Share

Periksa kandungan

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-12 15:31:13

Zita mengeringkan rambut panjangnya dengan hairdryer sambil berdecak kesal melihat ke sekitaran dadanya, ada bercak ulah suaminya semalam.

Pandu yang sedang merapikan celana bahan untuk dikenakan menuju ke kantor pusat, hanya melirik sepintah ke cermin, lalu tersenyum geli.

"Apa senyum-senyum. Kamu kebangetan banget Mas Pandu. Udah dibilang jangan dibikin tanda, malah nerus." Protes Zita.

"Ya gimana... nanggung," jawab Pandu seolah ia tak bersalah.

"Akunya aneh lihat titik-titik gini, Mas Panduuu..., kamu mau menang sendiri." Semakin manyun bibir Zita.

"Ya udah... nggak pa-pa Zita tayang, lagian emang kamu mau umbar dada kamu, kan enggak, hanya milikku seorang," ujar Pandu sembari me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinikahi Mas Pandu    Orang rumahan

    Sejak mereka tiba di ruman dan kota yang baru itu, Zita jarang keluar rumah jika tidak bersama Pandu, ada alasannya, pertama, tetangga kurang bersahabat, kedua, Zita mager alias malas gerak. Kegiatannya tak jauh dari makan, dan muntah, bahkan Pandu merasa bersalah melihat kondisi istrinya itu yang mengandung anak kembar tiga."Aku lagi makan jambu kristal pakai bumbu rujak, kamu udah makan?" tanya Zita balik saat suaminya mengbubungi ia di jam makan siang."Belum, baru selesai kelas, habis ini meeting bahas kerusakan di jalur pipa Utara. Hah..."terdengar helaan napas Pandu."Kenapa, Mas?" Zita menggigit buah itu lagi."Laut sama darat beda banget atmosfirnya buat aku, cocok di laut." Lanjut P

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Dinikahi Mas Pandu    Omelan Pandu

    "Gue udah bilang gue nggak mau diperpanjang di sini! Masalah kebocoran minyak mentah udah selesai, kan? Kenapa gue masih harus di sini sampai dua bulan?! Jangan gila lo! Mentang-mentang selama ini gue iyain semua permintaan lo, termasuk di pusat, jangan seenaknya. Sekarang gue udah punya bini, bini gue juga lagi hamil. Gue nggak mau anak istri gue repot ikut pindah sana-sini. Gue berhak nolak." Nada bicara Pandu sunggung berapi-api, membuat Zita yang kembali memanaskan makanan hanya bisa diam. Pandu meletakkan ponselnya kasar ke atas sofa.Pandu berjalan ke arah istrinya, menatap serius lalu kemudian duduk di kursi meja makan lainnya."Mereka masa minta aku dua bulan di sini?! Aneh-aneh aja mereka. Dan, mereka ada wacana untuk kasih aku beasiswa kuliah lagi tapi ambil manajemen. Apa coba maksudnya?!"

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Dinikahi Mas Pandu    Nggak mau pisah

    "Maaf, Zita..." jemari tangan Pandu mengusap air mata istrinya itu. Dengan lirikan tajam, Zita menepis perlahan tangan suaminya."Ngertiin, kek, aku hamil butuh kamu, jangan bisanya kamu ambil keputusan sendiri. Harus libatin aku, dong," tutur Zita kemudian beranjak untuk mengambil tisu di atas meja rias."Nggak bisa kamu kalau main ambil keputusan, Mas Pandu, kita suami istri, kan. Apa-apa ya dibicarin dong. Jangan kesel... bisa kan?" toleh Zita sembari melempar tisu ke tempat sampah kecil sebelah meja rias."Aku nggak mau kamu ikut mikirin hal itu, Zita, aku nggak bermaksud untuk ambil keputusan sepihak," sanggahnya mencoba menjelaskan."Mas Pandu, masalahmu itu di kantor, kan? Karena merasa, baru

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Dinikahi Mas Pandu    Jalan-jalan pagi

