"Rasakan hatiku! Dia ingin bilang, betapa menyakitkannya dia saat ini sampai sudah hampir meninggal! Kamu dengar nggak?" Harry memegang tangan Grace dan menempelkannya di dadanya.Grace bisa merasakan detak jantung Harry yang kencang di balik pakaiannya. Panas tubuhnya terasa bahkan melalui pakaian. Grace merasa panik dan jari-jarinya gemetaran. Dia ingin menarik kembali tangannya, tetapi Harry memegangnya erat-erat."Jangan menghindar. Lihat mataku, aku hanya butuh satu kata darimu.""A ... apa?" tanya Grace.Awalnya Grace mengira dia bisa mengendalikan emosinya sendiri. Namun begitu ucapan itu dilontarkan, tubuhnya juga langsung gemetaran dan emosinya luluh lantak. Dia bahkan tidak berani menatap mata Harry secara langsung."Kutanya, apa ada aku di sini?" tanya Harry sambil menunjuk ke dada Grace dengan jarinya yang ramping.Bahkan di balik pakaiannya sekalipun, Grace bisa merasakan tenaga Harry dan kukunya yang tajam. Hatinya seolah-olah ditusuk dengan pisau yang tajam. Grace ingin
"Bahkan aku juga nggak tahu kenapa aku bisa punya perasaan sedalam ini padamu dan nggak bisa menariknya kembali lagi. Mungkin karena saat pertama kali melihatmu, kamu begitu tegar meskipun ketakutan hingga sekujur tubuh gemetaran.""Padahal kamu bisa saja melarikan diri, tapi masih tetap kembali dengan mengatakan bahwa kamu ini adalah orang yang bisa diandalkan. Mungkin karena kamu bilang kamu nggak takut padaku dan bisa mengatasi semua kesulitan. Mungkin karena kamu melindungiku dengan menahan pukulan untukku.""Aku suka padamu bukan hanya karena emosi sesaat, tapi akumulasi dari semua kejadian selama ini. Kamu sudah ngerti nggak setelah kujelaskan begini?" tanya Harry."Ng ... nggak terlalu ngerti. Kamu ngomong terlalu cepat. Kapasitas otakku terbatas, aku nggak bisa terima informasi sebanyak itu." Grace tidak mengerti. Hal-hal kecil yang dianggapnya tidak penting, kenapa menjadi begitu besar dan diingat dengan jelas oleh Harry?Grace hanya berusaha sebaik mungkin untuk bersikap baik
"Nggak akan. Aku nggak akan pernah bisa menemukan orang seperti kamu lagi. Aku hanya menginginkan Grace di dunia ini. Jadi, aku mau mencintai dan melindungimu.""Semua yang kamu berikan padaku, nggak bisa ditiru orang lain. Perasaanku padamu juga nggak akan muncul pada wanita lainnya. Setiap orang itu unik. Aku ingin menjadi satu-satunya di hatimu dan aku ingin kamu menjadi milikku."Grace bergumam, "Aku takut kamu akan menyesal kelak ...." Dia mengungkapkan kekhawatirannya yang terakhir."Aku nggak akan menyesal. Aku cuma takut kamu ... menyesal. Kamu bisa saja nggak percaya sama orang lain, tapi kamu harus tetap percaya padaku. Karena aku ini suamimu, aku akan melindungimu dari apa pun seumur hidup. Aku mungkin akan mengkhianati seluruh dunia, tapi nggak akan mengkhianatimu.""Aku ...." Grace ingin ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi tidak bisa. Semua kata-kata telah diucapkan oleh Harry dan dia tidak tahu apa lagi yang bisa dia katakan. Apakah benar tidak akan ada penyesalan?"Ayo
"Apa maksudmu? Jelas-jelas memang seperti itu. Kalau wanita jahat itu mencarimu lagi, beri tahu saja dia ini!" ujar Hannah."Apa itu?" tanya Grace dengan penasaran.Dengan demikian, Hannah mengajarkan semua pengalamannya kepada Grace. Setelah kelas selesai, Hannah membawanya berkeliling di universitas. Hannah menjelaskan panjang lebar, tetapi pilihan tetap di tangan Grace."Gimana perasaanmu sekarang?" tanya Hannah."Entahlah. Sepertinya senang, sepertinya sedih," sahut Grace."Kamu nggak percaya padanya?" tanya Hannah yang menghentikan langkah kakinya."Percaya kok," balas Grace dengan penuh keyakinan. Kemudian, dia meneruskan, "Tapi, aku nggak percaya pada diriku sendiri.""Kita menyukai orang bukan tanpa alasan. Aku, Dennis, Harry, bahkan Pak Aryan juga menyukaimu. Ada begitu banyak orang yang menyukaimu, berarti kamu punya pesona sendiri. Pesonamu yang menaklukkan kami.""Kamu baik hati, polos, dan membuat orang merasa nyaman saat berada di dekatmu. Kamu bisa menyimpan semua rahasi
"Nggak memalukan. Kalau nggak terjadi hal seperti ini, aku nggak bakal tahu ketakutanmu. Yang penting semuanya sudah beres dan kamu tetap milikku," kata Harry dengan lembut sambil meraih tangan Grace.Untungnya, semua masalah sudah selesai. Jika tidak, dia mungkin harus bergantung pada alkohol supaya bisa tidur malam ini.Rudi membuka botol anggur untuk meramaikan suasana. Melihat ini, Harry berkata, "Nggak usah, langsung makan saja.""Minum sedikit dulu," ujar Grace. Anggur itu terlihat sangat lezat sehingga dia ingin mencobanya.Ketika melihat wajah Grace yang dipenuhi penantian, hati Harry pun luluh. Namun, dia tidak boleh menuruti keinginan Grace karena wanita ini akan membuatnya repot kalau mabuk."Nggak boleh. Kamu selalu aneh-aneh sehabis minum alkohol," tolak Harry."Masa? Kenapa aku nggak tahu apa pun?" tanya Grace sambil menatap Harry dengan ragu. Dia tidak mengingat apa pun.Harry tidak merespons, hanya menyuruh Rudi membawa anggur itu pergi dan menggantinya dengan jus. Keti
"Itu ... aku ... yang mengambil inisiatif memeluknya. Aku melihatmu datang, jadi aku langsung ...." Sebelum Grace selesai berbicara, Harry sontak mengetuk kepalanya dan membuatnya meringis kesakitan. Namun, dia tidak berani marah dan hanya bisa menahannya."Kamu masih berani begitu lain kali?" tanya Harry."Nggak berani lagi," sahut Grace dengan tampang sedih."Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," ujar Harry.Sikap Harry yang memilih untuk melupakan masalah ini membuat Grace cukup terkejut. Padahal, dia mengira Harry akan memberinya hukuman berat!"Kamu nggak marah lagi?" tanya Grace dengan hati-hati."Marah padamu hanya membuatku lelah. Demi kamu, aku akan mengalah. Tapi, hanya untuk kali ini. Gimana selanjutnya, semua tergantung padamu," timpal Harry.Begitu mendengarnya, hati Grace bergetar. Tergantung padanya? Bagaimana bisa Harry memberinya kekuasaan sebesar itu?"Aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku akan terus bersamamu," ujar Grace yang memeluk Harry. Tangannya m
Grace pun memohon ampun, "Aduh, aku sudah salah. Tolong maafkan aku. Kenapa kamu cuma pukul 1 sisi? Gimana kalau nanti bengkak sebelah?""Oke, kamu sendiri yang memintanya ya!" sahut Harry dengan nakal."Eh, aku salah bicara! Tolong berhenti!" Grace ingin sekali menangis. Sesaat kemudian, dia merasa bokongnya bengkak. Dia pasti akan kesulitan berjalan."Harry, kamu yang paling tampan di dunia ini! Semuanya kalah darimu!" sanjung Grace."Hm, oke. Aku suka kalimat ini." Harry akhirnya berhenti memukul bokong Grace.Grace pun terbaring dengan lemas. Dia terpaksa menyunggingkan senyuman, padahal dia terus mengumpat di dalam hatinya.....Malam harinya, Harry menjemput Grace dan membawanya ke rumah lama Keluarga Prayogo. Semua orang sudah berkumpul saat mereka tiba.Di ruang tamu, hanya ada seseorang yang tidak pernah Grace lihat. Wanita ini berusia 40-an tahun. Dari penampilannya, dia jelas pintar merawat diri. Tubuhnya agak montok. Meskipun memakai perhiasan dan pakaian mewah, dia malah t
"Lanjutkan makan kalian," ucap Aryan dengan ekspresi agak suram setelah terdiam sesaat.Grace tentu memperhatikan perubahan sikap Aryan. Selama ini, Aryan terlihat sangat kuat. Namun, begitu mendengar keputusan Harry tadi, Aryan menjadi sangat lemas.Suasana kembali menjadi harmonis. Namun, Grace tahu betapa liciknya orang-orang di meja makan ini.Selesai makan, Aryan menyuruh Grace dan Harry menginap semalam. Grace cukup trauma dengan kejadian sebelumnya sehingga dia tidak berani berkeliaran di rumah ini lagi.Saat ini, pelayan datang dan memberi tahu Grace bahwa Aryan menyuruhnya datang ke ruang kerja. Ketika Grace masuk, Aryan sedang menulis kaligrafi. Dia menyapa dengan sopan, "Paman.""Duduk saja, nggak usah sungkan-sungkan. Anggap saja ini rumahmu," ujar Aryan."Ya." Grace mengiakan, lalu duduk dan menyaksikan Aryan menyelesaikan kaligrafinya.Tulisan Aryan terlihat indah, tetapi ekspresinya justru terlihat suram, seolah-olah ada masalah besar. Sepertinya, obrolan kali ini tidak
Hannah memandang Joshua. Dia merasa tidak berdaya. Akhirnya, Hannah memutuskan untuk tidak pergi. Dengan begitu, dia baru bisa tenang.Hannah berujar, "Tapi, kamu cuma boleh pilih salah satu di antara aku dan pamanmu untuk temani kamu tidur. Kamu mau pilih siapa?""Aku pilih kamu," sahut Kezia tanpa ragu sedikit pun."Kenapa?" tanya Hannah.Kezia menjawab, "Karena aku sudah pernah tidur bersama Paman. Aku belum pernah tidur bersama Hannah."Hannah menanggapi, "Alasannya sangat meyakinkan. Kalau malam ini kita tidur bersama, pamanmu tidur di mana?"Kezia menjelaskan, "Di rumah ada banyak kamar, terserah Paman mau tidur di mana. Dia itu pria, nggak boleh pemilih. Papa Harry bilang, wanita itu sangat berharga, sedangkan pria itu harus tahan banting. Kita nggak usah pedulikan Paman!"Hannah berkomentar, "Papa Harry-mu sangat pengertian!""Aku ... juga ... pengertian," timpal Joshua.Kezia mengomentari, "Paman bodoh gagap lagi."Hannah tertawa setelah mendengar ucapan Kezia. Sementara itu,
"Masalahnya nggak seperti itu. Kamu masih kecil, nggak paham. Aku mau ke dapur lihat makan malam sudah siap atau belum," ucap Joshua.Joshua tidak berani melanjutkan pembicaraan ini lagi. Dia sangat gugup sampai-sampai telapak tangannya berkeringat. Joshua tidak berani langsung menjawab pertanyaan keponakannya.Joshua merasa dirinya tidak mungkin bersama Hannah. Dia tahu Hannah meremehkannya dan dia juga tidak berniat pacaran.Kezia memandang sosok Joshua sambil merenung. Kemudian, dia mengambil ponsel Joshua yang diletakkan di atas meja dan mencari nomor telepon Hannah. Setelah berpikir sejenak, Kezia mengirim pesan kepada Hannah. Dua puluh menit kemudian, makan malam sudah siap."Kezia, kenapa kamu nggak makan?" tanya Joshua sembari melihat Kezia dengan ekspresi bingung. Tadi Kezia meminta pembantu memasak lebih banyak, sepertinya dia sangat lapar."Aku mau beri kamu kejutan. Paman, kamu jangan makan dulu," sahut Kezia."Kejutan?" balas Joshua. Tiba-tiba, bel pintu rumah berbunyi.Ke
