya jika dia bisa hidup dengan Robin seperti ini selamanya. Kalaupun hanya dengan status sebagai kakak beradik, Hannah tetap rela.Hannah tidak minum terlalu banyak, sedangkan Robin sudah mulai agak mabuk. Tampaknya, suasana hatinya benar-benar sedang bagus hari ini. "Hannah, akhirnya kamu nggak benci aku lagi ...,"
Grace terus bergumam tanpa henti. Harry tak kuasa menahan senyuman sambil memeluk tubuhnya yang lembut dan wangi."Hm? Kamu mulai perhatian sama aku sekarang? Aku tahu kamu makan dengan sangat baik. Tubuhmu juga jadi makin berisi dan enak dipeluk.""Nggak boleh ngatain wanita gemuk, nanti bisa marah. Jangan bercanda lagi, aku mau tidur. Ngantuk tahu!" Grace menggerutu sekilas, lalu kembali tertidur. Harry tertawa melihat tingkahnya yang linglung ini.Keesokan paginya, Grace terbangun karena sinar matahari pagi. Semalam dia lupa menutup tirai jendela. Grace langsung menutup wajahnya dengan selimut dan mengeluh, "Huhu ... cahaya matahari menyebalkan sekali."Baru berkata demikian, suasana langsung menjadi gelap. Dia menjulurkan kepalanya sejenak, kemudian kembali tertidur setelah menyadari tidak ada sinar matahari yang mencolok lagi."Grace, jangan tidur lagi. Kamu sudah hampir telat."Mendengar suara yang tidak asing ini, Grace sangat terkejut. Saat mendongak, dia malah melihat sosok Ha
"Aku." Terdengar suara rendah sekaligus serak yang familier di ujung telinga.Begitu melihat dengan saksama, Grace sontak terperanjat. Ini mimpi atau nyata?"Ka ... kamu sudah pulang?" tanya Grace."Ya, dari semalam. Selama aku nggak di rumah, sepertinya kamu makan lahap dan tidur nyenyak ya? Kamu gendutan. Kamu juga pergi kencan, 'kan? Sodanya enak?" sindir Harry."Ka ... kamu mau mengorek informasi dariku!" pekik Grace."Kamu masih mau merahasiakannya dariku? Dosamu bertambah! Kemari supaya aku bermurah hati padamu," ucap Harry."Gimana kalau aku kabur?" tanya Grace."Kamu mau duduk di kursi roda ya? Aku bisa suruh Juan mendorongmu ke kampus setiap hari," balas Harry.Begitu mendengarnya, sekujur tubuh Grace merinding. Me ... mengerikan sekali pria ini! Harry memang bukan orang yang bisa diusik!Grace perlahan-lahan mendekat, lalu mengangkat bokongnya sedikit. Harry langsung mengangkat tangannya untuk menepuk bokong Grace, tetapi tiba-tiba terdengar suara Grace. "Pukul saja. Lagian,
"Ya." Harry sungguh pasrah. Di antara mereka berdua, sebenarnya siapa yang serigala dan siapa yang domba?Grace memakai pakaiannya dengan senang, lalu berkata sambil tersenyum, "Harry, kamu memang yang terbaik. Aku tahu kamu sangat menyayangiku."Harry menjulurkan tangannya dan mendekapkan Grace ke pelukannya. Kemudian, dia bertanya, "Gimana dengan janjimu?"Wajah Grace sontak memerah. Situasi tadi mendesak sehingga dia terpaksa berjanji. Dua kata itu memang agak sulit untuk dilontarkan.Namun, jika tidak dilontarkan, bukankah Harry akan marah besar padanya? Jadi, Grace mendekati telinga Harry dan berbisik, "Sayang ...."Panggilan ini terdengar lembut. Ditambah lagi napas hangat Grace yang meniup telinga Harry, Harry pun tak kuasa merinding. Dia sudah lama ingin mendengar panggilan ini.Ketika Harry sedang termangu, Grace buru-buru melarikan diri ke kamar mandi. Dia becermin, menatap wajahnya yang merah dan dadanya yang bergerak dengan cepat. Hais, makin lama makin di luar jalur.Harry
Jantung Grace berdetak kencang. Dia bertanya dengan lembut, "Ha ... Harry, kamu kenapa?""Aku sangat merindukanmu belakangan ini, apalagi kamu sempat mengalami masalah. Untung saja, semua aman. Kalau nggak, aku mungkin sudah jadi gila," sahut Harry. Kalimat terakhirnya seperti mengandung sihir, membuat Grace merasa malu.Grace memeluk pinggang Harry dan berujar, "Pokoknya aku baik-baik saja sekarang. Pasti ada berkah di balik musibah yang terjadi. Lagian, aku orang yang sangat beruntung. Kalau nggak, mana mungkin kita bisa bertemu?""Kamu benaran merasa bertemu denganku adalah suatu keberuntungan?" tanya Harry melepaskan tangannya. Suaranya terdengar serak.Grace tentu tahu bahwa dirinya tidak punya musuh. Namun, setelah bersama Harry, masalah terus berdatangan. Meskipun begitu, dia tidak takut karena tahu Harry akan menolongnya."Ya, aku sangat bahagia. Hidupku menjadi sangat manis seperti minum madu setiap hari!" seru Grace sambil tersenyum lebar menyipitkan mata."Haha. Kalau begitu
Aryan berucap, "Harry, katakan sejujurnya. Aku nggak percaya kamu melakukan itu! Kalau kamu memang ingin membuat Frandy impoten, kenapa kamu harus tunggu sampai sekarang? Pasti bukan kamu.""Hasil penyelidikanku nggak menemukan jejak campur tanganmu. Pelakunya pasti orang lain! Aku tahu semua orang mencurigaimu. Tapi, kalau kamu jujur padaku, aku pasti akan memercayaimu.""Kamu putraku, jadi aku yang paling memahamimu. Biarpun kamu ingin membalaskan dendam Titus, kamu nggak mungkin sekejam itu. Kalau membunuh bisa menyelesaikan masalah, Steven pasti sudah lama mati. Kamu bukan orang seperti itu!" tambah Aryan."Ya, aku berbeda dengan Kak Steven," ucap Harry dengan dingin."Memang bukan aku, tapi aku tahu dan nggak bisa menghentikannya. Jadi, anggap saja aku pelakunya. Apa pun bisa kulakukan untuk membalaskan dendam Kak Titus. Aku janji nggak akan membunuh. Kematian adalah hukuman yang terlalu ringan. Aku mau mereka hidup dan membayar dosa-dosa mereka secara perlahan!""Kak Steven masih
Kakak beradik itu saling menatap dengan tajam. Atmosfer di sekitar seketika berubah mencekam.Meski bersembunyi di tangga, Grace pun bisa merasakan ketegangan di udara. Jantungnya mulai berdebar kencang.Terakhir kali ke sini, Steven begitu angkuh. Seolah-olah dia yakin Harry sudah berada dalam genggamannya.Hanya dalam waktu singkat, kekuatan keduanya sudah berimbang. Kini, Harry bahkan sedikit lebih unggul. Siapa yang akan menang dan kalah sudah bisa terlihat jelas.Hanya saja, Grace kebingungan. Benarkah Harry yang mencelakai Frandy?Mata Steven berkilat tajam saat mendengar kata-kata Harry. Dia menyipitkan matanya dan berucap dengan dingin, "Jangan sembarang fitnah! Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan. Jangan pikir kamu bisa menyalahkanku atas kecelakaan yang menimpamu dan Titus!""Bukti yang kupunya memang nggak lengkap, tapi aku yakin kamu pelakunya. Itu sebabnya aku nggak bisa berbuat banyak padamu. Sama seperti situasimu sekarang. Kalaupun kamu tahu aku yang mencelakai Frand
Juan tidak tahu Alan adalah Jimmy. Dia hanya bergidik melihat tindakan Alan. Semua orang yang diincar Alan pasti tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan diri lagi.Mendengar laporan Juan, Harry menyipitkan matanya. Dia mengepalkan tangannya dengan erat. Ternyata Jimmy menepati janjinya dan langsung bertindak kejam.Jimmy tahu Harry membenci Steven. Namun, Harry tidak bisa menghabisi Steven karena memikirkan Aryan. Jadi, Jimmy yang membantu Harry untuk menjadi orang jahat.Awalnya, Harry tidak ingin mendesak Steven dengan cara yang begitu kejam. Jadi, dia mengutus Juan untuk mengikuti Jimmy. Ternyata, Harry tetap gagal menghentikan Jimmy.Jimmy ingin mendesak Harry untuk bertindak kejam. Harry berucap, "Kamu nggak usah urus masalah ini lagi. Aku tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Kemudian, Harry mengakhiri panggilan telepon. Jika tidak bisa mundur lagi, Harry akan melanjutkannya.Sementara itu, Grace memotong buah untuk Harry. Biasanya Harry harus bekerja saat malam hari, di
