Bab 95Heba mengulum senyum, seraya menatap Nathan dengan sorot yang kentara mengejek. Sekarang lelaki itu tak bisa mengelak lagi. Heba punya bukti dan Anya sudah mengaku. Yang jelas, Nathan merasa sangat malu. Wajahnya memerah padam."Kamu ngapain di sini, Nya?" tanya Nathan."Nya?" Anya tertawa mendengar Nathan menyebutnya seperti itu. "Kenapa kamu gak berani manggil aku sayang di depan istri kamu, Mas?"Sekali lagi Nathan mati kutu. Jelas ia merasa sangat tertekan, dengan keadaan di mana dirinya harus berhadapan dengan dua wanita sekaligus."Kamu bilang dong sama dia, kalau hubungan kita memang udah jauh banget!" desak Anya. Sesekali ia menatap Heba yang sekarang tak menunjukkan ekspresi apa pun."Kok kamu mau sih, Kak, punya hubungan sama Mas Nathan?" Kali ini Heba yang bertanya. "Dia itu gak bisa menafkahi aku dengan baik, selalu mengutamakan Mama Ratih dalam segala hal. Kamu gak gak takut, kalau kamu akan mengalami hal yang sama seperti aku?"Anya langsung tertawa. Tawa yang jel
Bab 96Heba sudah berpikir berulang kali, kalau ia akan segera membeberkan perselingkuhan Nathan pada orang-orang terdekatnya, dan Heba memutuskan, Anisa adalah orang pertama yang harus tahu semua kebenaran itu dari mulutnya sendiri.Sampai di rumah Luqman, Heba merasakan jantungnya berpacu sangat cepat. Pastinya akan ada berbagai macam reaksi yang ia terima dari Anisa dan Luqman.Tiba-tiba Heba menggelengkan kepala, saat muncul satu pikiran kalau ia harus berbalik dan menunda semuanya."Mau turun sekarang, Ba?" tanya Noah, setelah mereka hanya diam saja di mobil selama beberapa saat.Heba mengerjap pelan, kemudian menganggukkan kepala. "Iya, Pak. Saya mau ditemani ke dalam. Boleh?""Ayo, saya temani kamu sampai semuanya tuntas," jawab Noah menyetujui dan keluar dari mobil lebih dulu.Heba pun ikut keluar dan mengetuk pintu. Berbeda dari biasanya, kali ini yang membuka pintu adalah Luqman. Jelas Heba terkejut dan sedikit tak menyangka."Pagi, Pa," sapa Heba berusaha menarik senyum di
Bab 97Anya tersungkur karena tamparan dari sang ayah begitu kuat. Ia memegang pipinya, merasakan ada rasa panas dan terbakar di saat yang sama. Kepala Anya juga terasa cukup pusing, sehingga ia kepayahan saat hendak berdiri."Kurang ajar kamu, Nya!" teriak Luqman mengecam Anya.Wanita itu masih tidak mengerti apa yang terjadi. Dalam hidupnya, ini adalah kali pertama ia mendapatkan tamparan dari Luqman. a yang salah? Anya tak tahu."Papa ini kenapa?" tanya Anya dengan kedua mata melotot, yang sudah menyimpan banyak air mata. "Kenapa aku ditampar?"Anya jelas tak terima. Hatinya begitu sakit mendapatkan perlakuan seperti ini dari Luqman. Sementara Luqman sendiri mengepalkan tangan. Kalau ia menuruti emosinya, sudah pasti Anya akan habis di tangannya sendiri."Kamu jadi selingkuhan Nathan, Nya?" tanya Luqman begitu tajam. "Apa gak ada laki-laki lain yang bisa kamu perjuangkan?"Anya terkejut. Dari mana Luqman tahu soal ini? Apakah Heba sudah datang lebih dulu ke rumah dan membocorkan se
Bab 98Usai mendapatkan penanganan dari dokter beberapa saat lalu, Anisa pun telah mendapatkan kesadarannya. Wanita paruh baya itu memijat kepala, segera menggeleng saat Luqman menyodorkan bubur untuknya."Makan dulu, Ma, biar Mama ada tenaganya," ucap Luqman lembut. Ia prihatin dengan kondisi sang istri.Melihat Anisa yang langsung tak sadarkan diri atas berita yang disampaikan oleh Heba, itu artinya Anisa memang sangat menyayangi Anya. Maka dari itu, Luqman melayani istrinya dengan sepenuh hati."Mama gak selera, Pa," gumam Anisa. Jangankan membuka mulut untuk mengunyah, melihat bubur di dalam mangkuk saja sudah membuat Anisa agak mual."Nanti Mama makan sendiri kalau udah laper," tambahnya agar Luqman tidak memaksa."Ya udah, sekarang Mama istirahat dulu. Biar Papa hubungi temen-temen Mama, kalau Mama gak jadi ikut."Sebelum Luqman beranjak, Anisa menahan lengannya terlebih dulu. "Anya udah pulang?" tanyanya."Belum," jawab Luqman berbohong. Ia tak mau menceritakan kalau dirinya se
Bab 99Anya terlalu takut untuk pulang ke apartemen. bisa saja Luqman yang punya power kuat, meminta orang untuk menyeretnya dari sana. Maka dari itu, Anya memutuskan untuk menginap saja di rumah Ratih.Rumah yang saling berdempetan, banyaknya orang yang berlalu lalang setiap waktu, membuat Anya merasa aman. Setidaknya jika orang-orang suruhan Luqman datang, akan ada warga yang membantunya melepaskan diri."Pak Luqman gak mungkin melakukan hal seperti itu, Nya," ucap Ratih duduk di sebelah Anya dan memberikan secangkir teh hangat.Karena Anya ada di rumahnya, Ratih pun rela keluar dari kamar dan turun dari tempat tidurnya yang nyaman. Ia ingin memastikan semua kebutuhan Anya di rumah ini tercukupi."Papa itu punya banyak akal, Tante. Papa gak akan segan menyeret aku." Anya masih menunjukkan raut khawatirnya, agar selalu ditenangkan oleh Ratih.Sementara Ratih menggeleng. "Kata Nathan, Pak Luqman itu sayang sekali sana kamu. Dia selalu percaya dengan apa yang kamu ucapkan, Nya. mungkin
Bab 100Noah melihat wajah Heba begitu murung saat tiba di kantor beberapa jam yang lalu. Ia tak paham mengapa wanita yang satu itu lebih pendiam daripada biasanya, karena Heba sama sekali tidak memberi tahu apa pun."Apa pertemuannya sama Bu Anisa gak sesuai harapan?" tanya Noah pada diri sendiri.Sebelum jam makan siang, Heba memang berpamitan dan mengatakan hendak bertemu dengan Anisa. Heba begitu ceria, sehingga Noah tak punya pikiran buruk.Sementara Heba sendiri tentunya masih sangat sakit hati. Bagaimana bisa Anisa begitu serius ingin mengamankan posisi Anya, dan menumbalkan dirinya?Permintaan Anisa agar Heba kembali pada Nathan sungguh tak masuk akal. Orang tua mana pun tak akan mendukung anaknya rujuk, jika si menantu sudah terbukti berkhianat dan tidak bisa menjadi suami yang baik."Kamu bisa duduk, Ba," ucap Noah.Heba mengerjap, baru sadar kalau mereka sudah tiba di ruangan Noah. Itu artinya, sejak melangkahkan kaki dari lantai bawah ke ruangan ini, Heba telah melamun pan
Bab 101"Noah, Papa, ayo!" ajak Shanti yang bingung mengapa anak dan suaminya malah diam dan tak mengikuti langkahnya menuju ruang makan."Ayo, Pa!" Noah pun mengajak Pratama.Lelaki paruh baya itu mengangguk. Ia menebak jika Noah memiliki maksud, sampai memberitahunya hal pribadi tentang Heba. Padahal selama ini, Pratama tak pernah sekali pun bertanya soal suami dari mantan sekretarisnya itu.Pratama sangat paham batasan mana yang tak boleh ia langgar. Sehingga selama masa kerjanya dengan Heba bertahun yang lalu, ia pun kurang tahu bagaimana nasib wanita yang satu itu di kehidupan pribadinya."Makan yang banyak ya, Ba." Shanti sangat senang melayani Heba. Mulai dari menyendokkan nasi, mengisi gelas, sampai menawarkan berbagai macam menu yang ada di atas meja makan."Makasih ya, Bu," ucap Heba yang tak tahu lagi harus berkata apa.Heba juga senang karena Shanti menerimanya dengan baik tiap kali bertamu ke rumah ini. Ia merasa seperti mendapatkan sosok ibu yang baru, yang begitu hangat
Bab 102Pagi-pagi sekali Anisa sudah pergi dari rumahnya, tanpa diketahui oleh Luqman. Ia berencana hendak mendatangi Heba dan memohon sekali lagi. Harapannya memang ada pada Heba, maka dari itu Anisa tak akan menyerah."Waktu itu Heba masih marah." Anisa bergumam sendiri. "Harusnya aku nanya sama dia gimana kondisinya, supaya dia juga mau dengerin permintaanku."Anisa memang agak menyesal karena ia tak mengatur strategi yang bagus. Andai saja otaknya bekerja lebih baik, mungkin ia tak perlu repot-repot mendatangi Heba seperti sekarang."Udahlah, aku memang harus berjuang supaya Anya pisah dari Nathan, dan dia mau pulang ke rumah." Anisa mengangguk yakin, dan keluar dari mobil.Berjalan beberapa langkah, ia pun mengetuk pintu rumah Heba yang masih tertutup."Heba? Ini Mama."Di dalam rumah, Heba yang tengah bersiap-siap pun segera mengenakan kerudung dan membuka pintu. Sesaat ia menatap Anisa."Ada apa, Ma?" tanya Heba memaksa senyum di bibir."Mama mau bicara sama kamu, Ba.""Aku gak
Bab 134Memaafkan dan memilih melanjutkan hidup, adalah pilihan terbaik bagi Heba dan Noah. Semenjak datang ke rumah Anisa dua bulan lalu, hubungan mereka sudah semakin membaik. Perlahan tapi pasti, Luqman juga sudah bersedia untuk ditemui, meski pertemuan itu sendiri harus selalu diadakan di rumahnya.Soal Anya dan Nathan, mereka belum resmi bercerai. Anya yang sudah mendapatkan kewarasannya, mengatakan kalau ia memang sangat mencintai Nathan dan tak bisa melepaskan lelaki itu, meski Nathan sudah menghujaninya dengan berbagai macam pengkhianatan.Tak ada satu pun yang bisa membuat Anya berubah pikiran, termasuk Heba yang sempat datang ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk kakak tirinya. Di sana, Anya malah berkata kalau Heba tak boleh mengurusi hidupnya. Maka dari itu, Heba tak pernah menemui Anya secara langsung, dan hanya menanyakan bagaimana kondisi perempuan itu melalui perawat.Sementara untuk rumah tangga Heba sendiri, semuanya berjalan lancar. Heba tengah menikmati hari-hari men
Bab 133"Kita ke rumah Mama Anisa sekarang," ucap Noah setelah Heba menceritakan ulang apa yang dikatakan oleh Anisa barusan."Tapi, Mas, gimana sama kita berdua?" tanya Heba bingung dan tak enak hati.Bukan hal yang aneh bagus kalau mereka sampai keluar dari hotel tengah malam begini. Apa kata orang? Semua orang yang melihat keduanya meninggalkan hotel dengan langkah tergesa, pasti akan berpikir macam-macam. Heba tak mau keluarga suaminya mendapatkan pandangan buruk karena masalah yang tengah dihadapi oleh Anisa."Masih ada malam-malam selanjutnya untuk kita berdua," jawab Noah dengan senyum.Noah berlalu, mengambilkan baju hangat serta sehelai kerudung untuk dikenakan oleh sang istri. Sementara itu, Heba masih diam di tempat. Ia tak mau merepotkan, tetapi mustahil juga andai dirinya pergi seorang diri ke rumah Anisa untuk melihat apa yang terjadi di sana."Ayo, Sayang," ajak Noah menggenggam hangat tangan sang istri, sehingga Heba mengangguk dan mengikuti langkah suaminya.Berjalan
Bab 132Kebaya putih gading yang dilengkapi dengan kerudung serta untaian bunga melati, berhasil membuat penampilan Heba begitu memukau. Heba tampil sangat cantik dan manglingi, membuat Kamila tak henti memotret sahabatnya dari berbagai sudut."Udahlah, Mil, aku malu," gumam Heba seraya menatap ke sekeliling yang diisi oleh seorang fotografer dan dua staf wedding organizer, serta seorang MUA yang memang disewa oleh Heba untuk mempercantik dirinya di hari paling membahagiakan ini."Sorry, Ba, aku gak bisa berhenti, habisnya kamu cantik banget!" Kamila kembali mengangkat layar ponselnya dan mengarahkan benda tersebut ke wajah Heba, kemudian kembali memotretnya.Jika disimak lebih jauh, Kamila ini memang sangat heboh dan tampak lebih sibuk dari sang fotografer. Heba sampai menggelengkan kepala. Kendati sudah meminta agar Kamila duduk saja, tetapi sahabatnya itu tak mendengar sama sekali.Kamila baru bisa duduk dengan tenang, saat pembawa acara di ballroom hotel meminta Noah untuk duduk d
Bab 131Suara tangis bayi mengakhiri perjuangan Anya yang sejak tadi mengikuti instruksi dari dokter yang membantu persalinannya. Perempuan itu memejamkan mata, merasakan lelah luar biasa karena ia telah melalui proses persalinan secara normal.Ya, Anya sejak awal kehamilan, Anya sudah bersikeras ingin melahirkan bayinya dengan cara normal, lantaran ia berpikir dirinya bisa dianggap sebagai seorang ibu sepenuhnya, jika menempuh cara tersebut. Padahal, proses apa pun yang dilalui oleh seorang ibu, tak bisa dibandingkan satu sama lain. Baik normal maupun caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.Sementara di luar ruangan, Nathan sudah menunggu dengan perasaan sangat cemas. Ia tak bisa masuk ke dalam lantaran tak akan kuasa melihat banyak darah. Lelaki itu hanya menunggu seorang diri dengan sedikit rasa kesal, lantaran Ratih dan kedua saudaranya tak kunjung datang ke rumah sakit.Nathan telah berdiri. Ia ingin melihat bagaimana anaknya yang baru saja lahir. Sejenak ia mengintip, d
Bab 130Tinggal di sebuah rumah besar adalah kebahagiaan untuk Ratih dan keluarganya. Harapan mereka menjadi kenyataan. Berkat naiknya Nathan menjadi pemegang perusahaan, kehidupan mereka pun berubah secara drastis.Sekarang, Ratih dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah yang letaknya berada di perumahan elit. Tak ada tetangga julid, tak ada tatapan iri, dan itu membuat Ratih semakin jumawa."Hari ini aku mau ke luar kota, Ma," ucap Diana pada sang ibu."Mau ngapain lagi? Kamu baru aja pulang," sahut Ratih menatap curiga pada putri sulungnya.Diana sering mengatakan kalau ia tengah mencoba untuk menjalin bisnis dengan temannya yang kaya raya. Sudah berbulan-bulan Diana sering pergi ke luar kota dengan alasan serupa, tetapi tak ada satu pun hasil yang terlihat dari kerja kerasnya itu.Ya, Diana membohongi ibunya. Ia tak pergi ke luar kota, melainkan malah bergabung dengan teman-teman barunya di sebuah klub malam. Di sana, Diana menghamburkan uangnya demi menyenangkan beberapa lelaki ya
Bab 129Seorang perempuan melihat datar kepergian Noah dan keluarganya dari rumah Anisa. Perempuan itu kemudian menutup kasar gorden panjang nan tebal, menyebabkan kamarnya menjadi temaram, padahal hari masih sore dan matahari masih menampakkan cahaya di atas langit."Heba udah bahagia," gumamnya seakan tak terima atas lamaran adik tirinya.Semua hantaran yang dibawa oleh orang tua Noah, jelas membuat Anya merasa iri. Dulu saat Nathan melamar dirinya, lelaki itu memang membawa banyak sekali barang mahal, tetapi uangnya berasal dari kantong Anya."Kenapa nasib Heba bisa jauh lebih baik daripada aku?" tanya Anya seraya hilir mudik di kamarnya.Tak seorang pun yang tahu, kalau rumah tangganya dengan Nathan kerap diterpa oleh ujian yang tak ada habisnya. Di awal pernikahan, sikap Nathan sangat baik dan lembut. Lelaki itu memenuhi semua keinginan Anya tanpa terkecuali.Akan tetapi, setelah Nathan memegang penuh perusahaan milik Luqman, suaminya itu menjadi dingin dan ketus. Nathan juga ser
Bab 128Shanti dan Pratama kebingungan melihat putra semata wayang mereka terus mengukir senyum sejak masuk ke dalam rumah. Dua paruh baya itu sampai saling pandang dan sama-sama mengerutkan kening."Aku punya kabar bahagia," ucap Noah setelah duduk di depan kedua orang tuanya.Gambaran bahagia itu memang terlihat jelas dan mampu mengalihkan semua kebiasaan Noah. Anak lelaki mereka tiba-tiba duduk tanpa mengucap salam atau mencium tangan, membuat Shanti dan Pratama kembali saling pandang."Kabar bahagia apa? Soal perusahaan?" tanya Pratama penasaran."Bukan, Pa," jawab Noah tak langsung menjelaskan semuanya, karena ia malah tertawa salah tingkah."Kenapa, sih? Jangan bikin Mama sama Papa penasaran," tegur Shanti sambil berdecak tak sabaran."Heba suka sama aku, dan dia bilang mau nikah sama aku," ungkap Noah, benar-benar tak bisa menghentikan senyum di bibirnya."Kamu serius?" Shanti adalah orang pertama yang memberikan reaksi terkejut. Perempuan paruh baya itu sampai terkesima dan be
Bab 127Tawaran dari Noah berhasil membuat jantung Heba seakan hendak meledak. Perempuan itu mendadak diam, tetapi kedua matanya melirik Noah sesekali.Menikah? Tawaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk diangguki dalam hitungan detik. Sebelumnya, Heba punya pengalaman buruk soal pernikahan. Perempuan itu tentu tak mau sembarangan lagi. Semuanya harus dipikirkan baik-baik."Maaf, Pak, apa boleh saya kasih jawaban nanti?" tanya Heba takut-takut."Boleh," jawab Noah seraya mengangguk lagi, kemudian lelaki itu kembali mengemudikan mobilnya.Noah mengantar Heba dengan selamat sampai ke rumah. Turun dari mobil usai berpamitan dan mengucapkan terima kasih, lebih dulu Heba memastikan mobil Noah menjauh dari area rumahnya. Barulah setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa."Aku harus kasih tau Kamila!" ucap Heba terburu-buru mengambil ponselnya di dalam tas, dan menghubungi Kamila saat itu juga."Mil!" panggilnya setelah panggilan mereka terhubung.Di toko yang masih ramai o
Bab 126Noah menghentikan langkah. Barusan itu, kalimat yang keluar dari mulut Kamila terdengar oleh kedua telinganya. Noah mematung, mulai bertanya-tanya mengapa ia tak tahu kalau Heba sempat merasa cemburu pada perempuan yang datang kepadanya?Tatapan lelaki itu tertuju lurus, dan Heba sadar akan hal tersebut. Heba mengeluh, dan menoleh pada Kamila seraya melayangkan tatapan protes. Dari tatapannya itu, harusnya Kamila sadar, kalau saat ini Heba tengah kesal padanya.Akan tetapi, Kamila malah mengangkat bahu seolah-olah ia tak salah. Kamila tak bermaksud bicara di depan Noah tentang semuanya. Namun, kalau sampai atasan mereka mendengar, ya itu namanya sudah takdir."Gara-gara kamu, nih!" Heba berkata tanpa suara.Heba berdeham dan menarik senyum saat Noah berdiri di hadapannya dan Kamila. Sebisa mungkin Heba bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka."Siang, Pak, gimana pendapat Bapak soal toko saya sama Kamila?" tanya perempuan itu, benar-benar berusaha mengalih