"Jadi, ibumu berasal dari mana?" tanya Grace."Dari sebuah kota tua di ibu kota, sekarang tempat itu sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata," jawab Harry."Apa pekerjaan ibumu dulu? Apa dia sangat menarik sampai Tuan Aryan tertarik?" tanya Grace lagi."Ya, dia adalah seorang perawat. Saat itu Ayah sakit karena kelelahan dan butuh perawatan khusus, jadi Ibu yang datang untuk merawatnya. Kalau dia masih hidup, dia pasti akan sangat menyukaimu," jawab Harry lagi."Aku juga berpikir begitu karena aku ini begitu manis dan serba bisa. Benar, 'kan?" kata Grace sambil tersenyum lebar, tidak merasa malu sedikit pun.Namun, Grace tiba-tiba teringat dengan Kezia. Jika mereka pergi selama beberapa hari, bagaimana dengan Kezia yang tinggal di rumah?Harry sudah memberi tahu Joshua untuk libur pada akhir pekan dan datang menjaga Kezia. Dia juga sudah mengatur Juan untuk tetap tinggal di sini.Mendengar perkataan itu, Grace merasa lega. Setelah mengikuti kelas selama seminggu, akhir pekan pun tiba
"Baiklah, semoga kali ini kamu nggak mengecewakanku. Jimmy, ada beberapa hal yang hanya boleh dilakukan sekali, nggak boleh diulangi lagi," kata Harry."Aku mengerti," kata Jimmy sambil tersenyum, tetapi tetap menggerutu di dalam hatinya. Dia berpikir segala sesuatu mungkin bisa dilakukan dua kali, tetapi tidak sampai tiga kali. Setelah itu, dia berbalik dan keluar ruangan, lalu segera turun ke lantai bawah dan masuk ke mobilnya.Sekretaris yang sedang mengemudi di depan berkata, "Tuan, aku sudah mempersiapkan semuanya sesuai perintahmu.""Ya. Saat Harry pergi, kirim orang untuk diam-diam melindungi mereka. Tunggu sampai semuanya pasti dulu baru muncul," perintah Jimmy."Tuan, Tuan Harry sudah memperingatkan kita dengan jelas. Kalau kita mengirim orang ke sana, bukankah kedok kita akan terbongkar?" tanya sekretaris itu."Pada saat itu, semuanya sudah berakhir, apa yang perlu ditakutkan? Aku hanya perlu memastikan satu hal, Grace nggak boleh mati. Kalau terjadi sesuatu padanya atau dia
"Benar," jawab Harry."Tapi, tahun ini berbeda karena ada keponakanmu di sini. Benar, 'kan?" tanya Jimmy.Harry menjelaskan, "Benar, Steven pasti akan bertindak. Selama Ayah belum mundur, hati Steven nggak akan tenang. Kalau terjadi sesuatu pada Kezia, Kak Titus nggak punya keturunan lagi dan semua warisan akan jatuh ke tangannya. Jadi, tahun ini aku terpaksa menunda ziarah. Kalau aku meninggalkannya, Kezia pasti dalam bahaya.""Meskipun aku membawanya, orang-orangku juga sulit untuk menjaga di sana karena makam Ibu berada di kampung halaman yang lokasinya terpencil.""Bagaimana kalau aku memastikanmu bisa pergi ziarah tahun ini?" tanya Jimmy."Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Harry sambil menyipitkan mata dengan tajam. Dia sangat tidak dimanipulasi orang lain karena tidak tahu kapan orang itu akan mengaturnya.Jimmy berkata dengan tegas dan penuh keyakinan, "Nggak perlu begitu tegang, aku nggak berniat mencelakai keponakanmu itu. Aku tahu dia adalah satu-satunya keturunan kakakmu,
"Juan bilang wanita suka apa, kasih saja itu pada mereka biar tetap sasaran. Aku pikir-pikir selain memberimu dapur di rumahku dan dua koki, hal yang paling kamu suka adalah uang. Jadi, semua ini menjadi milikmu, termasuk aku sendiri," kata Harry sambil menggenggam tangan kecil Grace dan meletakkannya di dada.Meskipun terhalang pakaian, Grace bisa merasakan detak jantung yang kuat di telapak tangannya. Seolah-olah detak jantung itu sedang mengungkapkan cinta Harry padanya. Sentuhan kulit Harry yang hangat membuatnya memanas."Harry ...." Grace yang merasa agak kewalahan hanya bisa menatap Harry dengan bingung. Apakah ini pengakuan cinta yang mendadak?"Ya. Kamu hanya perlu menjawab, mau atau nggak? Kalau mau, aku juga akan menjadi milikmu. Kalau nggak mau, aku juga tetap akan menyerahkannya padamu," kata Harry."Ini ... bukannya sama saja? Mau atau nggak, kamu juga tetap milikku," kata Grace."Ya, memang begitu," jawab Harry.Grace berpikir Harry ini memang rubah licik. Apakah ada per
Harry tidak menjawab. Dia hanya mengambil ponsel Grace dan menekan beberapa tombol, lalu mengembalikannya pada Grace.Grace bingung, tetapi dia juga tidak terlalu memikirkannya karena dia sudah lapar dan ingin makan makanan enak. Di lantai bawah pun sudah ada hidangan lezat yang menantinya.Setelah makan malam, Harry langsung meninggalkan meja.Sementara itu, Grace selesai mandi dan berbaring di tempat tidur bersama Kezia. Kezia sedang membaca buku, sedangkan dia terbiasa membuka Instagram karena ingin melihat apa yang sudah terjadi hari ini.Begitu membuka Instagram, Grace melihat banyak pesan pribadi yang masuk. Dia mengira pesan itu karena masalah Nikolas, tetapi itu ternyata adalah komentar netizen tentang hal lain.[ Sekarang memang lebih baik fokus pada pendidikan, abaikan saja orang-orang yang nggak penting. ][ Belajarlah dengan baik. Setelah kamu lulus, baru bahas tentang urusan percintaan. Kamu masih sangat muda, nggak perlu buru-buru. Kami paham kok. ][ Sering-sering bagika
"Kalau Tuan pernah pacaran sama orang lain sebelumnya, apa kamu nggak cemburu?""Nggak, kok.""Kenapa?""Kalau ada yang suka sama dia, membuktikan bahwa dia punya pesona dan pilihanku nggak salah. Nggak tahu juga nggak apa-apa, yang penting ke depannya jadi milikku seorang."Grace mengangkat bahunya dengan santai dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Lagi pula, mau ditanya bagaimanapun, Rudi juga tidak tahu. Rudi pergi dari dapur sambil melirik sekilas punggung Grace dan menghela napas lega.Semoga saja mereka tidak akan bertemu. Dia terlalu memahami temperamen Lucia. Sifatnya sangat keras dan punya latar belakang keluarga yang kuat. Dia selalu berada di atas semua orang. Mana mungkin Grace yang baik hati ini bisa menang melawannya?....Tak lama kemudian, waktu makan malam pun tiba. Grace naik ke atas untuk memanggil Harry makan. "Yang Mulia, makan malam sudah siap, apakah Anda ingin turun untuk makan?" Dia mengetuk pintu dan hampir menempelkan telinganya ke pintu karena ingin menguping
Mendengar hal itu, ekspresi Harry langsung menjadi muram dan matanya menatap dengan tajam."Ehm, Bu Grace minta aku untuk bantu di dapur. Aku pergi dulu, ya." Juan buru-buru melarikan diri.Harry memijit pelipisnya karena merasa pusing. Sepertinya memang benar dia sedang cemburu. Dulu, Grace suka mengejeknya soal ini, tetapi dia tidak mau mengakuinya. Sungguh tidak pantas jika seorang pria dewasa cemburu pada hal remeh seperti ini. Namun ... dia tidak bisa menahannya.....Juan pergi ke dapur. Grace sedang belajar memasak bersama Leah. Ketika melihat Juan datang, dia bertanya, "Harry baik-baik saja? Sampai sekarang belum keluar dari ruang baca. Dia itu sebenarnya lagi marah karena apa?""Pak Harry ... cemburu, sekarang lagi diam-diam merajuk!" Juan tidak bisa menahan diri untuk bercanda."Cemburu?""Iya. Melihat ada orang yang menyatakan cinta sama kamu dan membuat keributan sebesar itu, dia jadi merasa terpukul. Aku selalu mengira Pak Harry adalah orang yang berpikiran luas, tapi tern