    Pasangan suami istri itu sedang berjalan-jalan pagi mengelilingi komplek perumahan karyawan perusahaan tersebut. Dua minggu sudah mereka di sana, Zita memakai setelan training warna abu-abu terang, sementara Pandu memakai kaos lengan pendek warna biru tua dan celana pendek untuk olahraga warna hitam. Tak lupa keduanya memakai sepatu kets yang satu merek hanya beda warna, mereka baru beli semalam saat ke mal yang ada di kota itu."Kirain aku, di sini nggak ada mal, lho, Mas?" Celoteh Zita. Ia menggamit lengan kekar suaminya."Ya ada dong, masa iya kota besar gini nggak ada, mana luuu..." godanya. Zita tak marah, justru cekikikan sendiri."Mas, sama aja hawanya ya, panas-panas juga kayak di Dumai." Zita menyeka keringat di keningnya dengan handuk kecil yang ia bawa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Dinikahi Mas Pandu    Sekolah lagi

    Kegregetan Zita mulai memuncah, karena kalau tidak di ingatkan, kerjaan Pandu bisa main game, mau sambil makan, atau saat keduanya tiduran di kamar. Ancaman Zita yang mau menjual PS5-nya, hanya dianggap angin lalu oleh suaminya itu yang di jawab Pandu 'Kamu jual, aku beli lagi' lalu dengan santai menjulurkan lidah, dan Zita hanya bisa uring-uringan sendiri."Mas..., kalau aku kursus merangkai bunga, gimana? Boleh? Aku suka tau sama bunga-bunga dan tanaman," lanjutnya."Nanti aja kalau di Dumai lagi, di sini, aku nggak tau tempat begituan," jawabnya sembari menjauhkan mangkok bubur yang sudah kosong."Kamu udah dapet kepastian bakal berapa lama di sini?" Zita menyuap satu sendok terakhir ke dalam mulut."Udah, sampai

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Dinikahi Mas Pandu    Air mata Pandu

    "Udah, ini aja bawaannya?" Pandu menunjuk ke koper merah milik Zita."Iya,sling bagkamu, Mas Pandu, ketinggalan repot, ngegembel kita nanti," celetuk Zita yang hanya bisa direspon Pandu dengan cengiran. Zita mengunci pintu rumah, ia juga sudah mencabut colokan kulkas, saklar AC ia matikan juga, hanya lampu teras yang masih ia nyalakan."Gas udah di cabut, Zit?" tanya Pandu sembari berjalan ke taksi yang mereka pesan."Kebetulan udah habis, kemarin tukang gas lewat, aku panggil buat ganti yang baru, tapi pasangnya nanti aja pas kita udah pulang, Mas. Tabungnya yang baru masih di mereka juga.""Oh, yaudah. Ayok sayang," ucap Pandu. Zita berjalan sembari melirik heran ke Pandu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Dinikahi Mas Pandu    Lamaran

    Suasana rumah mertua Zita di Solo sudah ramai, keluarga bersiap menyambut kedatangan keluarga Devon. Nadin cantik dengan balutan kebaya, ibu memakai set gamis dan hijab hadiah dari Zita. Sementara pasangan itu memakai baju batik pasangan, Zita memakai baju batik bermodel dres model terompet dengan panjang sedikit di bawah lutut, aksen kerutan di samping pinggang kanan dan kiri membuat petur buncitnya sedikit menonjol.Pandu berdiri dengan gagah, di sebelahnya Zita juga tampak cantik dan anggun. Terdengar suara dari sepupu Pandu jika rombongan Devon sudah datang, semua orang bersiap, termasuk Pandu yang perutnya mules mendadak. Ia mendekatkat wajahnya ke telinga Zita."Aku mules...," bisiknya."Hih! Mulai deh, nggak usah grogi, kamu ngelamar aku aja nggak mul

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Dinikahi Mas Pandu     Pindah lagi

    Keputusan sudah mutlak, Pandu dan Zita ke Jakarta. Nadin, yang sudah menikah, bahagianya luar biasa karena Kakaknya akan tinggal di Jakarta juga. Semua sibuk pindahan, yang jadi masalah, Zita tak bisa pamitan dengan Bu Rima dan teman-teman di Dumai, hal itu membuat Zita yang sudah masuk di kehamilan enam bulan lebih itu hanya bisa menangis waktu melakukan pamitan virtual.Pandu terbang sendirian ke Dumai, sementara Zita di titipkan di rumah Devon dan Nadin sambil tunggu rumah yang mereka sewa siap di tempati, Zita tak sendiri, ibu mertuanya ikut tinggal bersamanya nanti di Jakarta. Bagi Pandu, itu keputusan terbaik, mengingat Zita hamil kembar anak tiga, dan ibu juga sendirian di Solo, Pandu, pasti sibuk kuliah dan mulai memerhatikan pekerjaan kantorannya juga. Ia harus meraba-raba juga pekerjaan di balik meja seperti apa.Satu kotak tisu hampir habis karena Zita terus menangis sesenggukan waktu pamitan. Rima, Dety dan Maya juga sama."Zitaaa... sehat-sehat

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17

Bab terbaru

  • Dinikahi Mas Pandu    Bonus Chapter

    Zita dan Pandu berjalan-jalan di taman yang ada di kota Istanbul, keduanya begitu menikmati hari yang selama ini mereka nantikan. Keempat anaknya sibuk dengan acara jalan-jalannya sendiri bersama saudara sepupu lainnya. Bangku taman itu mereka duduki, Pandu membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Zita memberikan es kopi miliknya ke tangan Pandu, karena ia ingin mengambil ponsel miliknya dari dalam tas. "Mas, kita foto-foto dulu, selfie dulu biar keceh..." ujarnya sambil mengarahkan layar ponsel ke arah keduanya. Pandu bahkan tersenyum bahagia, dan ada yang foto sambil mencium pipi istrinya itu. "Zit, kalau rambutku di cet cokelat tua bagus kayaknya, deh," tanya Pandu sambil menyugar rambutnya yang masih lebat. Bagaimana tidak, Zita rajin membalur rambut Pandu dengan ramuan cemceman warisan budenya, dengan minyak kemiri, juga bahan-bahan tradisional lainnya. "Nggak usah. Ngapain, mau centil kamu. Puber ke dua? Iya?"

  • Dinikahi Mas Pandu    Dinikahi Mas Pandu

    Hidup manusia itu layaknya roda berputar, itu benar. Pengulangan lingkaran kehidupan itu pasti akan terjadi. Tak jarang, banyak yang berpikir untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik dari pada yang terdahulu, baik orang tua tua sendiri, atau menyangkut jalan hidup anggota keluar lainnya. Pandu dan Zita, menikah begitu cepat, kenalan juga cepat, harus menikah siri lebih dulu sebelum buku nikah diterima di tangan, tapi mampu membangun rasa cinta dua orang asing yang akhirnya, merasa terikat dan begitu saling membutuhkan seumur hidup. Tahun demi tahun mereka lewati, ujian rumah tangga mereka hadapi, pun, saat ujian berganti saat menerpa anak-anak mereka. Duta sempat berkelahi dengan remaja seusianya saat mengganggu Diva dan Dira yang berjalan setelah pulang dari minimarket, tak tedeng aling-aling, Duta main hajar dua remaja itu hingga akhirnya Pandu dan Zita ke rumah sakit karena dua remaja itu terluka cukup parah. Padahal, Datra lah si atlit karate, tapi Datra tak pern

  • Dinikahi Mas Pandu    Keistimewaan masing-masing

    Tidak heran, jika keluarga Pandu dan Zita memang ramai dan heboh. Tahun berganti, kehidupan mereka tak ayal seperti keluarga pada umumnya. Masalah banyak mereka temui, dan bisa terpecahkan dengan sangat baik juga. Ingat Duta yang tak bisa membaca? Kini, di saat triplet sudah menginjak masa sekolah dasar, Duta menunjukkan hal lain yang mampu membuat Zita dan Pandu bangga. Ia juara umum pidato anak kelas 6 SD. Iya, kini mereka sudah besar, waktu berjalan begitu cepat. Zita, apalagi Pandu, semakin tua, tapi, tidak mematikan semangat jiwa muda mereka semua.Pidato dengan tema "Sekolah untuk siapa?" itu, dibuat Duta seorang diri. Materinya ia kumpulkan sendiri sambil banyak menonton berita juga membaca buku. Tuh, kan, jangan meremehkan seseorang. Dulu, Pandu dan Zita bisa saja kesal karena kelihatannya, Duta malas belajar, pemberontak, tapi kini, ia seperti anak yang suka berorasi, menyuarakan pikirannya dengan terbuka, jago debat, dengan cara yang tepat. Datra bahkan kewalahan sa

  • Dinikahi Mas Pandu    Persiapan masuk SD

    Pandu pulang kerja dengan keadaan letih, bagaimana tidak, kepalanya seharian itu isinya angka semua. "Ta, Zita..." panggilnya sambil meletakkan kunci mobil di tempat yang sudah tersedia. Dari lantai dua rumah, terdengar suara melengking Zita dari kamar anak-anaknya. Dua kamar yang dijadikan satu itu begitu luas, tiga ranjang terpisah juga sudah di atur Zita untuk kamar triplets. Pandu melihat bibi menyiapkan makan malam di jam setengah tujuh itu."Pak, Ibu jangan di ganggu, lagi jadi guru dadakan," ujar bibi. Pandu yang sudah berdiri di titian tangga ke dua, menoleh cepat."Emang, ada apaan?" Pandu mengerutkan kening."Tadi sore, sepulang Ibu rapat RT untuk lomba senam, anak-anak minta diajarin belajar membaca, tapi berakhir drama karena Duta nggak mau belajar dan ngambek sampai nangis guling-guling di karpet, Pak."Pandu menghela napas, "lagi-lagi Duta," keluhnya."Pak, jangan di omelin, kasihan Duta," pinta bibi yang memang, cenderung lebih meman

  • Dinikahi Mas Pandu    Piknik berujung liburan mendadak

    "Ini gimana, sih masangnya?" keluh Zita saat ia sibuk menyiapkan keranjang ritan warna cokelat itu. Rambutnya ia kuncir tinggi, terasa gerah karena menyiapkan empat orang anak yang mendadak minta piknik ke kebun binatang, tidaklah sesederhana yang di bayangkan para ibu rumah tangga yang mampu membayar 4 bahkan lebih suster atau asisten. Zita, hanya masih mempekerjakan Bibi yang sudah hampir tujuh tahun ikut dengannya bekerja."Ayo, Zita," ucap Pandu sambil mengecup tengkuk istrinya bertubi-tubi."Mas, ih! Geli, kamu nyosor aja sukanya, ya ampun. Nggak lihat nih, aku ribet masang keranjang ginian," protes Zita sambil menyingkir dari ciuman suaminya yang sudah berusia kepala empat itu."Sini, sayang, aku bantu. Nih, gendong Dira dulu," ucap Pandu. Zita menoleh ke belakang, Dira yang sudah berusia satu tahun. Kelahiran anak ke empat berjenis kelamin perempuan itu, mampu membuat tim anak-anak mereka seimbang. Diva senang, ia punya saudari, tak melu

  • Dinikahi Mas Pandu    Berlayar bersama (2)

    Keduanya pun sudah selesai makan siang, Pandu bergabung bersama para pria, sedangkan Zita bersama para wanita. Anak-anak sudah tidur di kamar, dan... jangan lupa, dikelonin Ageng. Calon manten itu memang sudah tak merawat triplet semenjak sibuk bekerja di koperasi karyawan, tapi jika ada waktu, selalu bersama tiga keponakannya itu."Zita, Ageng udah dapet kontrakan untuk boyong istrinya nanti di Jakarta?" tanya ibu mertunya."Udah, Bu, deket kantor. Naik motor cuma lima belas menit. Minggu lalu Zita sama Mas Pandu juga ngecek ke sana, ada dua kamar, agak masuk gang memang, tapi nyaman." Zita membantu merapikan hiasa untuk kotak seserahan. Istri Pandu itu tampil cantik sendiri, selain rajin perawatan diri di rumah dan skin care dagangan tetangga, membuatnya tampil berkilau dengan budget sederhana.Zita rajin minum jamu, olahraga ringan di rumah, hingga menjadi asisten Ayunda sebagai instruktur senam, bukan... bukan... lebih tepatnya tim hore dengan mikrofon di ta

  • Dinikahi Mas Pandu    Berlayar bersama (1)

    "Ayo... ayo... cepetan! Kita bisa ketinggalan kereta...! Ya ampunnn..." panik Zita yang berjalan menggandeng dua anaknya, satu anaknya lagi digendong Pandu, sedangnya Ageng sudah berlari lebih dulu untuk mencari gerbong kereta yang akan mereka naiki. Porter berjalan di belakang mereka membawa tiga tas koper besar. Tak hanya satu, tapi ada tiga porter yang mereka minta bantuan jasanya."Ini...!" teriak Ageng. Ia memberikan tiket kereta ke petugas yang masih berdiri di depan gerbong kereta eksekutif yang akan mereka naiki. Zita dan dua anaknya berjalan ke dalam gerbong, lalu Pandu yang masih menggendong Diva. Zita terengah-engah, ia merasa lega karena tak tertinggal kereta. Duta dan Datra memindai sekitar sembari menganga. Pertama kali naik kereta dan tampak takjub. "Diva duduk di sini sama Om Ageng, ya," ujar Zita sembari memindahkan Diva dari gendongan Pandu. Mereka duduk di bangku 13DC yang artinya, kursi bisa diputar 180 derajat, kereta Argo lawu itu nyaman karena kelas eks

  • Dinikahi Mas Pandu    Lamaran Ageng (2)

    Zita memiringkan tubuhnya menghadap ke arah suaminya yang bertelanjang dada, jujur saja Zita tergoda, bagaimana tidak, suaminya tetap menjaga bentuk tubuhnya itu, walau saat di luar rumah, tak pernah ia pamerkan. Maksudnya itu, Pandu tak pernah tebar pesona sok-sok menunjukkan tubuh atletisnya, bahkan saat bekerja pun, Pandu tak memakai kemeja yang ketat membentuk tubuhnya, ia justru tampak seperti bapak-bapak mendekati kepala empat yang tak memerhatikan penampilan, tapi... sata di rumah dan berdua bersama Zita, hmmm... jangan di tanya apa lagi di bayangkan, Zita lah penguasa tubuh Pandu. Hal itu sengaja Pandu lalukan guna meminimalisir tatapan wanita-wanita yang bisa saja tergoda dengan penampilan fisik Pandu.Jadi, tak cuma hati, tapi tubuhnya pun, hanya milik Zita seorang. Ingat kan, pengalaman dua pelakor yang habis di bantai istrinya itu? Pandu sungguh menjadikan itu pelajaran. Pun, Zita, istrinya itu tak pernah berdandan cetar membahana tiada tara jika keluar rumah, cuk

  • Dinikahi Mas Pandu    Lamaran Ageng (1)

    Lima tahun kemudian."Kamu, serius, Geng?" tatapan Zita begitu lekat. Sedangkan Pandu hanya bisa duduk tegak di sebelah istrinya karena merasa terkejut dengan ucapan Ageng."Udah bener?" lanjut Zita. Ageng mengangguk."Hmmhh... yaudah, mau gimana lagi, kan. Mas Pandu, gimana?" toleh Zita. Pandu melirik ke istrinya itu."Yaudah, siapin semuanya, deh. Ngapain juga kelamaan pacaran, Geng. Aku hubungin keluarga di Solo. Tapi, serius udah dipikirin baik-baik? Nikah itu bukan perkara SAH dan enak-enak aja, Geng, tapi banyak hal yang--" mulut Pandu dibekap Zita."Stop. Menurut kamu, kamu udah sehebat itu bisa nasehatin Ageng, heh?" pelototan Zita membuat kedua mata Pandu membentuk garis lurus. Ageng terbahak-bahak."Sukurin! Lagu-laguan kasih nasehat soal pernikahan. Tuh, lihat, anak-anak udah siap les berenang. Lets Go triplets! Om Ageng temenin berenang." Ageng beranjak, meraih kunci mobil. Datra, Diva dan Duta menghampiri papa mamanya yang masih

DMCA.com Protection Status