Grace memandang Harry dengan ekspresi kagum. Harry tersenyum, dia benar-benar tidak berdaya menghadapi Grace. Harry berkata, "Sudah malam, saatnya kita pulang. Tempat ini agak jauh dari tempat parkir, biar aku gendong kamu."Harry berjongkok di depan Grace. Sementara itu, Grace juga tidak sungkan lagi. Dia langsung naik ke punggung Harry.Sekarang hampir pukul 12 malam. Suasana di pasar malam lebih tenang. Grace melihat bayangan mereka berdua di bawah cahaya lampu jalan dan tertawa."Kenapa kamu tertawa?" tanya Harry.Grace menyahut, "Tiba-tiba aku merasa kamu nggak seperti pria berusia 29 tahun. Kamu seperti ... anak muda yang lagi pacaran.""Oh, ya? Aku nggak merasa begitu," timpal Harry.Grace membalas, "Aku merasa kamu yang berusia 29 tahun dan aku yang berusia 19 tahun sangat cocok. Kariermu sangat sukses dan kamu sangat dewasa, nggak seperti anak muda yang bertindak gegabah. Kamu juga sangat berprinsip.""Aku baru berusia 19 tahun dan ini masa-masa yang paling indah. Aku masih sa
Hannah meneruskan, "Aku sudah melupakan semua masalah yang menyedihkan itu, kamu juga harus melupakannya. Kamu nggak berutang padaku, aku yang terus mempersulitmu. Aku sudah dewasa, nggak perlu dilindungi kamu lagi. Nantinya pasti ada yang melindungiku."Hannah menambahkan, "Kamu simpan saja perhatianmu untuk orang lain. Aku nggak butuh!"Hannah berusaha menahan air matanya dan mengungkapkan semua kata-kata yang sudah disiapkannya untuk waktu yang lama. Ternyata, rasanya begitu lega setelah memutuskan untuk melepaskan seseorang.Robin berbalik setelah mendengar perkataan Hannah dan tersenyum. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Robin hanya mengangguk, ekspresinya terlihat lembut.Hannah tahu Robin hanya menunjukkan perhatiannya sebagai seorang kakak. Hannah juga menerimanya. Dia tidak menyesal karena sudah melakukan apa yang dia inginkan. Hannah akan melanjutkan hidupnya dan menemukan pria yang mencintainya."Hati-hati di jalan," pesan Hannah sambil melambaikan tangannya. Dia menga
Pemilik kedai tahu Harry memikirkan kepentingan anaknya. Jadi, dia pun setuju. Harry menemukan anak pemilik kedai, lalu menyerahkannya kepada pihak kepolisian.Saat dipenjara, anak pemilik kedai memarahi Harry suka mencampuri urusan orang lain. Dia juga memaki ayahnya yang bersikap kejam terhadap anak kandung sendiri.Harry berpesan, "Robin, tolong beri tahu temanmu di kantor polisi untuk beri dia pelajaran. Aku nggak senang dengar omongannya tadi."Robin menyahut, "Oke. Harry yang marah baru kelihatan normal."Harry bertanya, "Menurutmu, butuh berapa lama untuk mengubah sifat seseorang?"Robin menjawab, "Untuk orang yang parah begini, setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun."Harry menimpali, "Kalau begitu, 3 tahun saja. Setiap perbuatan ada konsekuensinya. Aku juga nggak pernah bersikap lunak saat membantu orang."Robin mengangguk, orang yang kecanduan judi selama bertahun-tahun seperti ini harus diawasi untuk waktu yang lama agar tidak berulah lagi."Oh iya, aku sudah mau pergi,"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita