"Aku bisa tidur di sofa, aku nggak keberatan kok. Kalau kamu nggak tega, aku bisa tidur di ranjang dan kamu tidur di sofa. Jangan coba-coba berdebat denganku, kamu nggak punya alasan yang kuat. Kalau nggak mau kuikat atau kubungkam mulutmu, sebaiknya kamu duduk diam.""Biasanya aku memang selalu menurutimu. Tapi sekarang kamu sedang terluka dan aku nggak mungkin membiarkanmu begitu saja. Sebaiknya kamu jangan banyak bicara atau melakukan perlawanan karena semua itu cuma sia-sia.""Duduk dengan patuh, itu perintah." Setiap ucapannya dilontarkan dengan sangat tegas dan berwibawa.Hannah langsung menciut mendengar ucapan Robin. Setiap kali ada masalah, Robin selalu memperlakukannya dengan tegas.Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Robin mengintip melalui lubang pintu, lalu menanyakan siapa yang datang."Cuma kurir pengantar makanan. Nggak usah segugup itu, seperti syuting film teroris saja," balas Hannah.Robin tidak langsung membalas ucapannya. Setelah menerima pesana
Robin mengeluarkan sepasang sarung tangan medis sekali pakai dari sakunya. Di bawah tatapan heran dari karyawan toko, dia menyerahkan seekor ayam."Hannah, malam ini kita makan ayam ini. Ayam ini mati kurang dari 48 jam yang lalu dan waktu pembekuannya cuma 12 jam. Masih cukup segar.""Besok pagi aku akan pergi ke pasar. Di sana ada ayam segar yang masih hidup. Belakangan ini flu sedang merebak, jadi aku akan membantumu memilih yang terbaik."Mendengar kata-kata itu, Hannah merasa merinding. Apakah semua orang yang belajar kedokteran sampai sedetail ini? Bagi Hannah, semua ayam itu tampak sama saja!"Aku mau makan daging sapi.""Oke, akan kupilihkan untukmu." Kemudian, Robin menuju lapak daging dan memilih sepotong daging sapi yang segar. Saat karyawan toko hendak membantunya memotong, Robin bersikeras untuk melakukannya sendiri.Merasakan berat pisau pemotong daging itu, Robin berkata, "Pisau ini jauh lebih tumpul dibandingkan pisau bedah.""Hm ...." Hannah kehabisan kata-kata."Dagin
"Obat gosok ini ampuh sekali, bisa menyembuhkan cedera otot dan tulang, serta melancarkan peredaran darah. Biar kubantu oleskan sekarang. Nanti aku bakal sibuk masak dan mungkin nggak bisa mengurusmu.""Aku boleh nolak?" tanya Hannah."Coba saja?" kata Robin sambil mengangkat alisnya. Hannah hanya menghela napas berat. Dia mengulurkan tangan, lalu meringis kesakitan saat melepas koyo yang menempel.Robin merasa kasihan dan meniup tangannya. Sebenarnya, tiupan itu sama sekali tidak ada gunanya. Sebagai ahli medis, tentu saja dia tahu akan hal ini. Namun, seperti itulah yang mereka lakukan sejak masih kecil.Setiap kali Hannah terjatuh atau lecet karena berkelahi dengan orang, Robin selalu merawatnya dengan cara seperti ini. Saat itu, Hannah merasa cukup bahagia hanya dengan seperti itu. Setiap kali, dia selalu mencari kesempatan untuk mengganggu dan berkelahi dengan anak-anak nakal lainnya.Pada akhirnya, beberapa anak nakal itu tidak lagi menampakkan diri. Hannah mengira mereka telah j
Hannah mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku tangannya menancap di telapak tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Setelah sekian lama, dia mengembuskan napas dan berkata pada Robin yang berada di dapur."Kalau sudah ketemu calon yang cocok, tunjukkan padaku biar aku bisa bantu menilainya. Kalau nggak cukup bagus, aku nggak akan biarkan dia menikahimu.""Iya, aku tahu." Setelah itu, suasana rumah menjadi hening. Robin hanya menanggapinya dengan singkat. Berhubung Robin sudah berkata demikian, apakah dia akan membawa wanita itu untuk menemui Hannah dalam waktu dekat?Hati Hannah terasa sangat tertekan hingga kesulitan untuk bernapas. Mencintai seseorang itu melelahkan. Mencintai orang yang tidak seharusnya dicintai itu lebih melelahkan lagi.....Saat Robin keluar dari dapur, dia melihat Hannah sedang bermain gim. "Arah jam enam ada orang, aktifkan bidikan empat kali lipat."Mendengar ucapannya, Hannah secara refleks memutar arah dan langsung mengaktifkan bidikan empat kali lip
"Ya, aku akan persiapkan dengan baik. Kalau aku sudah berubah, apa kamu nggak akan menolak aku lagi?" tanya Robin."Tergantung penampilanmu."Mendengar ucapan ini, sudut bibir Robin menyunggingkan senyuman. Ini berarti dia masih punya kesempatan. "Ayo makan, nanti lauknya keburu dingin," pinta Robin."Aku ingin minum alkohol.""Karena suasana hatiku sedang baik, kitab oleh minum sedikit," balas Robin.Setelah itu, kedua kakak beradik itu pun duduk di meja makan bersama. Semua hidangan yang tersaji di meja makan adalah kesukaan Hannah. Meski sudah lama tidak tinggal bersama, Robin masih tetap mengingat kesukaannya.Bahkan, rasanya juga masih sama seperti dulu. Alangkah indahnya jika dia bisa hidup dengan Robin seperti ini selamanya. Kalaupun hanya dengan status sebagai kakak beradik, Hannah tetap rela.Hannah tidak minum terlalu banyak, sedangkan Robin sudah mulai agak mabuk. Tampaknya, suasana hatinya benar-benar sedang bagus hari ini. "Hannah, akhirnya kamu nggak benci aku lagi ...,"
Grace terus bergumam tanpa henti. Harry tak kuasa menahan senyuman sambil memeluk tubuhnya yang lembut dan wangi."Hm? Kamu mulai perhatian sama aku sekarang? Aku tahu kamu makan dengan sangat baik. Tubuhmu juga jadi makin berisi dan enak dipeluk.""Nggak boleh ngatain wanita gemuk, nanti bisa marah. Jangan bercanda lagi, aku mau tidur. Ngantuk tahu!" Grace menggerutu sekilas, lalu kembali tertidur. Harry tertawa melihat tingkahnya yang linglung ini.Keesokan paginya, Grace terbangun karena sinar matahari pagi. Semalam dia lupa menutup tirai jendela. Grace langsung menutup wajahnya dengan selimut dan mengeluh, "Huhu ... cahaya matahari menyebalkan sekali."Baru berkata demikian, suasana langsung menjadi gelap. Dia menjulurkan kepalanya sejenak, kemudian kembali tertidur setelah menyadari tidak ada sinar matahari yang mencolok lagi."Grace, jangan tidur lagi. Kamu sudah hampir telat."Mendengar suara yang tidak asing ini, Grace sangat terkejut. Saat mendongak, dia malah melihat sosok Ha
"Aku." Terdengar suara rendah sekaligus serak yang familier di ujung telinga.Begitu melihat dengan saksama, Grace sontak terperanjat. Ini mimpi atau nyata?"Ka ... kamu sudah pulang?" tanya Grace."Ya, dari semalam. Selama aku nggak di rumah, sepertinya kamu makan lahap dan tidur nyenyak ya? Kamu gendutan. Kamu juga pergi kencan, 'kan? Sodanya enak?" sindir Harry."Ka ... kamu mau mengorek informasi dariku!" pekik Grace."Kamu masih mau merahasiakannya dariku? Dosamu bertambah! Kemari supaya aku bermurah hati padamu," ucap Harry."Gimana kalau aku kabur?" tanya Grace."Kamu mau duduk di kursi roda ya? Aku bisa suruh Juan mendorongmu ke kampus setiap hari," balas Harry.Begitu mendengarnya, sekujur tubuh Grace merinding. Me ... mengerikan sekali pria ini! Harry memang bukan orang yang bisa diusik!Grace perlahan-lahan mendekat, lalu mengangkat bokongnya sedikit. Harry langsung mengangkat tangannya untuk menepuk bokong Grace, tetapi tiba-tiba terdengar suara Grace. "Pukul saja. Lagian,
"Ya." Harry sungguh pasrah. Di antara mereka berdua, sebenarnya siapa yang serigala dan siapa yang domba?Grace memakai pakaiannya dengan senang, lalu berkata sambil tersenyum, "Harry, kamu memang yang terbaik. Aku tahu kamu sangat menyayangiku."Harry menjulurkan tangannya dan mendekapkan Grace ke pelukannya. Kemudian, dia bertanya, "Gimana dengan janjimu?"Wajah Grace sontak memerah. Situasi tadi mendesak sehingga dia terpaksa berjanji. Dua kata itu memang agak sulit untuk dilontarkan.Namun, jika tidak dilontarkan, bukankah Harry akan marah besar padanya? Jadi, Grace mendekati telinga Harry dan berbisik, "Sayang ...."Panggilan ini terdengar lembut. Ditambah lagi napas hangat Grace yang meniup telinga Harry, Harry pun tak kuasa merinding. Dia sudah lama ingin mendengar panggilan ini.Ketika Harry sedang termangu, Grace buru-buru melarikan diri ke kamar mandi. Dia becermin, menatap wajahnya yang merah dan dadanya yang bergerak dengan cepat. Hais, makin lama makin di luar jalur.Harry
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar